Gayatri | Part 11 | Investigasi

250 40 77
                                    

Gayatri membasuh wajahnya beberapa kali. Kesegaran air yang menyentuh permukaan wajahnya rupanya tidak dapat menghapuskan rasa panas dalam tubuhnya. Rasanya seperti terpanggang dalam api yang membara. Gayatri mengernyit manakala ia melihat sebuah pesan masuk dari atasannya.

Kombes Pol Abraham : Bripda Gayatri, atas permintaan Iptu Agam, kamu diperintahkan masuk dalam tim investigasi khusus. Rapat awalnya jam 16.00 nanti di Kamar Kenanga Rumah Sakit Harapan. Jenderal Nugraha menunggu di sana.

Gayatri membuang napas kasar. Ia masih tidak mengerti dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini. Semuanya masih berusaha dicerna dengan baik oleh Gayatri.

Ia membenarkan kunciran rambutnya, membenahi pakaiannya dan mengusap lembut wajahnya dengan tisue. Bayangan senyum Ghama tiba-tiba menyeruak. Tatapan nanar Ghama pada Gayatri pagi tadi masih berkeliaran dalam ingatannya.

Tetaplah percaya pada kebohongannya. Lebih baik demikian.

Berulang kali ucapan Ghama kembali singgah dalam ingatannya. Gayatri mengembuskan napas panjang seraya menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia menatap dalam-dalam dirinya, tak lama air matanya kembali menetes. Semua kejadian yang ia alami lima belas tahun yang lalu kembali berputar dalam ingatannya seperti kaset rusak.

Kehilangan orang tua dengan cara yang begitu tragis, melihat sendiri keluarganya terpanggang, hidup seorang diri bersama orang asing, dan dikhianati oleh orang yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri.

"Kenapa semua terjadi sama aku, Tuhan?  Kenapa?" ratapnya seraya menangkup wajah dengan kedua tangannya. Sekali lagi ia meluapkan emosinya, meluapkan rasa kecewa, dan sedihnya sebelum akhirnya kembali menengadah dan menatap tajam pada pantulan dirinya di cermin.

"Mereka harus mendapat balasannya! Mereka harus bertanggungjawab atas kehancuran hidupku! Tidak boleh lolos!"

Gayatri mengusap kasar air matanya sebelum berjalan menuju ruang perawatan Nugraha untuk menghadiri rapat tim investigasi khusus.

"Saya sengaja mengumpulkan rekan-rekan terbaik dari yang terbaik di sini untuk melakukan investigasi terhadap kasus kematian dan penyerangan beberapa purnawirawan polisi yang detail kasusnya sudah saya kirimkan pada kalian semua. Saya akan tetap mengawasi jalannya investigasi dan Jenderal Listyo yang akan memimpin langsung investigasi ini.

"Iptu Agam juga akan memantau jalannya investigasi meski tidak ikut serta dalam penyidikan karena seperti kira ketahui, ayah Iptu Agam menjadi salah satu korban penyerangan. Saya harap, tim ini dapat bekerja maksimal dan menangkap pelakunya seperti harapan masyarakat," ucap Nugraha tegas.

Gayatri menatap tajam lurus pada Nugraha yang kini sudah tampak lebih baik. Ia mengepalkan tangan dan meremas kertas yang ada di hadapannya untuk meluapkan emosinya. Gayatri harus tetap terlihat tenang. Sepertinya, kali ini ia akan mengikuti saran Ghama untuk tetap mempercayai Nugraha.

Cara satu-satunya adalah bergabung dengan mereka  dan pada akhirnya kita bisa menghancurkan mereka.

Lagi-lagi ucapan Ghama menjadi acuan Gayatri untuk mengambil sikap. Ia harus tetap pada posisinya. Nugraha tetap tidak boleh mengetahui apa saja informasi penting yang Gayatri miliki.

"Berikut adalah hasil cctv yang kami dapatkan," ucap Listyo seraya memutar beberapa rekaman cctv pada layar lcd.

"Vidio pertama adalah terduga pelaku yang menyamar menjadi kurir makanan. Ia mengirimkan makanan dan  kembali datang pada malam harinya untuk membakar lokasi. Dari analisa gestur tubuh antara kurir dan orang yang menutupi kamera cctv dengan pilox memiliki tubuh dan cara berjalan yang sama.

"Vidio yang kedua adalah saat pelaku datang ke rumah sakit untuk membunuh Brigadir Joshua. Dia datang dari pintu lain, menyelinap masuk melalui samping brangkar dan masuk sebelum menyabotase peralatan medis yang pada akhirnya menyebabkan Brigadir Joshua tewas," ucap Listyo memberikan penjelasan.

GAYATRIWhere stories live. Discover now