Gayatri | Part 23 | Titik Nadir

249 38 27
                                    

Api berkobar begitu besar menjalar dari lantai dan menyambar benda-benda yang ada di sekitar ruangan itu. Gayatri memejamkan mata, napasnya mulai sesak, ia tampak tidak dapat menenangkan dirinya. Tubuhnya terus meronta berusaha melepaskan diri dari jeratan tali yang mengikat kedua tangannya. Sesekali gadis itu melirik ke arah Ghama yang sedang berjibaku melepaskan diri dari kursi penyiksaannya.

Kedua mata Gayatri membulat saat melihat nyala api yang mulai bertambah besar. Tubuhnya panas, napasnya kian sesak. Gayatri berusaha tenang, tapi trauma masa lalunya dengan api kembali menyeruak dalam pikirannya. Gayatri mencoba berteriak sekuat tenaga meski tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Sementara itu, Ghama yang berada tepat di samping ruangan yang terbakar itu berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari jeratan. Tubuhnya lemah, tapi karena melihat Gayatri yang membutuhkan pertolongan, Ghama seolah mengabaikan kondisi fisiknya. Ia mengabaikan luka gores dari tali yang mengiris kulit dan dagingnya. Sekuat tenaga Ghama berusaha melepaskan diri hingga akhirnya jeratannya pun terlepas.

Ghama ambruk seketika di atas lantai. Tubuhnya seperti jeli, seolah tidak bertenaga sama sekali. Ghama meraih meja yang ada di dekatnya dan mulai menopang diri dengan bertumpu pada meja itu. Ia mencoba mengatur ritme pernapasannya sebelum kembali memfokuskan untuk menolong Gayatri.

Langkahnya tampak gontai, tapi Ghama berusaha sekuat tenaga untuk menjangkau ruangan yang terbakar itu. Ia membuka pintu besi yang seketika membakar telapak tangannya karena suhu pintu menjadi lebih panas. Ia mencoba mendobrak, menendangi pintu itu dengan kedua kakinya hingga akhirnya berhasil terbuka.

"Aya!"

Ghama mencoba memanggil Gayatri, tapi sang adik hanya terdiam. Gayatri tampak lemah dengan kepala yang menunduk.

"Aya!"

Sekali lagi Ghama mencoba memanggil sang adik, tapi tidak mendapat sahutan. Ghama menggeram kesal. Ia mencoba menerobos kobaran api itu. Nyala api yang semakin liar pun segera menyambar lengan Ghama dan membakarnya seketika. Ghama menggeram, langkahnya pun kembali ke tempat semula. Ia meringis perih seraya melihat lengannya yang terbakar dan tampak melepuh itu.

Ghama memutar otak, mencoba tenang untuk mencari cara, melihat ke kanan dan ke kiri sesuatu yang dapat ia gunakan untuk menolong Gayatri. Ia menemukan beberapa lembaran kayu dan dengan sigap ia meletakkan kayu itu di lantai, berusaha menghalau api meski tidak akan bertahan lama. Ia juga melihat ada satu apar dan sebuah baju zirah yang biasa digunakan oleh pemadam kebakaran.

Ghama segera mengambil apar dan mengenakan baju zirah itu. Ia menyemprot api dengan apar yang ia bawa, meski tidak dapat memadamkan seluruhnya, tapi paling tidak Ghama dapat menjangkau Gayatri.

Ia melepaskan ikatan pada tubuh Gayatri. Ghama mencoba memeriksa denyut nadi di leher Gayatri. Ia bernapas lega saat merasakan nadi itu masih berdenyut meskipun lemah. Ghama dengan sigap melepaskan baju zirah yang digunakannya dan memakaikannya pada Gayatri.

Sekuat tenaga Ghama menggendong Gayatri keluar dari ruang yang terbakar itu. Namun, ia terkejut ketika melihat di sisi lain ruangan terdapat beberapa jirigen berisi bensin dengan lilin yang menyala pada ujung penutupnya. Melihat jumlahnya yang begitu banyak, Ghama dapat membayangkan seberapa besar ledakan yang akan dihasilkan jika lilin-lilin yang mulai habis terbakar itu masuk dalam tangki jirigen.

Sekuat tenaga Ghama berlari, mencoba mencari jalan keluar dari gudang penyimpanan kayu itu. Sayup-sayup ia mendengar suara sirine yang kian lama kian mendekat. Hatinya merasa lega. Ghama mengulas senyum tipis seraya menatap Gayatri dalam gendongannya.

"Jangan khawatir, Aya, mas janji akan bawa kamu keluar dari tempat ini. Bertahanlah."

Duar!

***

GAYATRIWhere stories live. Discover now