Gayatri | Part 6 | Kasus Lain

232 41 38
                                    

"Bagaimana kondisi ayahmu?" tanya Gayatri saat ia kembali menemui Kumala di ruang perawatan Joshua.

"Berhasil mendapat pertolongan. Dokter Budi bilang, sepertinya ada yang ingin membunuh papa dengan menyuntikkan cairan kalium ke dalam infus papa. Bagi penderita darah tinggi dan jantung, kelebihan kalium bisa sangat berbahaya bagi keselamatannya," ucap Kumala seraya menangkup wajah dengan kedua tangannya.

Gayatri melangkah maju, ia memeluk Kumala seraya mencoba menenangkan gadis itu.

"Beruntung kamu segera menyadarinya, Aya. Aku berhutang nyawa padamu," lanjut Kumala lembut.

"Tidak perlu dipikirkan. Itu adalah salah satu tugas polisi juga, kan?" ucap Gayatri seraya tersenyum.

"Mama sepertinya mencariku. Aku izin masuk dulu."

Gayatri membuang napas kasar seraya mengusap darah di ujung bibirnya.

"Tidak seharusnya saya meragukanmu, Bripda Gayatri."

Agam mengulurkan es batu dan segelas es cokelat pada Gayatri. Ia juga membeli salep luka serta plester untuk anak buahnya itu.

Agam mengajak Gayatri duduk di koridor rumah sakit dan mengobati luka di wajah Gayatri.

"Maaf untuk itu," lanjutnya lembut.

Gayatri tersenyum tipis. Ia meringis perih saat tangan kasar Agam menyapu luka di wajahnya.

"Polisi butuh bukti. Saya tidak bisa membuktikan ucapan saya. Wajar jika Anda tidak percaya, Komandan. Sekarang, yang saya sayangkan ... saya kehilangan dia," ucap Gayatri lirih.

Agam membuang napas kasar. Ia meminum es kopi yang ia pesan usai menempelkan plester terakhir di wajah Gayatri.

"Saya akan mencoba berkoordinasi dengan pihak keamanan rumah sakit untuk meminta salinan cctv-nya. Saya yakin, cepat atau lambat pelakunya pasti akan tertangkap."

Gayatri mengangguk. "Oh, ya, Ndan ... apa tim investigasi kejahatan luar biasa pernah menangani kasus bunuh diri anak ketua komisi pemberantasan korupsi lima belas tahun lalu?" tanya Gayatri kemudian.

Agam mengerutkan kening. "Kasus anak ketua komisi pemberantasan korupsi? Saya baru dengar soal kasus itu sekarang. Memang kenapa kamu menanyakan hal itu? Memangnya, kasusnya di tangani oleh kantor kita?"

Gayatri mengangguk. "Sebelum mendapat serangan percobaan pembunuhan tadi, Brigadir Joshua sempat menceritakan mengenai kasus kematian anak ketua komisi pemberantasan korupsi itu yang kemungkinan berhubungan dengan kasus kematian AKBP Adji Sulaiman."

Agam membulatkan matanya. Ia menatap Gayatri dengan saksama. Tidak percaya rasanya mendengar ucapan Gayatri barusan.

"Saya tidak pernah mendengar kasusnya. Satu-satunya kasus yang masih belum terselesaikan hanyalah kasus kematian AKBP Adji Sulaiman. Selain itu ... saya rasa tidak ada."

Gayatri mengernyit. "Aneh. Seharusnya berkasnya ada di kumpulan berkas kasus tak terselesaikan. Karena menurut keterangan Brigadir Joshua, kasus itu sempat akan ditutup, tapi karena AKBP Adji menemukan bukti baru, maka, kasus tersebut kembali berlanjut. Namun, pada akhirnya tenggelam seiring dengan kasus kematian AKBP Adji Sulaiman."

"Kamu ingin mengatakan jika ... Pembunuhan yang terjadi ini berkaitan dengan kasus yang sama?"

Gayatri mengangguk tegas.

"Pelaku pembunuhan AKBP Adji Sulaiman, bisa saja orang-orang yang tidak setuju jika kasus kematian anak ketua komisi pemberantasan korupsi itu dilanjutkan. Sedangkan, kemungkinan besar, pelaku untuk kasus sekarang adalah orang-orang yang tidak ingin kedua kasus itu terungkap."

GAYATRIWhere stories live. Discover now