Gayatri | Part 13 | Curiga

210 38 33
                                    

Gayatri berjalan dengan kedua tangan terborgol. Agam membawanya menuju ruangan sel yang ada di bagian samping kantor.

"Kamu masih punya kesempatan untuk mengatakan pada saya yang sebenarnya. Jika kamu bisa membantu kami menangkap Ghama, itu lebih baik," bisik Agam seraya melepaskan kunci pada borgol di kedua tangan Gayatri.

Gayatri tidak menjawab. Gadis itu hanya diam dan memilih duduk di ujung ruangan. Agam menatap nyalang pada Gayatri yang melipat kaki dan duduk termenung sebelum akhirnya keluar dari sel dan mengunci sel itu dari luar.

Agam mengusap kepalanya frustrasi. Ia masih tidak habis pikir kenapa Gayatri dapat melakukan kebohongan sebesar itu. Agam berjalan menuju ruang kerjanya, tapi langkahnya terhenti saat melihat Abraham dan Nugraha berjalan cepat menuju ke arahnya.

"Jadi, kamu berhasil menangkap Gayatri? Bagaimana dengan pelakunya?" tanya Nugraha dalam mode cepat.

Agam memberikan hormat seraya menatap Nugraha beberapa saat.

"Saya hanya berhasil menangkap Bripda Gayatri, Jenderal. Untuk pelaku, masih dalam pengejaran tim investigasi khusus," jawab Agam tegas.

Nugraha mengangguk beberapa kali.

"Kalau begitu, siapkan ruangan, saya ingin menginterogasinya sendiri!?"

Agam sedikit merasa heran, Jenderal Nugraha berjalan tegap tampak begitu bersemangat saat mendengar Gayatri telah tertangkap. Agam membawa Gayatri ke sebuah ruang tertutup. Ia di dudukkan di sebuah kursi dengan meja di hadapannya. Gayatri diam, tapi tak lama ia terkesiap ketika melihat Nugraha masuk dan menebarkan senyumnya menatap Gayatri.

Abraham mengangguk tipis sebelum memerintahkan Agam untuk meninggalkan ruang interogasi itu. Abraham seolah tidak ingin Agam mengetahui pembicaraan Nugraha dengan Gayatri.

Agam mendengus kesal. Ia memijat tengkuknya yang terasa begitu kaku. Ia mengambil sebuah gelas kertas dan membuat segelas kopi instan panas untuk menenangkan pikirannya. Agam menikmati sejenak aroma kopi yang menguar saat air panas menyeduh keseluruhan bubuk kopi itu. Agam menyecap sedikit kopi itu sebelum memejamkan mata, menikmati setiap teguk kopi yang membasahi rongga mulut dan kerongkongannya.

Agam berjalan menuju ruang kerjanya. Ia menatap kursi Gayatri yang kosong. Agam berjalan menghampiri kursi itu dan mulai mencari hal yang mungkin mencurigakan di meja kerja Gayatri itu.

Agam menggeledah laci pada meja kerja, membongkar susunan buku serta berkas, dan membuka beberapa laman pencarian dari komputer milik Gayatri. Agam membuang napas kasar manakala tidak ada hal mencurigakan yang ia temukan. Agam mendengus, tapi pandangannya tertuju pada sebuah tumpukan kertas di atas meja Gayatri.

Agam mengerutkan dahi manakala ia melihat beberapa artikel surat kabar tiga belas tahun yang lalu.

RD, anak seorang ketua komisi pemberantasan korupsi ditemukan tewas di sekolahnya. RD diduga mendapat perundungan dan akhirnya memutuskan untuk melompat dari atas gedung SMP N 5 Kalais setinggi lima belas meter. Polisi masih mendalami kasus ini ....

Keluarga mengaku heran saat polisi memutuskan menutup kasus pembunuhan putera mereka tanpa adanya autopsi terlebih dahulu ....

AKBP Adji Sulaiman membentuk tim khusus untuk menyelidiki ulang kasus kematian RD ....

AKBP Adji Sulaiman ditemukan tewas terpanggang di rumah bersama istri dan anak laki-lakinya. Sementara anak perempuannya dinyatakan hilang ....

Agam mengerutkan dahi manakala ia menemukan sebuah berkas, tersusun dengan rapih. Berkas yang menunjukkan foto, identitas pribadi dari anggota tim investigasi khusus yang dibentuk oleh AKBP Adji Sulaiman. Agam membaca berkas tersebut, mencermati nama dari orang-orang yang ada dalam berkas itu.

GAYATRIWhere stories live. Discover now