Gayatri | Part 21 | Dukungan Tak Terduga

335 41 24
                                    

Gayatri berjalan gontai usai turun dari taxi online dan berjalan menuju ke paviliun. Namun, tak lama langkahnya terhenti manakala ia melihat Agam menunggunya tepat di depan pintu paviliun yang menjadi tempat tinggal sementara untuk Gayatri.

Agam dan Gayatri saling diam dalam posisi mereka masing-masing. Tatapan mereka saling bersinggungan dengan sorot mata yang sulit diartikan. Gayatri segera memberikan hormatnya pada Agam sebelum akhirnya berjalan mendekati pria itu.

"Ndan?"

Agam tersenyum tipis, lalu mempersilakan Gayatri untuk duduk di kursi tepat di samping Agam.

"Ada masalah apa komandan menemui saya di sini?" tanya Gayatri memecahkan keheningan di antara keduanya.

Agam membuang napas kasar. Ia kembali menatap Gayatri sejenak sebelum akhirnya melemparkan tatapannya ke arah lain.

"Kakakmu adalah satu-satunya saksi kunci pembunuhan AKBP Adji Sulaiman,kan?"

"Iya."

"Jadi ... benar jika orang yang menembak orang tua kalian adalah ... daddy saya?"

Gayatri diam sejenak. Ia menatap Agam dan disaat yang bersamaan, Agam menoleh hingga mata mereka saling bersinggungan. Gayatri terkejut ketika melihat sepasang mata yang biasa menyorot begitu tajam itu tampak berkaca-kaca.

"Awalnya, saya menolak untuk mempercayai ucapan kakak kamu. Awalnya, saya merasa bahwa mungkin kakak kamu punya maksud tertentu untuk menjatuhkan nama ayah saya. Sampai pada akhirnya saya sadar ... jika orang yang selama ini saya andalkan,saya hormati, dan saya jadikan panutan tidaklah sebaik kelihatannya," ucap Agam dengan suara bergetar.

Agam mengusap wajahnya kasar, berusaha menyembunyikan air matanya yang menetes dengan senyum getir di bibirnya.

"Ndan?"

Agam mengembuskan napas kasar, ia membuang segala sesak yang menyelimuti hatinya selama ini. Agam mendongak menatap Gayatri dengan sepasang mata yang telah basah. Agam turun dari kursi rodanya, tanpa sengaja infusnya terlepas saat ia hampir tersungkur saat ia mencoba bersimpuh di hadapan Gayatri.

Gayatri yang panik segera mendekati Agam yang sudah bersujud di hadapannya.

"Ndan? Tolong bangunlah, jangan begini, darahnya ...."

Agam tidak memedulikan ucapan Gayatri.  Ia menautkan kedua tangannya dan menatap Gayatri penuh arti.

"Aya, atas nama ayah dan keluarga saya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena perbuatan ayah saya terhadap keluargamu. Saya minta maaf, Aya ... saya minta maaf," ucap Agam dengan air mata yang sudah mengalir begitu deras.

Gayatri terdiam. Membeku ditempatnya. Ia terkejut dengan yang baru saja terjadi. Ia tidak menyangka jika Agam akan memohonkan maaf untuk ayahnya, karena usai pertemuannya tadi Agam menyampaikan jika dirinya berseberangan dan akan mengambil langkah sendiri-sendiri. Namun, kini apakah Agam mulai berpihak pada Gayatri?

"Ndan?"

"Saya tahu, Aya permohonan maaf dan rasa penyesalan saya ini tidak dapat mengembalikan kembali orang tuamu, tapi paling tidak, saya ingin kamu tahu jika saya memihak pada kebenaran."

Gayatri mengerutkan dahinya. "Apa ini artinya, komandan ada di pihak saya?"

Agam mengusap air matanya dan meraih kedua tangan Gayatri dan menggenggamnya erat.

"Iya."

"Iya? Tapi kenapa? Bukankah tadi ...."

"Saya sudah menemui ayah saya tadi. Saya mencoba menanyakan dan berharap dia mau berkata jujur pada saya, tapi ternyata ...." Agam menghentikan ucapannya. Tak lama ia meringis seraya meremas kepalanya yang tiba-tiba berdenyut-denyut.

GAYATRIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin