Gayatri | Part 1 | Penugasan Pertama

340 37 12
                                    

15 Tahun Kemudian ....

"Jaga kesehatan, makan yang teratur, jangan selalu makan makanan instan, beli bahan makanan seadanya,lalu masak sendiri. Kemarin ibu sudah kirimkan alat masak untuk kamu di apartemen, seharusnya pihak pengelola sudah membereskan dan memasang semuanya. Jadi, usahakan makan sehat,ya, Aya?"

Gadis bersurai hitam itu tersenyum. Ia baru saja sampai di tempat kerjanya yang baru usai lulus kualifikasi sebagai penyidik pembantu di Kantor Polisi Kota Kalais. Gayatri mengembuskan napas panjang. Ia menghirup dalam-dalam aroma Kota Kalais. Aroma kota kelahirannya yang menyisakan bahagia dan duka dalam waktu yang bersamaan.

"Tenang, Bu. Aya baik-baik saja. Kenapa ibu belikan semuanya, Aya bisa siapkan sendiri nanti."

"Ibu dan ayahmu khawatir di sini. Selama ini kita tidak pernah berjauhan,kan, jadi anggap saja itu hadiah dari kami karena kamu berhasil meraih apa yang kamu inginkan. Satu pesan ibu, jangan terlalu memaksakan diri. Oke? Ingat, kalau kau butuh orang untuk meluapkan emosi, telepon ibu, cerita sama ibu, jangan dipendam sendiri. Kalau kamu butuh apa-apa, jangan sungkan untuk bilang sama ibu, kami akan menyiapkan semuanya. Ya?"

"Oke, Bu. Terima kasih. Sampaikan rasa terima kasih Aya juga pada ayah. Aya masih harus berbenah. Nanti Aya telepon lagi, ya," ucap Gayatri seraya menutup ponselnya.

Ia membuang napas kasar. Ia berjalan membawa koper dan tas ransel serta tas laptop dari dalam mobilnya. Ia mendapat uang sewa murah di salah satu apartemen sederhana dengan delapan lantai. Kebetulan, Gayatri mendapatkan kamar di lantai teratas. Lokasinya juga cukup strategis. Jaraknya tidak terlampau jauh dengan kantor barunya nanti. Kantor Polisi Kota Kalais. Tempat mendiang sang ayah AKBP Adji Sulaiman pernah bekerja.

Kembali ke Kota Kalais membawa Gayatri pada trauma masa lalunya. Di hari ulang tahunnya, ia justru harus kehilangan kedua orang tuanya tepat di depan matanya. Usianya masih sepuluh tahun saat itu. Beruntung, ia diselamatkan oleh Nugraha Barata, salah seorang anak buah AKBP Adji Sulaiman yang sudah dianggap sebagai keluarga.

Nugraha juga yang menyerahkan Gayatri ke panti asuhan, mengganti identitasnya dan mencoret nama AKBP Adji Sulaiman dari daftar kartu keluarganya. Gayatri masih sepuluh tahun saat itu. Ia menghadapi sendiri situasi yang begitu tidak menguntungkan tanpa tahu apa-apa.

Nugraha?

Ia bahkan tak pernah datang berkunjung. Gayatri terus berharap sampai akhirnya ada keluarga mapan yang tinggal di Amerika menginginkan untuk mengadopsinya. Gayatri masih berharap akan bertemu dengan Nugraha, tapi nyatanya sampai panggilan terakhir kepergiannya ke Amerika, Gayatri tidak pernah lagi bertemu dengan pria itu.

Kasus penyerangan dan pembunuhan keluarganya, tak serta merta hilang dari ingatan Gayatri. Bertahun-tahun Gayatri harus menanggung rasa takut dan trauma. Ia bahkan enggan merayakan hari ulang tahunnya karena selalu teringat dengan tragedi itu. Beruntung, Monica, ibu angkat yang mengadopsinya memperlakukan Gayatri dengan lembut dan penuh kasih sayang hingga Gayatri tidak merasa seperti anak angkat.

Perlahan Gayatri bangkit. Ia memanfaatkan keluarga angkatnya yang berkecukupan itu untuk mengasah diri menjadi lebih baik. Ia bercita-cita menjadi polisi. Belajar hukum di Amerika dan akhirnya dapat kembali dan mengenyam pendidikan hukum di negeri sendiri.

Gayatri begitu gigih dan bertekad kuat menjadi polisi. Ia berpikir, itulah satu-satunya cara yang ia miliki agar ia dapat mengetahui alasan di balik pembunuhan keluarganya. Gayatri berusaha keras masuk ke Sekolah Polisi Negara dan lulus dengan nilai terbaik menjadi Brigadir Polisi Dua (Bripda). Gayatri juga lulus ujian kualifikasi penyidik hingga akhirnya ia mendapat tempat tugas pertama di Kota Kalais. Tempat kelahirannya.

GAYATRIΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα