Gayatri | Part 14 | Penyidikan Ulang

195 35 51
                                    

Agam kembali ke rumah yang menjadi tempat persembunyian Ghama. Rumah yang dijaga beberapa orang anggota itu pun tampak diberi garis polisi di sekitarnya. Agam melangkah masuk. Ia memindai setiap lokasi dalam rumah itu.  Dari lantai satu hingga ke lantai tiga. Tidak ada petunjuk apapun di sana. Yang ada hanya tempat bekas mie instan cup dan botol minum yang masih tertinggal.

Agam mengambil sebuah plastik dan memasukkan botol serta garpu bekas itu ke dalamnya sebelum menyimpannya dalam jaketnya.

Kita bisa memeriksa DNA-nya. Dia bukan Ghama Mahawira.

Ucapan Gayatri kemarin membuat Agam terus berpikir keras dan ingin membuktikan satu per satu hal yang ia ragukan. Agam membawa botol bekas tersebut ke laboratorium. Ia meminta seorang kenalannya untuk memeriksa DNA tersebut.

"Milik siapa ini, Bang?" tanya Indah orang ia percaya meneliti DNA yang diduga milik Ghama.

"Orang yang saya curigai. Kalau hasilnya sudah keluar, segera kabari saya, Indah."

Gadis itu mengangguk paham. Agam segera kembali ke kantornya. Ia membuat segelas kopi sebelum berjalan pelan menuju ke kantornya. Beberapa kali Agam mengetukkan jari jemarinya ke atas meja kerjanya. Pikirannya terus melayang mengenai ucapan Gayatri sebelum ia tertangkap.

Agam menggebrak meja kerjanya sebelum akhirnya kembali berjalan keluar. Dia mendapatkan ide untuk kembali membuka kasus ini. Agam berjalan menuju ruang kerja Kombes Abraham untuk mencari izin atas idenya itu. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Listyo berdiri diambang pintu ruang kerja Abraham.

"Iptu Agam? Ingin bertemu dengan Kombes Abraham juga?" tanyanya ramah.

Agam memberikan hormatnya dan mengangguk tegas.

"Izin, benar, Jenderal, tapi nanti saja. Urusan saya tidak terlalu penting."

Listyo mengernyitkan dahinya. "Urusan apa yang tidak terlalu penting, Iptu Agam? Jika hal itu berhubungan dengan sebuah kasus dan nyawa seseorang, sekecil apapun urusannya tetaplah harus kita anggap penting, Iptu Agam," ucap Listyo sambil tersenyum.

Agam mengambil napas panjang, ia menatap Jenderal Listyo sekali lagi.

"Izinkan saya membuka kembali kasus kematian AKBP Adji Sulaiman dan kasus kematian Richard Danuarta, putra dari mantan ketua komisi pemberantasan korupsi tiga belas tahun yang lalu," ucap Agam tegas dengan kepala mendongak.

Listyo menatap Agam dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ia hanya memandangi Agam beberapa saat sebelum Nugraha dan Abraham hadir di ruangan tersebut.

"Jika kamu berupaya membuka kembali kasus lama itu, saya yakin, banyak perasaan yang terluka, Iptu Agam," ucap Nugraha seraya berdiri tepat di hadapan Agam.

"Izin, Jenderal, saya berpikir jika saja kita mengusut tuntas kasus tersebut sejak lama, pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi baru-baru ini pasti tidak akan terjadi, Jenderal."

"Menurutmu, pelaku membunuh karena itu?" tanya Listyo dengan alis yang terangkat satu.

"Izin, Jenderal menurut analisis saya, semua kasus yang berhubungan dengan kematian AKBP Adji Sulaiman saling berkaitan."

"Bagaimana kamu bisa sangat yakin?"

Nugraha menggeram tertahan manakala ia melihat Listyo begitu antusias dengan ide Agam. Ia tampak mengeraskan rahang dan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat menahan rasa kesal.

"Itu karena ... pelaku pembunuhan tersebut adalah ... Ghama Mahawira, putra dari AKBP Adji Sulaiman sekaligus kakak kandung dari Bripda Gayatri," ucap Agam tegas.

GAYATRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang