Gayatri | Part 5 | Pria Misterius

249 42 44
                                    

"Potasium sianida!" ucap Agam seraya memberikan hasil uji toksikologi dari masing-masing tubuh korban. Agam duduk tepat di samping kursi kerja Gayatri. "Itu sebabnya tidak ada perlawanan dari para korban karena, saat pelaku kembali, tugasnya hanya membakar TKP," lanjutnya.

Agam kembali mengembuskan napas panjang. Ia menatap berkas kematian Aiptu Nurahman dan menunjukkan bagian berkas istri dari pensiunan polisi itu.

"Kemarin adalah hari ulang tahun istri Aiptu Nurahman. Pantas saja jika kamu bilang mereka banyak memesan makanan."

Gayatri diam. Ia menggenggam liontin yang menggantung di lehernya. Hal yang baru saja disampaikan oleh Agam kembali membawanya pada masa lalu kelamnya. Saat ulang tahun adalah saat kehilangan paling besar.

"Ada apa?" tanya Agam pelan saat melihat Gayatri tampak melamun.

"Saya sempat membaca berkas perkara kematian AKBP Adji Sulaiman. Saya juga melihat berkas dari masing-masing  keluarga kepala polisi itu. Hari naas itu ... juga bertepatan dengan hari ulang tahun anak perempuan AKBP Adji Sulaiman yang hilang," ucap Gayatri lirih. Ia menoleh menatap Agam.

"Apa ada kemungkinan kedua kasus ini memiliki hubungan, Ndan?" lanjutnya.

Agam membuang napas kasar. Ia menatap Gayatri seraya mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada meja.

"Jangan berasumsi. Buktikan kecurigaanmu itu, jika kecurigaanmu relevan, kita bisa mulai menyelidiki kedua kasus ini sekaligus," ucap Agam tegas.

"Jadi ... saya boleh menyelidiki kasus AKBP Adji Sulaiman, Ndan?"

Agam mengangguk tegas. "Untuk membuktikan kecurigaan, kita harus membuka kasus lama itu. Pelajari dengan saksama dan tunjukkan jika bukti kecurigaan itu relevan."

Gayatri mengangguk tegas. Kedua tangannya mengepal kuat. Jantungnya pun berdegup dua kali lipat lebih cepat. Ia sangat bersemangat saat ini. Ia tahu jika ia akan berhasil menyelidiki sendiri kasus lima belas tahun lalu itu. Gayatri berjalan menuju ruang arsip dan bertemu Kumala yang sedang berjibaku menata berkas sendirian.

"Apa benar pelakunya sama?"tanya Kumala lirih.

Gayatri yang  sedang mengambil berkas-berkas AKBP Adji Sulaiman dari dalam kotak itu hanya menggedikkan kedua bahunya.

"Entahlah. Ada beberapa persamaan dari kedua kasus ini. Pertama, pembunuhan satu keluarga polisi, kedua pelaku membakar TKP, ketiga, dilakukan saat salah seorang anggota keluarganya ulang tahun."

Kumala mengerutkan kening. "Tunggu, memangnya dalam kasus AKBP Adji Sulaiman siapa yang berulangtahun?"

"Anak perempuannya yang hilang."

Gayatri menunjukkan berkas milik anak perempuan AKBP Adji Sulaiman pada Kumala.

"Petugas tidak mengetahui siapa nama anaknya?"

"Tertulis di sini, dirahasiakan demi keselamatannya."

Kumala bergidik ngeri. "Wah, macam mirip kisah mafia di film-film. Sumpah! Jadi, menurutmu pelaku lama itu muncul lagi?"

"Entahlah. Terlalu banyak kebetulan dalam dua kasus ini. Jika hanya satu hal yang sama, masih bisa disebut dengan kebetulan. Namun, jika banyak hal yang sama? Sepertinya, rancu jika disebut sebagai sebuah kebetulan."

Kumala menganguk setuju. Ia mendekati Gayatri dan mulai menatap rekannya dengan saksama.

"Apa yang bisa aku bantu? Waktuku banyak, sementara kamu banyak hal yang harus kamu kerjakan. Aku bisa membantu pekerjaan yang tidak penting."

Gayatri tersenyum. Ia memberikan daftar nama anggota polisi yang pernah bekerja di Kantor Polisi Kalais dibawah kepemimpinan AKBP Adji Sulaiman.

"Tolong, cari informasi pribadi tentang orang-orang dalam daftar ini. Cari juga identitas pribadi dari keluarganya. Segera laporkan jika ada salah seorang anggota keluarganya yang dalam waktu dekat ini berulang tahun."

GAYATRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang