Gayatri | Part 17 | Mencari Celah

332 41 24
                                    

"Kalian, lihat ini!"

Shinta menunjukkan sebuah siaran berita terkini yang menampilkan kabar mengenai kecelakaan tunggal yang dialami Agam.

Iptu Agam Pratama, putra dari Menteri Dalam Negeri, Khrisna Pratama mengalami kecelakaan tunggal di ruas jalan Gunung Kalais. Rem mobil diduga tidak berfungsi. Dari hasil pemeriksaan cctv di lokasi kejadian, mobil yang ditumpanginya menabrak pembatas jalan dan keluar jalur. Kondisi Iptu Agam sendiri masih belum sadarkan diri di Rumah Sakit Harapan.

Kedua mata Gayatri membelalak. Ia menahan napas sejenak sebelum akhirnya memejamkan matanya.

"Kita harus bagaimana sekarang? Catatan itu dibawa Iptu Agam, kan? Kemungkinan besar sudah berpindah tangan pada Khrisna," ucap Shinta.

Gayatri membuang napas kasar. "Anggap saja catatan itu tidak pernah ada! Sialnya, aku belum membaca sama sekali isinya. Namun, melihat ekspresi Iptu Agam, aku yakin isi dari catatan itu sama seperti fakta yang diungkapkan Mas Ghama. Hanya satu harapan kita. Isi file dalam mp3 itu."

Gayatri menggantungkan kalimatnya, ia menatap Ghama penuh harap. "Tolong retas kode passwordnya, Mas," lanjut Gayatri.

Ghama membuang napas kasar. Sudah pernah ia mencoba meretas kode tersebut, tapi gagal. "Kode itu tidak bisa diretas. Harus dibuka secara manual. Jika kita mencoba meretas, mas takut, justru mengurangi kesempatan kita untuk membukanya."

Gayatri mengembuskan napas panjang. "Kesempatan yang ada hanya tinggal dua kali. Aya pernah mencoba membuka dan gagal."

"Waktu itu angka apa yang kamu masukkan?"

"Tanggal ulang tahun pernikahan bapak sama ibu."

Ghama diam sejenak, ia mulai memikirkan kombinasi angka yang mungkin, tapi tidak mendapat petunjuk jelas karena sang ayah tidak memiliki angka favorit.

"Kita harus segera mengungkap ini. Mas yakin Nugraha dan Khrisna sudah saling bertemu dan bekerja sama. Bukti-bukti yang masih mereka miliki bisa jadi akan segera dimusnahkan," ucap Ghama lirih.

Shinta mengangguk setuju. "Lalu? Apa rencanamu, Tuan Galak?" tanyanya. Hal itu membuat Ghama menatap tajam dan kesal padanya.

"Sepertinya, kita harus membuat gebrakan tidak terduga melalui berita," ucap Gayatri tegas.

Shinta menjentikkan jarinya dan tersenyum girang. "Setuju! Cara jitu untuk menarik pandangan publik adalah dengan menggunakan media. Publik bisa menilai sendiri bagaimana kasus lima belas tahun lalu itu. Ah, tapi ..."

"Apa?" tanya Ghama cepat.

"Kita butuh sesuatu yang bisa memancing kasus lama itu mencuat. Sebuah gebrakan agar bisa menarik perhatian publik, tapi ... apa?"gumam Shinta.

Gayatri menunduk seraya membuang napas kasar. "Ada satu cara, tapi aku nggak akan gunakan cara ini."

Shinta dan Ghama seketika menoleh, menatap Gayatri penuh tanya dengan sorot penasaran.

"Apa?"

Gayatri menggeleng. "Tidak. Jangan. Yang lain saja."

Ghama menyentuh lembut lengan adik perempuannya itu, ia menatap begitu dalam seraya bertanya, "Apa yang ada dalam pikiranmu, Aya? Kenapa enggak membaginya dengan kami? Dilakukan atau tidak nanti kita putuskan bersama."

Gayatri diam sejenak. Ia menggigit bibir bawahnya beberapa saat sebelum mengambil napas dalam.

"Satu-satunya cara mengangkat kasus lima belas tahun lalu kembali mendapat perhatian publik adalah dengan memberitakan kasus yang sama, gebrakannya adalah dengan menunjukkan kasus serupa."

GAYATRIWhere stories live. Discover now