31. Dibandingkan

943 167 21
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!
Happy Reading

***

Bagi Hira pagi hari ini terasa berbeda, bangun tidur disambut dengan senyuman mentari dan juga senyuman seseorang yang selama ini selalu Hira dambakan.

"Ayo bangun, mandi, terus sarapan. Ayah sama abang udah nunggu di bawah," ucap Kaluna tanpa menghilangkan senyumnya. Ia singkap selimut yang menutupi seluruh tubuh Hira agar anak laki-lakinya itu lebih mudah untuk bangun.

Sementara Hira masih terdiam di tempatnya dengan keadaan masih terbaring. Hira terlalu terkejut sekaligus terpana melihat sosok yang ada di hadapannya saat ini. Terkejut karena perlakuan yang Kaluna berikan padanya dan terpana akan senyum manis sang ibu.

"Hey, kok malah bengong. Ayo cepet bangun, terus mandi," ucap Kaluna dengan sebelah tangan mengusap kepala Hira.

Tersadar dari lamunannya Hira pun segera bangkit. "Makasih udah bangunin Hira," ucap Hira tak lupa membalas senyum Kaluna.

"Sama-sama, Sayang. Ya udah, gih mandi."

Hira pun mengangguk, lalu segera melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.

Senyum Hira pun tak pernah luntur sejak bangun tadi, bahkan ekspresi bahagianya hari ini pun terbawa sampai meja makan, membuat Mahas yang sudah duduk manis di tempatnya agak kebingungan melihat sang adik yang terus tersenyum.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tanya Mahas begitu Hira sudah duduk di sampingnya.

Mendengar pertanyaan Mahas, Hira pun sempat melunturkan senyumnya sedikit. Lalu Hira tatap satu per satu tiga orang yang berada di meja makan tersebut.

Ada Mahas di sebelahnya yang masih memasang ekspresi bertanya, tetapi tidak bohong jika Mahas ikut senang melihat senyum Hira pagi ini.

Kemudian tepat di hadapan Mahas ada Kaluna yang menatapnya lembut, Hira pun kembali menampakkan senyumnya. Masih tidak percaya bahwa senyum itu bisa ia lihat hari ini.

Terakhir tatapan Hira jatuh ke arah satu-satunya sosok yang duduk di penghujung meja makan, sosok yang selalu Hira impikan menjadi sosok hero di kehidupannya, menjadi sosok panutan untuknya. Di sana Jourell terdiam dan hanya sibuk dengan sarapannya, berbeda dengan Kaluna dan Mahas yang tadi membalas tatapan Hira, Jourell tidak melakukannya.

Padahal Hira berharap jika hari ini Jourell akan memperlakukannya sama seperti Kaluna tadi, tetapi harapan hanyalah sebuah harapan, Jourell masih terlihat cuek terhadapnya.

Tidak apa, mungkin Jourell masih berusaha belajar untuk menerima Hira berada di tengah-tengah mereka.

Sarapan pun di mulai, tidak ada lagi yang mengeluarkan suara. Satu keluarga kecil tersebut sudah fokus terhadap sarapannya masing-masing.

"Nilaimu turun di semester ini," ucap Jourell tiba-tiba membuat ketiga kepala yang berada di sana langsung menatapnya.

Mahas menautkan kedua alisnya, menatap sang ayah dengan bingung. "Mahas belum ada pengambilan nilai semester, Yah. Turun gimana maksud Ayah?"

Jourell mengangkat pandangannya yang sejak tadi terfokus pada piring di atas meja.

"Bukan kamu, Mahas, tapi Hira," ucap Jourell menjelaskan pertanyaannya.

SenandikaWhere stories live. Discover now