15. Terpaksa Berbohong

925 141 27
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Setelah hampir lima belas menit lamanya, seorang dokter dan perawat keluar dari tirai yang tertutup di depan mata Gilang. Langsung saja Gilang bangkit berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana, Dok?" tanya Gilang.

Wikta Grahana—nama dokter muda tersebut yang baru saja selesai menangani Hira tadi.

"Apakah kamu benar kakaknya pasien?" Dokter Wikta masih saja tidak percaya dengan Gilang yang mengaku sebagai kakak dari Hira.

Gilang mendengkus kesal, mengapa dokter muda itu terlihat tidak percaya dengannya? Namun, jika dilihat dari segi kemiripan wajah, wajah dari keduanya tidak ada kemiripan sama sekali. Mungkin itu yang membuat dokter Wikta tidak mempercayai Gilang.

Namun, Hira tidak punya keluarga, bukan? Bahkan kedua orang tua angkatnya pun Gilang tidak tahu ada di mana. Jadi, tidak salah jika Gilang mengaku sebagai kakak Hira, saat ini Gilang sedang menjadi wali Hira.

"Iya, Dok, saya kakaknya. Jadi, bagaimana keadaan adik saya?" Gilang sudah muak, jadi ia menekankan kata 'adik saya' yang diucapkannya. Gilang itu sudah sangat resah sejak melihat keadaan Hira tadi, malah ditambah dokter yang tidak percaya jika ia adalah kakak dari Hira, meskipun itu memang benar.

Wikta mengangguk, lalu menghela napas. "Mari ikut saya sebentar."

Gilang pun mengikuti langkah Wikta yang entah akan dibawa ke mana. Saat ini yang ingin Gilang tahu adalah kondisi dari Hira, dilihat dari gelagat dokter muda itu sepertinya kondisi Hira tidak baik-baik saja.

Sampailah Gilang di depan sebuah ruangan dengan puntu bertuliskan 'Dokter Jaga' itu.

"Silakan masuk," ucap Wikta mempersilakan Gilang masuk lebih dulu setelah ia membuka pintunya, barulah setelah itu Wikta menyusul untuk masuk.

Saat di dalam ruangan, Wika kembali mempersilakan Gilang untuk duduk dan dirinya memposisikan duduk di hadapan Gilang. Kini posisi keduanya saling berhadapan dengan sebuah meja sebagai pemisah.

"Apa Hira punya penyakit asma, Dok?" tanya Gilang sebelum Wikta menjelaskan kondisi Hira.

Mengingat saat di kost tadi Hira terlihat kesulitan bernapas, Gilang berpikir mungkin anak itu memiliki riwayat asma.

"Saya pikir awalnya juga begitu, Pak—"

"Pak, pak, emang gue bapak lo," gumam Gilang tiba-tiba saat mendengar panggilan Wikta. Meskipun dengan suara kecil, tetapi Wikta masih bisa mendengar jelas gerutuan Gilang tadi.

"Maaf, maksud saya, Mas," ucap Wikta mengoreksi panggilannya, ia juga merasa tidak enak karena memanggil Gilang dengan sebutan 'pak' padahal dilihat dari perawakan Gilang, mungkin usia dari laki-laki itu tidak jauh beda dengan Wikta.

"Gak masalah, Dok. Silakan dilanjut penjelasannya," ucap Gilang.

Wikta mengangguk, lalu melanjutkan pembicaraannya. "Awalnya saya pikir juga begitu, pasien mengalami serangan asma. Namun, dari keluhan yang pasien rasakan tadi kemungkinan itu bukan hanya sekadar asma, Mas."

SenandikaWhere stories live. Discover now