14. Resah

876 140 11
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Gilang dari ponselnya. Ia pun bangkit dari posisi tidurnya untuk duduk tegak. Gilang memperhatikan setiap gerakkan yang dilakukan oleh Hira, mulai dari saat remaja itu keluar kamar mandi, mengusak rambutnya dengan handuk, sampai saat Hira menggantung handuk di tempatnya.

"Ayo kita makan, Hir. Tadi gue udah pesen ayam goreng," ucap Gilang sambil mempersiapkan piring untuk mereka berdua makan, ia juga menyiapkan meja portable untuk menyimpan makanan mereka.

Sejak pulang dari kampus tadi, Gilang sudah sangat merasa lapar dan hendak mampir ke restoran cepat saji untuk mengisi perutnya. Namun, baru saja menginjakkan kaki di restoran tersebut, Gilang tiba-tiba teringat akan hadirnya Hira sekarang yang tinggal bersamanya.

Maka dari itu Gilang mengurungkan niatnya untuk makan di tempat, ia membawa makanannya pulang tak lupa juga memesankan untuk Hira.

"Abang kenapa gak makan duluan aja?" Hira duduk di sebelah Gilang yang sudah memindahkan ayam goreng beserta nasi ke atas piring. Hira menatap Gilang yang sedang fokus, ia tahu Gilang kelelahan setelah pulang kuliah dan Hira yakin Gilang pasti merasa sangat lapar.

"Nungguin lo, lah. Masa gue makan duluan, ya, gak enak," ucap Gilang. Setelah itu ia memerintahkan Hira untuk segera menyantap makan malamnya.

Tak ada pembicaraan saat mereka makan, karena Gilang paling tidak suka makan sambil berbicara. Katanya hal itu tidak sopan, dan kita bisa tersedak jika makan sambil berbicara.

"Bang, biar gue yang cuci piringnya," ujar Hira begitu ia melihat Gilang berdiri hendak membawa piring bekas mereka makan ke tempat pencucian.

"Udah, biarin gak usah dicuci, sekalian aja cucinya besok," kata Gilang tanpa menghentikan langkah. Laki-laki yang tahun ini genap 20 tahun itu pun meletakkan piring kotor ke tempat cucian dan membuang sampah bekas bungkus ayam gorengnya ke tempat sampah.

Sementara Hira memilih untuk membereskan ruang tengah, melipat meja portable yang telah selesai digunakan dan dikembalikan ke tempatnya.

"Berapa ayam gorengnya, Bang?" tanya Hira sambil memeriksa tas ransel yang biasa ia gunakan untuk ke sekolah, mencari sesuatu di sana.

Gilang berdecak tidak suka. "Apaan sih lo, Hir. Gak usah diganti, harga makanannya juga gak seberapa."

Hira menghela napas, tidak seberapa katanya? Hah ... dasar anak orang kaya. Memang bagi beberapa orang ayam goreng yang baru saja dimakan oleh Hira harganya masih sangat terjangkau bagi kaum menengah ke atas, tetapi tidak bagi Hira. Bagi Hira ayam goreng yang merknya sudah terkenal itu memiliki harga yang lumayan mahal.

"Masa Hira makan ditraktir Abang terus?" Hira sudah mengeluarkan selembar uang berwarna biru dari dalam dompetnya, siap diberikannya kepada Gilang.

Entah sudah ke berapa kalinya Gilang selalu membelikan makanan untuk Hira dan laki-laki itu tidak mau uangnya digantikan oleh Hira. Meskipun di beberapa kesempatan, Hira akan memasak untuk mereka berdua, tetapi tetap saja Hira merasa tidak enak jika Gilang terus membelikannya makanan.

"Lo simpen uang itu, atau gue usir lo dari sini," ucap Gilang, tatapannya sangat tajam membuat Hira memilih untuk memasukkan uangnya ke dalam kantung celana yang saat ini ia kenakan.

Hira belum siap untuk pergi dari kamar kost Gilang, bukan ia terus-menerus mau merepotkan Gilang, tetapi Hira belum siap untuk mencari tempat yang baru. Uangnya juga belum cukup untuk membayarnya.

SenandikaWhere stories live. Discover now