17. Candramawa

901 142 13
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Suasana setelah hujan itu sangat menenangkan apalagi dengan ditemani bau dari tanah dan dedaunan yang basah akibat hujan. Banyak orang yang menyukainya, termasuk Hira.

Saat ini Hira berada di depan kelasnya, kedua tangan bersandar pada pembatas tembok. Kebetulan kelas Hira berada di lantai dua.

Ketiga sahabatnya sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka. Hira tidak ditinggal sendiri oleh ketiga sahabatnya, melainkan Hira sendiri yang memutuskan untuk tidak ikut ke kanti.

Remaja laki-laki berusia 16 tahun itu menghela napasnya, ada banyak sesuatu yang terpikirkan oleh kepalanya itu. Salah satunya adalah kegiatan yang akan ia lakukan setelah pulang sekolah nanti. Bukan untuk bekerja, Hira harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan check up.

Sebenarnya Hira menolak pergi ke rumah sakit, tetapi Gilang terus menuntutnya untuk pergi. Kata Gilang, Hira tidak perlu mengkhawatirkan masalah biaya, Gilang yang akan menanggungnya.

Itulah yang jadi masalah, selama ini Hira sudah sangat merepotkan Gilang dengan tinggal di kost milik Gilang. Hira tidak mau merepotkan Gilang lagi dengan membiayai pengobatannya.

"Lagi mikirin apa sih, Hir?" Revano tiba-tiba datang dan langsung berdiri di sisi Hira.

Hira tidak langsung menjawab, ia melirik ke arah belakang untuk mencari kedua sahabatnya yang lain.

"Renjana sama Nara masih di kantin, kekenyangan mereka sampai mager banget buat jalan ke kelas," ucap Revano, seakan tahu apa yang dicari Hira.

Hira hanya mengangguk, lalu kembali bertumpu pada pembatas. Tatapannya melayang ke arah langit yang masih terlihat mendung, belum ada tanda-tanda sang mentari muncul kembali siang ini.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, Hir," ucap Revano protes karena belum mendapat jawaban dari Hira.

"Lo punya temen atau saudara yang lagi butuh pekerja gak, No?" Bukannya menjawab pertanyaan Revano, Hira malah menanyakan hal yang tak terduga.

Revano menautkan kedua alisnya. "Lo lagi butuh kerjaan lagi? Udah gak kerja di tempatnya bang Atuy?"

Lagi-lagi Hira menghela napas, seperti ada benda tak kasat mata yang bertumpu pada kedua bahunya, terasa sangat berat.

"Gue selalu butuh kerjaan, No, apalagi sejak gue tinggal sendiri. Gue gak mau ngerepotin abang sepupu lo lagi," jawab Hira.

Revano terdiam, ia menatap dalam ke arah Hira yang berdiri di sampingnya. Jujur saja, Revano sangat ingin membantu Hira, tetapi Hira selalu menolak bantuan darinya ataupun dari kedua sahabatnya yang lain dengan Hira alasan tidak mau merepotkan mereka bertiga.

"Kata bang Gilang hari ini lo harus check up, 'kan, Hir?" tanya Revano, mengalihkan pembicaraan.

Hira mengangguk, lalu berkata, "Tapi gue gak mau, ntar bang Gilang yang bayarin check up gue."

Kali ini Revano yang menghela napas. "Tapi lo harus tetep check up, Hir. Lo tuh belakangan ini sering sesek napas."

Iya, setelah kejadian Hira dilarikan ke rumah sakit karena kesulitan bernapas, sejak itulah intensitas kambuhnya menjadi sering. Revano, Nara, dan Renjana tentu saja sangat khawatir. Mereka mendapatkan informasi dari Gilang jika hari ini Hira harus melakukan kontrol ke rumah sakit, ini kesempatan untuk mengetahui keadaan Hira.

SenandikaWhere stories live. Discover now