29. Yang Terbaik

944 181 19
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Hari ini langit pagi terlihat cukup cerah dibanding hari-hari sebelumnya yang selalu mendung. Seperti biasa Hira sudah bersiap dengan seragam sekolahnya di pagi buta tadi. Setelah dirasa siap, Hira pun melangkahkan kaki keluar kamar.

Saat akan menuruni tangga, Hira bertemu dengan Kaluna yang ternyata akan melangkahkan kaki juga menuruni anak tangga.

"Bunda duluan aja," ucap Hira mempersilakan Kaluna untuk melangkah lebih dulu.

Kaluna terdiam kaku, kedua matanya memperhatikan wajah Hira yang saat ini tepat berhadapan dengan dirinya. Ada sesuatu dalam dirinya yang bergejolak ketika anak di hadapannya itu memanggilnya dengan sebutan 'bunda'.

Ini bukan pertama kalinya Kalina dipanggil 'bunda', bahkan Mahas sering melakukannya. Namun, entah kenapa ketika kata itu keluar dari mulut seorang Hira membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

Detik berikutnya Kaluna melangkah hendak menuruni anak tangga tanpa membalas perkataan Hira sebelumnya.

"Bunda!"

Hira terkejut bukan main ketika ia melihat Kaluna yang hampir saja terpeleset dari atas tangga tersebut. Beruntung Hira lebih dulu menangkap tangan Kaluna sehingga wanita itu tidak jadi terpeleset.

Jika saja Hira terlambat sedetik, mungkin tubuh Kaluna sudah terguling ke arah bawah tangga yang cukup tinggi itu.

Beberapa pelayan dan penjaga di rumah tersebut langsung menghampiri sumber suara saat mendengar teriakkan Hira yang cukup kencang tadi, tak terkecuali Jourell dan Mahas yang keluar dari kamar masing-masing.

Jourell membulatkan kedua bola matanya ketika ia melihat sang istri tengah terduduk di anak tangga pertama dengan sebelah lengan yang masih digenggam erat oleh Hira.

"Hey, Sayang. Kenapa?" tanya Jourell begitu ia mendekati tubuh Kaluna yang masih shock.

Tak ada jawaban dari Kaluna, wanita itu masih mengatur napasnya yang terasa sangat cepat dan sebelah tangan yang berada di depan dada merasakan detak jantung yang berpacu.

Karena tidak mendapat jawaban dari Kaluna, Jourell pun menatap ke arah Hira yang masih setia berdiri di samping Kaluna.

"Kamu apakan istri saya?" tanya Jourell dengan nada tajam.

Hira yang sudah mulai tenang pun melirik ke arah Jourell. Ia perlahan melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Kaluna. Hira menundukkan kepala ketika merasa jika Jourell menatapnya dengan tajam.

"Ma—maaf," gumam Hira tergugup.

"Yah! Ayah ini kenapa sih, kok nanya itu ke Hira seakan-akan Hira yang udah buat Bunda kayak gini," ucap Mahas yang sejak tadi hanya diam sambil mencerna apa yang telah terjadi di pagi hari ini.

"Kamu belain anak itu? Lihat Bunda kamu, keliatan shock banget, Mahas!" ujar Jourell, kali ini tatapan tajamnya mengarah ke Mahas.

"Kita belum denger ceritanya apa yang terjadi sama Bunda barusan," jawab Mahas. Ia menarik Hira untuk tidak tetap berdiri di anak tangga karena bisa saja hal tersebut membahayakan Hira.

"Aku hampir jatuh, Mas," gumam Kaluna tiba-tiba tentu saja masih bisa didengar oleh yang lainnya.

Tatapan tajam Jourell kembali mengarah ke Hira. "Kamu mau mencelakakan istri saya?"

SenandikaWhere stories live. Discover now