10. Aneh

838 132 17
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Nara terbangun dari tidurnya begitu alarm yang ia pasang pada ponselnya berbunyi. Setelah mematikan alarmnya, Nara pun bangkit dari tidurnya dan melirik jam dinding yang berada tepat di atas televisi. Nara ini bukan tipe anak tunggal kaya raya yang harus dibangunkan, dia akan bangun sendiri jika sudah waktunya.

Waktu masih menunjukkan pukul 05.45, waktu yang cukup bagi Nara untuk bersiap sekolah meskipun terkadang Nara akan berangkat ke sekolah dengan waktu yang mepet.

Diliriknya seseorang yang sejak semalam tidur bersama Nara. Di saat itulah Nara bisa melihat Hira yang masih terlelap.

Tangan kanan Nara terulur untuk memegang dahi Hira. Semalam Hira terserang demam, Nara tahu keadaan Hira semalam saat ia menemukannya di pinggir jembatan sedang tidak baik-baik saja, terlihat dari wajah Hira yang agak pucat.

"Masih panas," gumam Nara sepelan mungkin agar Hira tidak terganggu.

Perlahan Nara melepaskan telapak tangannya dari dahi Hira. Padahal semalam Nara sudah memberi kompresan untuk Hira agar panasnya turun, tetapi pagi ini Hira masih terserang demam.

"Lo gak usah sekolah, ya, Hir," ucap Nara lagi yang tentunya tidak dibalas oleh Hira.

Bergerak sangat pelan, Nara turun dari atas ranjangnya. Setelah itu Nara pun membersihkan dirinya.

Setelah melakukan ritual pagi dan menggunakan seragam dengan rapi, Nara pun pergi menuju ruang makan untuk sarapan.

"Pagi, Mi, Pi," sapa Nara begitu ia sampai di meja makan dan sudah menemukan kedua orang tuanya di sana.

"Pagi, Sayang. Gimana Hira udah mendingan?" tanya Yeye.

"Panasnya sih gak terlalu tinggi kayak semalem, Mi, tapi masih tetep panas," jawab Nara, lalu mengucapkan terima kasih kepada Yeye karena sudah menuangkan nasi goreng sebagai menu sarapan pagi mereka.

"Kalau sampai siang nanti masih tetep demam, kita bawa Hira ke dokter aja," ucap Sean yang diangguki setuju oleh Nara dan Yeye.

Nara menghela napas, kedua orang tuanya begitu khawatir dengan kondisi Hira begitu juga dengan dirinya.

"Mi, Pi," ujar Nara membuat Yeye dan Sean menatap putranya itu. "Kalau Hira tinggal di sini, boleh?"

Yeye tersenyum senang. "Tentu aja boleh. Mami malah seneng kalau Hira mau tinggal sama kita."

Nara tersenyum juga karena melihat keantusiasan sang ibu, sementara Sean hanya mengangguk bahwa ia juga setuju dengan ide Nara.

Nara sangat bersyukur dan berterima kasih kepada kedua orang tuanya itu karena mereka mau menyayangi Hira seperti anak mereka sendiri.

"Kenapa ada orang tua yang jahat banget sama anaknya ya, Mi, Pi?" Pertanyaan Nara kali ini membuat Yeye dan Sean menghentikan kunyahan mereka.

"Maka dari itu kamu harus bersyukur punya Papi sama Mami yang sayang banget dama kamu, Na," ucap Sean.

Yeye pun menyahut, "Denger apa kata Papi, kalau diomelin sama Papi atau Mami tuh nurut bukannya menye-menye."

SenandikaWhere stories live. Discover now