Satu Tahun Setelah Kamu Pergi

1.5K 146 29
                                    

Rasa ini seperti mimpi namun begitu nyata.

Lin, ini sudah setahun sejak kamu pergi.

Kepergianmu bukan hanya menorehkan luka untukku tetapi untuk orang-orang yang mengenalmu juga.

Bohong jika aku tidak menangis saat itu, bohong jika aku baik-baik saja sekarang.

Aku memang egois, kalau saja ingin meminta ... aku ingin kamu kembali.

Aku merindukanmu ...

Lebih baik melihatmu yang marah-marah daripada harus mendengar kabar tanggal kematianmu.

Alin ...

Aku harap suatu hari nanti kita kembali dipertemukan walau tak saling mengingat dan mengenali.

Taufan menutup diary notebook miliknya saat pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan pemuda berperawakan serupa dengannya.

"Katanya mau ikut ziarah? Om udah nungguin didepan," Gempa menarik Taufan untuk dari kamar setelah ia selesai berbicara.

"Mama gak ikut?".

"Nggak, katanya lagi dapet.".

Taufan mengangguk mengerti. Aurora pastilah tidak mau ikut, wanita itu selalu menangis jika teringat anak pertamanya.

"Om udah lama nunggu?" Taufan melihat Lucian yang sudah duduk di kursi kemudian.

"Baru sampai," Lucian tersenyum tipis, ia masih memperlihatkan sisi ramahnya pada anak yang kadang suka kurang ajar dengan bersikap jail.

Taufan terkekeh, ia tahu isi hati Lucian sekarang namun memilih abai.

Taufan masuk ke mobil lalu duduk di kursi belakang sedangkan Gempa duduk di samping Lucian di depan.

Buktinya setelah pergi pun kamu tak pernah bisa tergantikan, untukku bahkan untuk orang lain.

Kudengar Solar mogok sekolah saat itu, lalu Fang tak mau keluar kamar.

Ternyata kamu benar-benar berharga, Lin.

Namun, aku malah menyia-nyiakanmu. Andai saat itu aku lebih mempercayaimu, mungkin aku bisa menghabiskan waktu bersamamu sedikit lebih lama.

Rasanya menyesal tak menyadari hal ini dari awal, kalau kamu benar-benar penting bagiku. Kehadiranmu bagaikan sugesti untukku yang masih belum mengerti apa artinya keluarga.

Sekarang aku tahu Alin, kamu tidak salah hanya saja dunia ini yang tidak adil.

Taufan menghela napas. Netra heterochromia-nya menatap jalanan lenggang diluar sana.

Taufan jadi ingat masa lalu saat dia masih bersama saudaranya. Dulu Taufan selalu minta untuk dibelikan mainan di toko yang baru saja dilewati, yah ... semua itu hanya tinggal kenangan sekarang.

"Om, aku nyolong bunga daisy dari kebun Mama. Halilintar bakalan sedih nggak ya?" Taufan tak memiliki rasa bersalah karena setahunya kembarannya yang sudah lama tak ia lihat batang hidungnya itu menyukai bunga daisy.

"Mungkin dia bakal marahin kamu." Lucian menjawab acuh tak acuh. Taufan jika sudah diladeni maka akan semakin melunjak dan berakhir kesabaran Lucian yang di uji.

"Ah aku baru inget, dulu sering banget dimarahin dia karena gak habisin makanan. Tapi dia nya sendiri kadang makanannya gak abis,".

Dulu Taufan tak terima dengan sikap Halilintar yang itu. Namun sekarang dia mengerti bahwasanya Halilintar juga sama sepertinya, cepat kenyang saat makan.

"Udah sampai," Lucian memarkirkan mobilnya sebelum nanti dia akan menyuruh Taufan dan Gempa turun.

Taufan tertegun, jantungnya berdebar. Mungkin karena akan mengunjungi rumah terakhir kembarannya setelah enam bulan tak kesini.

"Aku duluan ya!" Taufan turun dari mobil, ia berlari meninggalkan Gempa dan Lucian yang masih di mobil.

Dalam kata dia ingin mengutarakan isi hatinya terlebih dulu sebelum nanti mengaji untuk Halilintar.

Hadiah yang kamu berikan saat itu adalah hadiah yang tidak bisa aku dapatkan dari orang lain. Hadiah terindah dan juga hadiah yang membuatku terus merindukanmu setiap saat.

Sea bilang jangan terus terjebak dalam masa lalu, aku harus melihat ke depan tanpa menoleh kebelakang. Tapi, apa itu artinya aku harus melupakanmu?

Lin, aku tidak sanggup melakukan semuanya sendiri.

Andai kata orang-orang menyuruhku untuk menggantikanmu sebagai anak pertama saat ini, aku benar-benar tidak bisa.

Tidak ada yang bisa menggantikanmu.

Taufan terisak, hatinya tak kuat menahan semuanya sendiri.

Jemarinya menyentuh nisan yang bertuliskan nama saudaranya.

Sesak. Taufan tak tahu jika ternyata sesakit ini ditinggalkan.

"Gue sama Gempa hidup dengan baik, lo jangan khawatir. Kita makan teratur, tidur tepat waktu, dan sebisa mungkin ngelawan rasa malas.".

Padahal Taufan sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.

"Padahal udah satu tahun, tapi gue masih ngerasa ini mimpi. Lin, lo gak kasian sama gue yang selalu menganggap lo masih disini?".

Netra nya menatap dua tangkai bunga daisy yang sempat ia letakan di atas makam. Mungkin jika ada angin yang menerbangkannya, Taufan akan menganggap itu Halilintar.

"Ketakutan terbesar gue selama ini benar-benar terjadi Lin.".

Taufan menutup wajahnya yang sudah basah dengan air mata menggunakan telapak tangannya.

"Gue kehilangan. Gak ada tempat bersandar setelah lo pergi, gak ada tempat cerita ternyaman lagi saat ini.".

Taufan cepat-cepat menghapus air matanya saat mendengar suara langkah kaki mendekat perlahan.

Gempa menepuk pundaknya, ia berdiri di belakang Taufan.

"Jangan nangis, setelah ini kita beli es krim terus makan di restoran favorit kamu. Katanya Om Luci yang traktir,".

Kata makanan yang terucap dari belahan bibir Gempa membuat netra Taufan berbinar. Tak pernah terbayangkan oleh Taufan jika hari ini akan di traktir makan oleh Lucian.

"Beneran?" Taufan menatap Lucian dengan matanya yang memerah dan jangan lupakan hidungnya yang ikutan merah, mirip seperti anak kecil yang menangis karena ditinggal ibunya ke warung.

Lucian mengangguk, tak mungkin dia berbohong pada Taufan yang sudah dia anggap seperti anak sendiri.

Pada akhirnya mau sebanyak apapun orang yang kutemui, sekalipun aku tak pernah menemukan orang yang sepertimu.

Orang yang akan kutemui saat membutuhkan adalah kamu, tempatku pulang dan bersandar adalah kamu.

Bahumu begitu nyaman untuk kujadikan tempat bersandar.

Tidak peduli jika bebanmu sudah berat, kamu tetap mau mendengarkanku dan kembali menanggung isi hati yang sebagaian ku berikan padamu.

Jika orang lain bertanya tentang orang terhebat bagiku, aku akan mengatakan dengan lantang bahwa kamulah orang terhebat untukku.

Lin, aku bahagia bisa terlahir sebagai saudaramu.

-

MASIH ADA YANG NYIMPAN DI PERPUSTAKAAN KAH?

ADA YANG GAMON WALAU UDAH MASUK 3 SEASON?

SAMA AKU JUGA GAMON, PENGEN RASA KEMBALI KE SETAHUN LALU


BUAT BENER BENER SETAHUN BUTUH WAKTU SEBULAN LAGI, TAPI TAKUT LUPA KARENA MULAI 22 JANUARI AKU MENGHAPUS GELAR SEBAGAI PENGANGGURAN.

[✔] 1. HIS LAST STOP Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin