004. Not childcare

2.3K 272 35
                                    

HAPPY READING

───────🍓💭───────

Gempa yang awalnya berada di dapur kini dia memberanikan diri untuk mengintip ke ruang tamu.

"Kak Lin lagi sama siapa, kok kayak suara cewek?" tanyanya entah pada siapa.

Gempa menajamkan penglihatannya supaya dia bisa melihat siapa perempuan yang sedang bersama kembaran beda lima belas menitannya itu.

"Yaya ya? Ngapain disini?".

Gempa berniat untuk menghampiri Halilintar dan Yaya, namun dia urungkan kembali karna takut masih ada Jane disana.

"Tapi kalau kesana takut masih ada Tante Jane".

Bibirnya melengkung kebawah lalu pergi ke meja makan dan duduk di salah satu kursi yang ada disana.


𓏲ּ ֶָ

Halilintar masih dengan posisi duduknya bersama dengan Yaya, tangannya mengambil sekotak strawberry milk favoritnya, membukanya dan meminumnya hingga menyisakan setengah.

Namun tak berselang lama, ponsel pintarnya berdering menandakan ada yang mengirimnya panggilan masuk.

Halilintar merogoh saku hoodie–nya yang bergetar lalu mengambil benda pipih persegi yang selalu dia bawa kemanapun, kecuali kekamar mandi.

Lalu disana tertera kontak dengan nama Om Lucian.

"Deon," Halilintar hanya bergumam untuk menjawab panggilan Lucian. Sejujurnya Halilintar tidak suka dengan panggilan itu, tapi ya mau bagaimana lagi, rata–rata orang dari keluarga Fernandez memanggilnya seperti itu.

Deon, Deon, Deon, dan Deon.

"Kamu lagi dimana? Lagi dirumah?" yang disebrang sana bertanya.

"Kenapa? Mau nyuruh jagain Joy sama Juli lagi?" Halilintar bertanya dengan nada suara tak bersahabat. Disana, Lucian terkekeh ringan karena keponakannya bisa dengan mudah menebak apa yang akan dia sampaikan.

"Itu kamu tau..."

Karena merasa tidak ada jawaban dari Halilintar akhirnya Lucian melanjutkan ucapannya.

"... Om mau pergi ke Swiss sama Tante Veena buat urus perusahaan yang ada disana buat seminggu, Joy sama Juli gak bisa ikut karena belum libur sekolah,".

Mendecih, remaja itu kesal karena kembali disuruh menjaga anak SMP yang berkamuflase menjadi bocil SD.

"Tapi gak ada yang gratis Om," Halilintar menyibakan rambutnya kebelakang karena menutupi matanya, "dan ini juga rumah, bukan penitipan anak.".

Disebrang sana Lucian mengangguk, dia mengerti dengan maksud Halilintar dan karena pada dasarnya semenjak kejadian itu Halilintar menjadi pelit jika itu soal uang.

"Iya, kamu jangan khawatir. Sekarang aja Om langsung transfer, oke?".

Lalu Halilintar memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak dan menyimpan hpnya diatas meja, tanpa lebih dulu membalas ucapan Lucian.

"Kenapa Lin?" Yaya bertanya saat melihat raut tak suka dari wajah Halilintar setelah selesai menelepon.

"Disuruh jagain sepupu." balas Halilintar ketus.

Yaya mengangguk paham, dia lumayan tahu jika Halilintar memang kurang suka ada sorang lain dirumahnya, katanya merepotkan.

"Jalani aja dulu, mereka nggak akan se merepotkan yang lo kira," kata gadis itu meyakinkan.

[✔] 1. HIS LAST STOP Where stories live. Discover now