035. Dream?

1.2K 192 14
                                    

HAPPY READING


༺═─────── 🍡☁️───────═༻

"Dua hari lagi".

"Dua hari lagi?".

"UAS".

Taufan menunduk lesu saat kembali mengingat perkataan guru agama nya tadi, disampingnya ada Halilintar yang sedang meminum strawberry milk.

"Alin".

"Hm?".

Taufan menoleh untuk menatap Halilintar, "fullday bareng gue ya?" tanya Taufan sambil menatap Halilintar penuh harap.

"Gak bisa" balas Halilintar.

"Kenapa?".

Halilintar bangkit dari duduknya lalu membuka pintu kamar Taufan untuk keluar dari kamar bernuansa biru itu.

"Gue sibuk" lalu setelah mengatakan itu Halilintar menghilang ditelan pintu.

Taufan menghela napas lalu dia menjatuhkan tubuhnya keatas kasur, matanya menatap kosong langit-langit kamarnya.

"Gue pengennya sama lo terus, tapi waktu jahat banget".

"Seandainya waktu itu gue gak nyuruh Papa sama Mama buat pulang cepet-cepet, kejadiannya nggak akan kayak gini" sesal Taufan.

"Dan lo gak akan sesibuk ini, Lin".


𓏲ּ ֶָ

Halilintar membuka pintu kulkas, lalu dia menghela napas saat melihat kulkas kosong, tidak ada isian apapun, hanya ada dua kotak cimory dan sebotol air mineral sih.

"Nasib ya jadi anak pertama, udah kayak duda anak dua aja" ucap Halilintar, lalu dia menutup kembali pintu kulkas karena isi kulkas yang menghawatirkan.

Tungkainya dia arahkan untuk pergi dari dapur, dan langkahnya terhenti di depan pintu kamar yang belum pernah dia masuki sama sekali.

"Mama masih belum pulang?" tanyanya entah pada siapa, "nanti pulangnya pasti malem lagi kan?".

Lalu Halilintar melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumahnya, meninggalkan Taufan yang sedang merebahkan dirinya di atas ranjang dan Gempa yang sedang bermain game di kamarnya.

Dia memakai sepatu dengan tali yang di rakit secara acak, lalu dia melangkahkan kakinya untuk keluar dari pekarangan rumahnya.

Matanya terpejam saat merasakan hembusan angin sore yang menerpa wajahnya, dan dia menyibakan rambutnya yang mulai panjang kebelakang.

Halilintar saja membawa motor tapi dia terlalu malas jika harus pergi ke pertamina jika bahan bakar motornya habis, dia malas jika harus mengantri panjang disana.

"Halilintar,".

Tubuhnya mematung saat mendengar suara yang sangat dia kenali, dia menatap ke sebrang jalan dan disana terlihat seorang pria yang sedang tersenyum padanya.

[✔] 1. HIS LAST STOP Where stories live. Discover now