026. Truth

1.3K 184 14
                                    

"Wait Taufan, wait!" seru Solar sambil berlari menghampiri Taufan yang sedang menaiki tangga untuk pergi ke kelasnya.

Taufan menghentikan langkahnya lalu membalikan tubuhnya untuk melihat Solar yang sedang berdiri dibelakangnya.

"Ngapain?" tanya Taufan dengan alis menukik.

Solar mengatur napasnya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Taufan, lalu dia merogoh saku blazer nya dan memberikan sebuah flashdisk pada Taufan.

"Lo harus liat ini!" titah Solar, lalu setelah Taufan menerima flashdisk nya, Solar segera melenggang pergi dari sana.

"Gaje." komentar Taufan.


𓏲ּ ֶָ

Brak!

"Lo mau gue bunuh?!" cetus Voltra saat Crystal memasuki kelasnya dengan cara membuka pintu yang barbar.

"Nggak tuh" sahut Crystal, lalu pemuda itu duduk disamping Voltra, "Volt" panggil Crystal.

"Hm?".

"Lo ngerasa kasihan nggak sih sama Hali?" tanya Crystal sambil menatap Voltra yang tengah mengotak–atik benda pipih persegi.

"Kadang ya kadang nggak" balas Voltra.

"Aneh".

"Dari orok".

"Heyyo, wasup gusi!" seru Solar yang baru saja memasuki kelas adik kelasnya, dan mendengar kata sapaan Solar yang terdengar salah membuat Voltra dan Crystal saling pandang.

"Kata bahasa Inggris lo salah deh" ucap Ice yang juga berasal disana karna kelas ini memang kelas Ice.

"I know, i know" balas Solar.

Ice menghela napas lelah, kemudian dia mengerutkan dahinya saat melihat ada yang berbeda dari wajah Solar hari ini.

"Lo kenapa?" tanya Ice.

"You ask me why? It's obvious I'm happy now" jawab Solar.

"Sorry ya, gue ini bukan orang Inggris, kalau lo mau ngomong bahasa Inggris, lo ngomong aja sana sama Bu Dhea" cetus Ice kesal.

Solar terkikik pelan, "gue bahagia karena... gue tau kebenarannya sekarang".


𓏲ּ ֶָ

Halilintar saat ini sedang berada di mansion utama Fernandez, bukan untuk apa–apa, melainkan hanya untuk menemui neneknya yang suka sibuk dengan butik nya.

Dan disinilah dia berada, di ruang musik tempat biasa Angeline — sang nenek — bermain musik dengannya.

"Lin" panggil Angeline sambil tersenyum manis pada Halilintar yang hanya diam saja bak patung didepan sebuah piano.

"Kamu kenapa?" tanya Angeline yang sekarang sedang berdiri disamping Halilintar.

Halilintar menoleh lalu menggeleng, lalu dia melangkah dari sana untuk duduk disofa yang berada disana, dan diikuti oleh Angeline.

"Kamu beneran nggak apa–apa?" tanya Angeline lagi.

Halilintar tak langsung menjawab dia lebih memilih untuk merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha Angeline sebagai bantalan kepalanya.

"Lintar cuma capek aja, Nek" ucap Halilintar, "Lintar lelah sama kehidupan ini".

Angeline tersenyum lembut lalu dia mengelus rambut cokelat Halilintar, "kalau kamu capek, kamu boleh istirahat".

[✔] 1. HIS LAST STOP Where stories live. Discover now