006. Just asking

1.9K 251 18
                                    

HAPPY READING

───────🍡🍄───────

Gempa baru saja sampai kesekolah karEna tadi ada sebuah masalah yang membuatnya telat dan berakhir ketinggalan bus pagi.

Dan alhasil, remaja itu harus berjalan kaki sampai kesekolah.

Langkahnya terhenti saat melihat tiga orang pemuda berperawakan tinggi sedang menunggunya di sana, bukan menunggu dengan maksud baik melainkan menunggu dengan maksud sebaliknya.

"Lo mau kemana hm?" ucap salah satu pemuda yang mengenakan cardigan berwarna hitam itu sambil menatap Gempa.

Gempa sangat mengenal pemuda ini, dia adalah sepupunya sendiri Beliung Edgar Fernandez namanya.

Sejak dulu dia memang senang sekali mengganggu Gempa apalagi saat dirinya sedang terjauh dari kedua kembarannya, padahal Beliung hanya mempunyai masalah dengan Taufan, dan Halilintar juga.

Gempa memilih abai saja kemudian dia berniat menerobos untuk pergi ke kelasnya, namun Beliung menarik kerah seragam Gempa bagian belakang hingga membuat Gempa kembali mundur kebelakang, "siapa yang bolehin lo buat lewat, hah?".

"Lepasin Bel! Aku mau lewat!" sentak Gempa sambil mencoba melepaskan tangan Beliung yang mencengkram kuat kerah seragamnya, hingga membuatnya tercekik.

Beliung menaikan sebelah alisnya, "mau main bareng? Tangan gue gatel nih" Beliung melepaskan kerah seragamnya Gempa lalu menatap pemuda yang seumuran dengannya itu.

Bugh!!

Satu pukulan lolos mengenai perut Gempa yang  hanya berisikan sehelai roti dan segelas susu saja.

Gempa terjungkal kebelakang, dia memegang perutnya yang sakit bukan main karna pukulan yang dilayangkan Beliung tidaklah pelan.

Beliung yang melihat itu mendecih sambil menatap Gempa tak suka.

"Little bastard, lo gak pantes buat jadi bagian keluarga Fernandez," ejeknya.

Beliung menghampiri Gempa masih dengan senyum miring yang tidak pernah hilang dari wajahnya.

Bugh!!

Kali ini bukan memukul tapi menendang dan Gempa tidak bisa melakukan perlawanan dia hanya meringkuk di dinginnya marmer.

Gempa bisa saja melawan balik Beliung, tapi kalau urusannya nanti akan langsung dengan papanya Beliung, atau lebih parah lagi kakeknya yang punya kesabaran setipis tisu dibelah tiga.

Bugh!!

Satu tendangan lagi di perut Gempa.

"A–akh... Bel udah, sakit" rintihan Gempa.

Beliung memilih abai, dan menendang kembali perut Gempa hingga membuat Gempa terdorong kebelakang dan mengakibatkan kepalanya membentur kerasnya tembok.

Bugh!!

Sekarang tendangan yang tepat mengenai dada Gempa dan itu membuat Gempa sesak bukan main, sedangkan Beliung saat ini manusia itu sudah melenggang pergi dari sana meninggalkan Gempa yang tengah meringkuk kesakitan.

Gempa mencoba bangkit namun entah kenapa, saat ini dunianya terasa berputar, kepalanya sangat pusing sekarang, pandangannya memburam.

Dia melangkah pelan menuju kelasnya sambil berpegangan pada dinding.

"Gempa?".

Gempa  kenal suara ini, suara gadis yang selalu memberikan perhatian padanya ketika berada dikelas.

[✔] 1. HIS LAST STOP Where stories live. Discover now