12. UNIVERSE

4 3 0
                                    

Celine di buat kaget oleh kejujuran Aruna, bagaimana dia bisa menyembunyikannya disaat seperti ini?

Celine memberhentikan mobilnya ditepi jalan.

"Celine kau menyembunyikannya dariku?" Terdengar suara amarah, namun Aruna tetap tenang melihat keluar jendela.

"Tidak. Karena aku tidak mau membuat kalian khawatir."

"Runa..," Celine sudah tidak bisa berkata-kata, Aruna tidak akan tau bagaimana perasaannya.

"Kau benar, dan Xana tidak ingin kita datang untuk menemuinya?"

Aruna hanya mengangguk.

***

Jega sedang memarkirkan mobilnya dihalaman rumah sakit.

Jantung Xana kini berdebar lebih kencang dari sebelumnya, tangan yang selalu dia genggam erat sampai memutih kini jadi gemetar tidak karuan.

Saat Jega ingin membuka pintu dengan payung disebelah tangannya, Xana yang sangat tidak sabaran berlari begitu saja meninggalkan Jega.

Jarak parkiran mobil dan lobi rumah sakit lumayan jauh, Xana tidak merasakan air hujan menimpa dirinya dia terus berlari untuk segera menemui Sang Mama.

Xana jadi perhatian seluruh penghuni rumah sakit dari dokter, suster, bahkan pasien yang berjalan-jalan karena bosan terbaring di bangsal rumah sakit ikut terheran-heran melihat kondisi Xana yang basah kuyup.

Xana menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan pasien yang dibawa tadi siang.

"Per-permisi Ma-mama saya di-" Xana terbata-bata saat berbicara, dia tidak tahu Kenapa dengan dirinya.

Perawatan hanya bisa diam dengan perkataan gadis yang sangat basah kuyup didepannya yang terbata-bata, dia tidak mengerti.

"Permisi, kami mencari pasien yang siang tadi dilarikan ke rumah sakit ini." Jega dengan sigap melanjutkan perkataan Xana, dan merangkul Xana yang gemetar.

"Sebentar akan sayang Klose check," jawab perawat yang ikut gugup karena Xana melihatnya dengan serius, atau Karena ada kehadiran Jega yang bak pangeran kerajaan yang menatapnya saat ini?

"Pasien ada di bangsal indah nomor empat puluh delapan, di lantai tiga." Ucap perawat dengan sopan.

"Terimakasih."

Jega memampa Xana agar tidak terjatuh menuju ke bangsal yang perawat itu ucapkan

Lantai 1, 2. Xana dan juga Jega melihat nomor bangsal satu persatu tidak jauh dari lift yang mereka gunakan tadi nomor 48 dengan nama pasien Ibu Sarah, dan juga Ibu melati terpampang jelas di papan nama yang menggantung di pintu.

Xana dengan perasaan sesaknya mendorong pintu dengan pelan-pelan, Jega dia hanya menunggu diluar karena tidak mau mengganggunya.

Cek Klek

Xana melihat sebelah kiri ada orang paruh baya yang sedang membaca koran, dan sebelah kiri ada sang semesta yang terbaring lemah.

Xana sungguh tidak tega melihatnya andaikan bisa Xana mengubah takdir dia ingin menggantikan posisi sang Mama.

Tapi sayangnya Xana tidak bisa, dia harus menjalani takdir yang pahit itu. Mau tidak mau Xana dengan terpaksa harus menelannya.

Xana perlahan menghampiri brankar yang memperhatikan sang Mama yang terlelap, rambut yang sudah berwarna putih, badan yang sedikit kurus, dan wajah yang sangat pucat.

Xana duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Mah, maafin Xana.." Xana seberusaha mungkin menahan air matanya dia tidak mau terlihat lemah di Depan ibunya.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Jan 15 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon