11. HIDDEN WOUNDS

12 3 0
                                    

Aruna kalut sekarang bagaimana mungkin Xana dengan seorang pria, dan Runa mendengar suara mesin mobil yang terus mengganggu pendengarannya.

Jega melihat kearah gadis yang masih tertidur dengan nyaman namun tidak dengan hatinya yang penuh rasa sesak.

[Saya temannya, dan dia baik-baik saja. 'mungkin?']

Xana terganggu dalam tidurnya ia perlahan membuka kelopak matanya melihat Jega yang sedang memegangi ponselnya.

"Maaf, saya tidak bisa membangunkan mu." Jega memberikan ponselnya kepada Xana,

Xana hanya mengangguk dia mengerti.

[Hallo,,?] Ucap Xana dengan suara lirihnya

Diseberang sana Aruna lebih kaget lagi, yang lain hanya memperhatikan tapi semua tetap mengkhawatirkan Xana.

Aruna berdiri dari duduknya, ia keluar sendiri untuk menanyakan maksud dari yang sebelumnya.

[Xana, kau dimana?] Tanya Aruna memelankan suaranya.

[Aruna,, tiba-tiba saja Mama masuk rumah sakit, dan aku sedang dalam perjalanan kesana.] Xana menjelaskan suaranya gemetar ingin menangis.

Bukan Haxana yang menangis, tapi Aruna dia tidak tahu apapun dia tidak kecewa Xana tidak memberitahu nya tapi disaat temannya sedang merasakan ketidak Adilan dunia dia sedang tertawa bersama yang lainnya.

Dari diamnya Runa diseberang sana Xana sudah tau sikap temannya itu, mereka sudah bersama-sama sangat lama, jadi Xana mengenal semua karakter teman-temannya

[Jangan menyalahkan dirimu sendiri Runa, aku yang salah tidak mengabarimu aku sungguh minta maaf.]

Yang Xana dengar hanyalah isakan tangis Runa.

[Aku baik-baik saja sungguh.] Xana tertawa kecil.

Jega bingung dengan Xana seberapa baik gadis disampingnya ini menutupi luka-lukanya?

Jega sangat tau Xana ingin menangis sejadi-jadinya, betapa dia ingin merutuki betapa kejamnya dunia.

[Kalian sedang makan-makan? Maaf aku tidak bisa hadir tapi aku janji kita akan melakukannya lagi. Sampaikan permintaan maaf ku pada Nana, dan orang yang kau ucapkan siang tadi karena tidak bisa ikut bersenang-senang.]

[Aku akan menyusul,] Aruna dengan suara terbata-bata sesak akibat menangis.

[Tidak. kau temani yang lain, aku bertemu orang baik jadi jangan khawatir.]

Hujan sepertinya enggan untuk berhenti berganti peran dengan bintang, rintiknya turun dengan lebat seperti ingin menemani Xana dengan air matanya.

Aruna menatap air yang turun memantul ke genangan, lalu ke sepatunya yang kini jadi basah, ia kedinginan karena ia merasakan luka temannya itu, lalu bagaimana Dengan Xana sekarang yang mengalaminya langsung?

[Haxana,,]

[Hmm,,?]

[Kau baik-baik saja?]

[Tentu, Mama pun akan baik-baik saja.]

Tidak ada jawaban lain diseberang sana, Aruna hanya diam.

[Aku hampir sampai, aku akan mengabarimu lagi.] Haxana menutup telfonnya dia tidak ingin terdengar bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

Setelah Xana menutup telfonnya dia ikut terdiam dengan segala isi pikirannya.

"Tidak apa-apa terlihat tidak baik-baik saja, kita hanya manusia biasa, jangan membohongi dirimu sendiri meskipun sangat sakit rasanya menerima kenyataan. kita tidak bisa tidak menolak takdir."

Xana hanya menatap Jega dengan sendu.

"Kita hampir sampai."

"Terimakasih."

***

Aruna cepat-cepat menyeka air matanya lalu pergi untuk menemui yang lain, Runa tersenyum seperti yang dikatakan Xana tadi semuanya akan baik-baik saja. Ia percaya.

Runa menjadi perhatian semua orang setelah dia terduduk kembali.

"Bagaimana?" Kali ini Celine yang menanyakan.

Runa terdiam sebentar apa yang harus dia katakan?. "Dia tidak bisa ikut ada urusan mendadak," semua orang tampan kecewa,

"tapi dia sudah berjanji akan mengadakan pesta lagi." Runa tersenyum tipis, sangat tipis orangpun mengira dia tidak terlihat ingin tersenyum. Celine sudah memperhatikan sejak dia masuk resto ada apa dengan Runa? dia seperti orang linglung.

"Pesanan nya sudah datang, ayo kita makan." Kini Celine membangun suasana, karena Runa hanya melamun, dan yang lain memperhatikan.

Mereka semua makan dengan khidmad, tanpa banyak drama. Tidak lupa dengan candaan Arra, dan Zila. Semua orang tertawa tapi tidak dengan Aruna.

Sudah cukup malam namun hujan masih tidak ada tanda-tanda berhenti, mereka satu persatu mulai pulang karena ada kegiatan masing-masing entah bertemu dengan teman yang lain atau tugas dari kampus.

Seperti saat ini Celine, dan Aruna sedang dalam perjalanan pulang dengan Celine yang menyetir. Runa hanya melamun melihat keluar jendela.

"Aku tau kau menyembunyikan sesuatu dariku." Sepertinya Celine sudah menaruh curiga kepada Runa.

"Kau pernah melihat Xana menangis,?"

"Tidak, Dia tidak pernah menangis sejak awal kita bertemu. Sepertinya?"

"Mama Melati masuk rumah sakit, kita tau dunia Xana adalah ibunya jadi aku tau seberapa menderitanya dia sekarang."

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Where stories live. Discover now