7. THEM STORY

16 7 3
                                    

Celine, dan Aruna sudah pergi dijemput supir nya masing-masing, sebelum mereka pergi terjadi perdramaan dimana mereka bertiga berebut untuk mandi terlebih dahulu, dan berakhir Xana yang terakhir. Xana hanya bisa diam dengan tatapan membunuh menunggu antrian kedua keluar dari kamar mandi. Xana sudah siap dengan handuk yang dia pegang, Sudah sangat lama Celine berada didalam Xana sungguh tidak sabar.

Suara gedoran pintu mengganggu acara mandi Celine didalam, ia dengan malas "SEBENTAR LAGI HAXANA.!" teriak Celine dalam kamar mandi.

"SUDAH SATU JAM, APA SAJA KAU DARI TADI.?" teriak balik Xana, satu jam bukan waktu yang sedikit. Bisa-bisa dia akan terlambat ke toko maupun Cafe, tetapi memang nyatanya ini sudah sangat terlambat.

Celine perlahan membuka pintu, dia berjaga-jaga agar tidak mendapatkan lemparan handuk, bahkan lebih dari handuk.

Celine tersenyum sangat manis, ia memasang muka tanpa berdosanya itu. "Aku bermain sebentar dengan dinosaurus yang ada didalam, dan seharusnya kau membuat kamar mandi lagi untukku mandi." Tawanya menepuk pundak Xana.

Sudah cukup, Xana sudah jenggah. "Kau bisa bermain diluar, dan itu mainan punya ku. Celine rumah mu besar kamar mandinya juga banyak kau bisa menaruh dinosaurus asli didalamnya jika kau mau." Xana sungguh diuji kesabarannya oleh Celine, Xana bingung harus berbuat apa kepada temannya ini. Xana mempunyai ide Sepertinya Xana akan menjual Celine dengan harga murah.

Sementara Aruna dengan handuk yang masih bersarang di rambutnya, dan sedang bersantai bersama cemilannya di sofa hanya melihat mereka malas, tidak ada hari tanpa bertengkar.

Bila gambaran wanita independen bukankah seharusnya mereka dijam 07.57 sedang sibuk-sibuknya dikantor? Tapi jika siapapun melihat kedua gadis yang sedang berdebat, dan satu lagi yang sedang bersantai sepertinya kata-kata itu sangat jauh dari mereka.

"Kenapa acara berita sangat membosankan?"  Aruna sejak tadi hanya berkutat dengan remote tv mencari acara film yang seru tetapi tidak ada satupun yang cocok dengannya.

Aruna tiba-tiba melotot mengingat Heels yang dia kenakan malam tadi sangat kotor karena air yang tergenang. Dia berfikir sebentar mungkin supir sudah di tengah perjalanan dia tidak ingin merepotkan lagi hanya untuk sebuah sepatu. 

Aruna melihat ke pojok ruangan dimana berdiri kokoh rak sepatu Milik Xana, perlahan namun pasti Aruna membuka rak sepatunya. Tidak terlalui banyak namun Xana mempunyai semua jenis. Aruna mengambil salah satu heels yang tidak terlalu tinggi berwarna hitam.

Aruna rasa cocok dengan style nya saat ini, karena memang mereka memiliki satu ukuran yang sama jadi itu sangat pas. Setelah Aruna akan memasangkan sepatu sebelahnya lagi Xana keluar dari kamar mandi mereka saling menatap. Aruna dengan sebelah sepatunya, dan Xana dengan handuknya.

Dan jangan lupa Celine dengan lipstiknya memperhatikan mereka berdua yang sedang tatapan mata yang sangat sulit dijelaskan.

Suara klakson mobil bergema diluar tanda supir Aruna telah datang siap menjemput sang tuan putri, serasa Aruna telah aman ia bergegas berlari keluar tanpa memperdulikan Xana yang berteriak. 

"ARUNAAAAAAA!!."

Aruna dengan kecepatan tinggi berlari kearah mobil dimana pintunya sudah terbuka lebar, dan siap untuk kabur dengan pak supir yang terburu-buru.

"Dia sangat menyebalkan, kalian sangat kaya raya kenapa sering memakai barang orang biasa sepertiku. Anehnya" Xana tidak habis pikir, mereka bisa saja memesan, dan akan segera dibawakan meskipun dari brand mahal mereka mampu membelinya kenapa harus barangnya yang biasa-biasa saja.

Xana tidak sepelit itu, dia bisa membagi barangnya dengan siapapun bila mereka ingin Xana bisa memberikannya asalkan mereka mau, dan bahagia itu cukup bagi Xana. Tetapi untuk Celine, dan Aruna sepertinya mereka sudah diblacklist oleh Xana karena sangat menyebalkan.

Celine hanya diam seperti sudah menjadi daftar hidupnya menyaksikan drama kedua sahabatnya, Dan dia sudah siap untuk pergi.

Setelah Xana keluar dari kamarnya, dan sudah siap untuk pergi, ia berfikir untuk mengisi perutnya dengan sepotong roti di kulkas yang sudah disiapkan tapi sepertinya itu hanya angan-angannya saja karena yang Xana lihat hanyalah air tidak ada roti kesukaannya.

Xana sudah tidak aneh, dan tidak berkata apapun dia tahu pelakunya siapa lagi kalo bukan Aruna, dan Celine temannya sejak SMP itu.

Xana senang mereka memakan rotinya itu, karena tau mereka tidak akan sempat untuk sarapan di kantor, karena pasti sangat sibuk apalagi datang dijam seperti ini pekerjanya akan semakin menumpuk.

***

Xana terus mendayuh sepedanya itu sesekali dia melihat-lihat sekitar untuk menyapa maupun melihat anak-anak yang sedang bermain di taman bersama ibunya.

Tidak butuh banyak waktu dia sampai ke tokonya, segera dia memparkir kan sepedanya dibelakang toko dimana disana ada tempat untuk beristirahat yang sangat tertata rapi kursi dan meja dikelilingi bunga-bunga.

Xana memelihara kucing putih berbulu lebat ditokonya, untuk menjadi penjaga. memang tidak masuk akal Xana hanya penyuka kucing tidak bermaksud untuk menjadikannya sebagai kucing penjaga.

Setelah Xana bermain sebentar dengan kucing yang di beri nama bumble, ia segera membuka toko.

Pemandangan pertama yang dia lihat setelah membuka tokonya itu bunga-bunga yang sangat indah, meskipun Xana melihatnya setiap hari tetapi tidak ada satu hari pun dia tidak mengagumi keindahannya. 

Xana segera membersihkan toko dengan talenta, tidak ada satu titikpun debu yang tertinggal dia sudah membereskan semuanya.

Setelahnya pelanggan terus berdatangan untuk memesan buket, maupun dekorasi untuk pernikahan. Sampai dia lupa dengan Cafe.

Gadis itu cepat-cepat pergi ke cafe dia tercengang melihat cafe yang penuh di setiap sudut, Zila sedang sibuk dengan pesanan di meja kasir, Dio yang sedang sibuk membuat pesanan. 

Xana segera kebelakang untuk mengganti apronnya, setelahnya membantu Dio. 

"Maaf saya terlambat, kalian sudah bekerja keras terimakasih." Dio menggeleng "tidak, kita baik-baik saja." Dio merasa tidak keberatan memang ini sudah tugasnya, dan dia maupun Zila sudah terbiasa dengan ini.

Xana tersenyum, dia ikut sibuk karena pesanan yang belum terpenuhi lengannya dengan lihai menari diatas pantry menyapa mesin Coffe maupun cream.

Kerja sama yang bagus, mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

"Saya akan ke toko sebentar ada seseorang yang harus ku temui, Nanti kuperkenalkan."

Xana kebelakang lagi untuk melepas apron, dan mengganti dengan apron khas toko Bunganya.

Dio melihat kepergian Xana dengan tatapan nanar, Zila hanya diam setelah dia melihat Dio sebentar. dia tidak bisa menebak tatapan apa itu.

"Kau menunggu lama?" Tanya Xana. "Aku baru saja duduk" jawab Nana.

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora