8. TWO SIDE OF THE WORLD

15 5 0
                                    

Setelah mereka mengobrol banyak tentang semua yang ada di tokonya dari mulai buka, dan tutup sudah Xana jelaskan semuanya. Dan yang membuat Nana melongo tidak percaya Xana tidak memaksanya untuk tetap berdiam ditoko dia bisa pergi ke Cafe untuk sekedar menyapa. Nana bisa melakukan apapun asal dia tahu batasan.

"Jika nanti kau harus ke kampus tutup saja tokohnya. Tidak usah memaksakan diri, batas manusia itu ada, kamu sebagai pemilik tidak boleh memaksakan itu." Nana merasa tidak enak, tapi dia mengiyakan.

"Saya akan kenalkan dengan yang lain." Xana menuntun Nana untuk pergi kesebelah toko bunganya yaitu Cafe.

Cafe sedikit ramai oleh pengunjung Dio, dan Zila sedang disibukkan oleh pesanan yang belum terpenuhi.

Xana membantu agar sedikit meringankan pekerjaan mereka.

"Na, perkenalan dia Dio, dan ini Zila." Nana memimpin. "Aah.. saya Nana, mohon untuk kerja samanya." Nana memberi hormat kepada Dio, dan juga Zila karena bagaimana pun Nana ini junior yang harus menghormati Seniornya.

"Mohon kerjasamanya." Zila dengan semangatnya. "selamat datang." Dio memberi salam untuk Nana bagaimanapun mereka akan menjadi rekan yang baik.

"Kapan kau mulai memulai kerja?"

Nana tampak berfikir, dia kembali menghadap ke Xana "terserah padamu, bila kau mau sekarang pun tidak masalah."

"Benarkah?" Tanya Nana memastikan, Xana hanya mengangguk.

"Okey, haruskah kita melakukan ritual menyambut keluarga baru?" Zila bersorak dia sudah tidak sabar untuk segera memanggang daging diatas bara api sepertinya.

Xana tersenyum dia mengikut saja, sama halnya dengan Dio dia hanya tersenyum tanda setuju.

"Oh ya! Kau tidak melupakan Arra?" Dio membantu menyadarkan Zila, hal menyenangkan seperti ini tidak akan terasa karena tidak ada yang lainnya. Nana dia hanya tertawa dia sangat senang disambut oleh hangat dengan yang lain.

"Ooooo! Dio kau terus mengingat Arra, apakah ada berita yang tidak aku tau?" Zila menatapnya dengan penuh tanda tanya, dan Dio yang sepertinya enggan untuk membuka mulut.

"Tidak seperti yang kamu pikirkan." Singkat Dio tidak mau meladeni Zila.

"Aku akan memberitahu Ka Celine, dan Aruna." Zila menatap takjub begitupun dengan Nana dia benar-benar merasa spesial.

Tidak terasa mereka mengobrol cukup lama sampai lupa dengan pantry yang mereka tinggalkan tidak luput dari pelanggan yang sedang menunggu, mereka enggan untuk mengganggu. pikirnya itu sedang ada rapat kecil-kecilan.

Nana, dan juga Xana seorang Gadis yang anggun dengan long dress berwarna biru awan sangat cocok dengan bunga yang sedang keduanya susun. Rambut bergelombangnya di ikat menyisakan untaian-untaian tipis disela wajahnya.

Dia baru mengingat untuk memberi tahu Celine, dan Aruna untuk menyambut keluarga baru. "Kau bisa sendiri? Aku akan menelfon sebentar." Nana hanya mengangguk dia tidak banyak bicara mungkin dia malu karena ini pertama kalinya dia bekerja dengan orang lain.

Sebelum Xana mengeluarkan benda pipihnya yang selalu dia bawa, itu sudah berdering terlebih dahulu bertanda panggilan masuk.

[Halo Cel..]

[Xana! Aku merindukan mu] Xana bergidik ngeri

[Stop.! Apa kau akan pulang malam?] Tanya Xana

[Tidak, sebentar lagi Selesai.] Jawab Celine yang sedang sibuk mendatangani kertas-kertas yang sangat menumpuk.

Celine dia tersentak kaget ketika melihat data kontraknya untuk bekerja sama dengan perusahaan yang sangat besar dimana itu pasti akan menguntungkan baginya.

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Where stories live. Discover now