2. BRIEF

30 10 18
                                    

"Arra, kamu tidak takut? kita hanya bekerja ber dua saja." Tanya Xana,

pukul 7 lewat 15 malam, bagaimana jika ada ada orang asing yang tiba-tiba mengacau menerobos masuk lalu mengacak-acak cafe? Pikir Xana.

"Aku?.. Sedikit, tapi masih ada toko lain yang buka jadi tidak masalah."

Arra? Ia juga sama takutnya, namun mau gimana lagi?. Tapi bukan kah mereka memang sudah terbiasa bekerja malam hanya ber 2 saja?.

Sepertinya awan akan membawa kisah baru lewat hujan untuk bumi, Dan Benar saja kini awan sepertinya sudah tidak bisa menahan hujan yang memaksa menerobos turun.

Arra melihat ke arah jendela "Woahh! hujan" ricuh Arra.

Xana memandang rintik air yang turun membasahi aspal jalanan, tenang yang gadis itu rasakan,  Haxana gadis penyuka hujan. Bukan tanpa alasan dia begitu menyukai hujan karena menurutnya rintik yang turun menghantam dedaunan membuat bisik dalam kepalanya, gundah dalam hatinya, lelah jiwanya seketika menghilang begitu saja.

Di musim penghujan, di penghujung bulan November Xana merasa di saat inilah dia merasa menjadi dirinya sendiri.

Banyak orang berlalu-lalang memacari tempat berteduh di depan toko-toko yang sudah tutup.

Suara lonceng menghiasi seisi ruangan, dan telinga Arra maupun xana.

2 orang datang memilih tempat duduk di ujung dekat jendela dimana mereka bisa langsung melihat hujan karna jendela kaca yang sangat lebar.

Sedangkan yang satu pergi ke meja kasir untuk memesan.

"Silahkan, mau pesan apa?" Arra dengan ramah yang sudah stay di tempatnya.

"Hot Chocolate, dan americano dengan sepuluh shot saya akan bayar lebih." Ucap pria yang memesan.

"Baik, untuk Americano memang sudah seperti prosedurnya jadi tidak usah bayar lebih. Totalnya jadi lima puluh enam ribu." Arra menjelaskan dengan sopan agar pembeli tidak tersinggung atas apa yang ia jelaskan.

lelaki ber stelan jas itu memberikan kartu yang dimana Arra tercengang dibuatnya karena kartu itu, bukan lagi berwarna silver atau gold tetapi hitam.

"Wow! anda sangat kaya ya?" Reflek Arra, ia membekap mulutnya sendri dengan tangannya, dia tidak sengaja dan tidak bermaksud. Lelaki ber-jas itu tertawa geli reaksi wanita di depannya berlebihan tapi ia sangat lucu.

"Ini punya bos ku." jujur bukan? Untung lelaki di depan Arra ini sangat humble dan seru. "Kau mempunyai nya?" Bisik Arra dia sedikit becanda dengannya.

"Tentu saja..," Arra menunggu penasaran

"tidak." Mereka tertawa bersama, oh ayolah yang melihat mereka pasti mengira mereka sepasang kekasih yang sedang becanda riang.

"Aku hampir lupa, sebentar pesanannya akan di antar." Arra memberikan selembar nota bukti pemesanan

Arra memberikan note pesanan kepada Xana yang sudah menunggu sejak tadi "Maaf lama." Haxana mengangguk.

Tangan yang terampil mengutak-atik mesin coffe menari di atasnya belum 10 menit pesanan sudah jadi, Xana beranjak dari tempatnya untuk menghantarkan coffe pelanggan.

"Silahkan." Xana menaruh Chocolate panas, dan americano nya di meja perpaduan warna coklat dan putih.

Xana ingin segera meninggalkan meja, karena ia tidak ingin mengganggu privasi pelanggan, tapi suara Bariton yang gagah menghentikan langkahnya

"Tunggu, ini dengan sepuluh shot?"

Tanya lelaki yang ber- aura mahal dengan rambut basah menutupi alis.

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang