6. DRAMA

15 7 1
                                    

Xana terus mendayuh sepedanya menulusuri jalanan pinggir kota yang khusus untuk bersepeda, ia tidak malu disaat orang-orang sudah mengendarai motor maupun mobil.

Sebelum pulang dia mampir kesalah satu perpustakaan untuk meminjam buku, Tidak hanya meminjam buku ia sudah ada janji dengan Nana untuk permintaannya tadi.

Nana melihat gadis sedang duduk diantara pengunjung yang sedang membaca juga.

"Permisi." Xana mendongak menatap pria yang sedang berdiri didepannya, menggunakan Hoodie oversize, dan celana jeans. Memang terlihat seperti orang Korea pada umumnya. tinggi badan dan kulit berwarna putih pucat rambutnya yang turun sedikit menghalangi mata, bibir tipis berwarna pink.

Xana segera menyadari itu Nana karena dari melihaty saja sudah memperjelas dari posturnya seperti orang Korea, memang orang Korea hanya saja dia tinggal di Indonesia.

Mereka mengobrol cukup lama sampai Nana mengangguk menyetujui kontrak yang Xana buat untuk menjaga tokonya selama dia mengunjungi ibunya dikota bandung.

Setelah Xana, dan Nana selesai dengan urusannya, mereka pergi meninggalkan perpustakaan. Nana akan memulai kelas malamnya, dan Xana pulang untuk beristirahat. 

Sesekali disepanjang jalan Xana melihat kearah orang-orang yang sedang bersama pasangannya bertukar canda tawa, dia menikmati masa sendirinya tapi dia sedikit iri kepada mereka yang sudah mendapatkan pasangan hidupnya.

Xana merasa senang setelah dia melihat istananya dari jarak jauh, dia sudah tidak sabar untuk menyapa kamarnya itu.

Gadis itu sudah bersih dari noda-noda sejak pagi dia menjaga toko bunga, dan Cafe. Ia mengambil Snack, dan juga cola untuk menemaninya menonton acara favoritnya yang akan tayang. Saat ia sedang fokus menonton televisi, suara ketukan pintu mengganggu indra pendengarannya. 

Ia tidak curiga sama sekali, selama dia pindah kerumahnya ini tidak ada hal-hal yang perlu di khawatirkan.

Ia membuka kenop pintu membukanya lebar-lebar, menunjukkan sosok ke-dua sahabatnya sedang mengangkat paper bag berisikan banyak makanan. Sepertinya mereka akan berpesta malam ini.

Ricuh riuh suara gadis-gadis yang sedang bernyanyi tidak jelas mengisi teluruh dudut-dudut ruangan, Bak cacing kepanasan bisa mendeskripsikan keadaan mereka saat ini.

Seperti faktanya umur mereka bukan lagi umur-umur anak muda mereka cepat lelah, padahal mereka masih sangat muda dilihat dari sekitar banyak sampah bekas Snack dimana-mana, dan cola. Mereka sedang bersantai sekedar untuk tiduran dilantai maupun di sofa.

"Bagaimana dikantor?" Xana memulai percakapan. "Seperti biasa." Jawab santai Aruna.

"Aku pusing, aku ingin di Cafe." rengek Celine. 

Xana, dan Aruna saling menatap, Lalu tertawa terbahak bahak membuat Celine mendengus.

"Manja sekali." Sorak Aruna. "Padahal bukan pertama kalinya kau ke kantor Cel" celetuk Xana.

"Tetap saja." Ia mengubah posisi tidurnya membelakangi mereka.

"Padahal kau nanti yang akan menjadi pemiliknya tapi malah mengeluh, anak semata wayang orang paling perpengaruh tidak mau bekerja di kantornya sendiri." Aruna meledek Celine, Celine mengambil bantal yang ada didekatnya lalu melemparkan ke-arah Aruna.

Untungnya Aruna cepat menghindar, bila tidak pasti terkena muka cantiknya itu. Xana hanya menonton, keributan-keributan mereka berdua karena lebih seru dari film favoritnya.

"Kau sendiri tidak mengaca huuu!!" Sorak Celine membela dirinya sendiri.

"Sepertinya drama kalian lebih seru dibanding drama kesukaan ku, nanti bila dijual akan laku dipasaran dengan mahal." Xana mengehentikan keributan mereka.

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora