5. MEMORIES

13 8 1
                                    

Lampu disisi jalan yang tidak terlalu terang menemani jega dimalam ini, cahaya yang menyoroti membuat bayangan tubuh jega yang seperti batu dipahat sangat indah oleh seniman berkelas.

Dia merogoh saku jasnya menelfon seseorang. "Jemput saya, dijalan-...," dia tidak berfikir untuk berjalan kaki bukan karena hujan ataupun jarak rumahnya yang jauh, tapi dia harus cepat kembali untuk pekerjaan yang tertunda. Jega berusaha mungkin mempersingkat waktu.

Tidak membutuhkan waktu banyak, mobil roadster berhenti tepat dihadapannya

"Maaf saya mengganggu waktu anda." ucap Jega sedari melepaskan Jas yang ia gunakan yang basah itu.

"Ini sudah tugas saya." Balasnya tegas.

Disepanjang jalan Jega hanya diam menatap rintik hujan, menikmati pemandangan malam pepohonan yang rindang terhuyung-huyung karena angin. Jega menikmatinya bagaimana pohon tersebut tidak membiarkan daunnya terhempas angin, dan mempertahankan atas dasar keindahan 

Tanpa dia sadar mobil yang Jega tumpangi berhenti dihalaman rumah yang sangat luas, dan besar namun tampak tidak berpenghuni.

Sebelum Jega pergi ke kamarnya dia akan ke dapur untuk minum "ma?," panggil Jega ragu. Jega melihat bayangan hitam menujunya, seketika dia kaget melihat sosok didepannya yang menggunakan long dress berwarna putih dengan rambut yang digerai acak.

Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira dia hantu, seperti yang Jega pikirkan saat ini.

"Darimana kamu?, sekalian jangan pulang Je." Sinis mama jega, Jega tau itu hanya untuk gurauan mana mungkin mama nya tega.

"Banyak sekali dokumen yang harus ditinjau jadi aku pulang malam." bohong Jega.

"Adikmu bilang kamu sudah pulang dari tadi," 

Jega gelagapan bagaimana bisa dia melupakan adiknya itu yang bekerja di perusahaan yang sama, dia seperti terciduk oleh polisi karena telah melakukan tindakan kriminal.

"Tadi aku terjebak hujan." Jawabnya cepat. Mama Jega heran matanya menyipit menatap Jega curiga. "Bukan kah kau membawa mobil?," Mama jega melotot kaget saat Jega hanya diam "Jega kamu tidak berbuat macam-macam di luar sana?" Jega hanya tersenyum melihat Mamanya berakting 

"Ma.., mobilnya mogok tadi." Jelasnya Mama Jega tersenyum kepadanya ia mempercayai semua yang anak tertuanya itu bilang

"Mama hanya becanda, kau sudah dewasa Je, jadi terserah apa yang mau kamu lakukan asal itu baik, tidak merugikan dirimu sendiri, dan orang lain." Jega tersenyum betapa dia mengagumi sosok didepannya ini. 

"Aku tau, oh ya ma,, kenapa belum tidur?" Tanya Jega

"Sudah, tapi papa kamu itu sangat berisik kalau tidur." Mama Jega memutar bola matanya malas mengingat suaminya itu sangat berisik bila tertidur.

Jega tertawa suaranya khas seperti bapak-bapak tapi dilihat dari umurnya dia masih muda. Mama Jega pun ikut tertawa

Malam yang dingin, dihangatkan oleh kedekatan kedua orang yang sedang tertawa betapa hangatnya rumah bila masing-masing mengerti satu sama lain.

***

Suara burung yang bertengger diatap yang sedang bernyanyi, kicauan nya bagaikan alarm menghiasi setiap pagi pendengaran Xana. Gadis yang masih terbungkus selimut tebal untuk melindungi dirinya dari terpaan dingin, perlahan membuka enggan matanya.

Dengan cepat Xana bergegas untuk menyiapkan diri, ia akan kembali ke toko bunganya itu.

Xana berdiri dihadapan cermin melihat pantulan dirinya sendiri. "Hari yang baru, awal yang baru. Mari buat cerita yang lebih baik dari hari kemarin, dan selesaikan dengan benar." Kata-kata yang selalu dia ucapkan setiap pagi Bak mantra karena itu membuatnya bersemangat untuk menjalani kehidupannya.

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang