10. IT'S COLD THE WORLD

9 3 0
                                    

Hujan dengan kesombongannya turun begitu saja mengguyur kota sepi, seperti yang sudah di atur. hanya Xana, dan Jega yang berdiri tanpa niat untuk pergi berteduh.

Hujan dengan kisahnya baru saja dimulai dengan kesesakan dalam jiwa seorang Xana.

Xana sudah tidak bisa menahan beban dirinya yang mencoba untuk jangan terjatuh, berdirinya dengan tegap akhirnya tumbang dengan Jega yang sudah menahannya.

Jega bingung dengan situasi seperti ini, apa yang harus dia katakan atau lakukan? 

"Xana..,"

"Jega."

Xana tidak bisa lagi menahan air mata yang memaksa keluar, dia menumpahkan segala sakitnya dipeluknya Jega ditengah derasnya air hujan. Derasnya air hujan, dan air mata Xana tidak berbeda mereka terlalu sama.

Jega mengambil handphone di sakunya untuk menghubungi seseorang.

Xana tidak bisa mendengar jelas, mana suara Jega, jeritan tangisan, dan air yang deras turun dari awan ke bumi, Xana terlalu kosong.

"Jega, aku harus pergi sekarang juga." Xana bicara dengan susah payah ditengah isakan nya.

Jega mendengar jelas apa yang Xana inginkan, di dalam pelukannya Jega melindungi Xana dari sakitnya terkena air hujan yang sangat tajam.

***

Xana tidak sadar, dan dia tidak ingin tahu kenapa dia berada dalam mobil dengan Jega yang menyetir, disepanjang Jalan Xana hanya menatap kosong jalanan yang sepi, ia hanya mendengar suara air hujan tanpa memperdulikan Jega disebelahnya.

Xana tertidur dengan baju dan rambut yang masih basah, dinginnya tidak ia rasakan karena terlalu lelah menangisi dunianya yang terbaring Lemah di ranjang rumah sakit.

Dunia memang sudah dingin, dan hampa sejak ia lahir ke dunia, tanpa sosok ayah maupun keluarga yang lain. Isakan tangisan bayi yang baru lahir ingin ditimang manja oleh ayah maupun keluarga tapi Xana hanya menangis tanpa ada yang memanja kecuali sang Mama.

Jega memberhentikan mobilnya ditepi jalan, ia mengambil Jaz yang tergantung di kursi belakang untuk menjadi selimut agar sedikit menghangatkan tubuh Xana.

Jega menyeka air matanya yang terus mengalir melewati pipi gadis didepannya, dia tertidur tapi kesedihan menembus sampai dunia nyata.

"Apa yang kau lewati Xana..?" lirih Jega matanya melembut iba.

Jakarta ke-Bandung bukankah jarak yang dekat Jega dengan hati-hati membawa mobilnya tenang karena jalanan licin terguyur hujan ia harus tetap waspada karena apapun bisa terjadi saat dia lengah.

***

Di restoran khas Italia. Zila, Dio, dan Nana sudah berada ditempatnya menunggu seniornya datang. Mereka terlebih dahulu memesan minuman.

"Bagaimana kabar orang tuamu?" Tanya Zila berbasa-basi agar suasana tidak canggung.

"Orang tuaku baik-baik saja." Nana merasa tenang pertanyaan yang sederhana namun bermakna hanya untuk sekedar berbasa-basi.

Zila tidak hanya menanyakan itu tanpa omong kosong, tapi dia tau mana yang harus di ucapkan, dan yang tidak.

"Syukurlah."

Suasana yang masih canggung bagi mereka karena kehadiran Nana, Zila mencoba untuk mencairkan suasana dengan beberapa lolucon anehnya yang mengundang ke-dua manusia itu tertawa.

Arra sudah datang dengan anak baru yang akan menemaninya kerja mulai sekarang di Cafe. Kehadiran mereka menjadi mood tidak ada lagi rasa canggung.

"Oh! Ka Celine, dan ka Runa sudah datang." Arra menunjuk kearah mereka dari arah pintu masuk menghampiri

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Where stories live. Discover now