1. WE

38 9 3
                                    


Toko yang sudah seperti taman bunga berdiri kokoh di pinggir jalanan kota Jakarta bernuansa putih yang amat bersih.

"Xa, aku mau ke cafe dulu. Gapapa kan?" Sebelum gadis yang menyusun bunga menjawab, dia langsung melenggang pergi

Dia gadis yang berambut gelombang seperti gelombang air laut, sudah terbiasa dengan kebiasaan temannya itu, Ia memfokuskan padangannya menatap objek yang menjadi penenang jiwanya.

Khas suara lonceng berbunyi, pertanda ada yang akan berkunjung untuk sekedar bertanya maupun membeli.

Gadis itu berbalik melihat siapa yang berkunjung ke tokonya, cantik. dengan senyumnya yang sangat indah.

Haxana Iccaza, kita sebut saja Xana. Wanita yang sederhana, semua Ia syukuri. Wanita yang ingin melanjutkan hidup dengan tenang tanpa banyak bisik yang menggangu jiwa. Dengan manik mata coklat Hazel, dan rambut terurai bergelombang.

"Silahkan, cari bunga yang seperti apa?" Xana tersenyum ramah.

"Bunga untuk Laki-laki yang tampan, dan juga sangat berkharisma." Ibu itu terkekeh sendiri, ntah apa yang Ia bayangkan mengenai sosok yang dia sendiri deskripsikan.

Gadis itu hanya mengangguk, dan ikut tersenyum menghargai.

"Perlu saya rekomendasikan?" Izin Gadis itu, karna bagaimanapun tetap pilihan Ibu itu yang paling utama

Ibu itu mengangguk sambil tersenyum.

━❀❀❀━

Sedangkan tadi gadis yang sudah melenggang pergi untuk ke Cafe sedang membuat pesanan yang menurutnya sedikit merepotkan, americano dengan 10 shot? Ia tidak habis pikir.

"Coffe dengan sepuluh shot apa dia tidak akan kepahitan!?" dengusnya, Ia sangat menyesal meninggalkan toko yang seperti taman keukenhof garden lesse di negara Belanda itu.

"Marah-marah Mulu itu awas tangganya kena air panas," sahut seorang Wanita yang sudah memperhatikan Celine sejak awal dia membuat Americano pesanan pelanggan.

Celine Herzie Gutama, 26 tahun. perempuan yang sangat amat kaya raya namun Ia tidak akan malu akan hal kesederhanaan dalam hidupnya, gadis yang sangat-sangat cantik. Tidak hanya cantik dari luar, Celine Harzie Gutama adalah wanita yang senang dikelilingi orang-orang yang bisa mengandalkan nya.

Celine melihat ke arah belakang dia mendapati Aruna sedang memperhatikan nya "ga- ak--"

Aruna hanya bisa berdecak, ucapan nya tidak meleset sama sekali. Buktinya sekarang Celine sedang meniupi tangannya sendiri yang terkena cipratan air panas.

Mau tidak mau Aruna melanjutkan pekerjaan Celine yang sangat berantakan itu.

Aruna zitaka Sianda, 26 tahun. wanita yang begitu sederhana, tidak banyak yang mengira Aruna Zitaka Sianda adalah anak dari konglomerat karena penampilan, dan kepribadiannya yang sederhana. Ia tidak malu untuk bergaul dengan orang jalanan. Dia dikenal dengan orang yang baik hati, dan budinya yang luhur.

"Kalau kerja yang ikhlas kan begini akibatnya! Layani Pelanggan layaknya Raja dan Ratu." ceramah Aruna, Celine hanya tersenyum. Karna memang ucapannya itu benar.

"Iya Runa, makasih udah di bantuin." Cengir Celine menampilkan deretan gigi yang cantik seperti dirinya.

"Bay the way, siapa yang pesan? Ini ga kepahitan apa ya? sampai sepuluh shot." tanya Aruna yang sedang berkutik dengan mesin coffe.

Celine mengidikkan bahu "entah, kan Aku disini, bukan jadi kasir"

Siapapun tolong Aruna yang sangat pelupa padahal umur mereka masih sangat muda.

"Sorry."

━❀❀❀━

"Permisi, aku rasa ini cocok dengan yang Ibu maksud tadi." Xana menaruh bunga Gladious dengan pot kaca menambah kesan yang sangat elegan

"Bunga Gladiolus sendiri memiliki arti kekuatan, kemenangan, penyembuhan, dan kehormatan. Sangat cocok dengan Karakter yang Ibu maksud." Xana menjelaskan, Ibu yang memesan hanya mengangguk menyetujui.

"Saya ambil, sekalian saya akan mengambil bunga ini juga." Ibu itu menunjukkan bunga hazel, yang sudah Ia genggam mungkin sejak tadi.

Selesai membayar, dan sesekali Ia bercerita tentang sosok yang ia deskripsikan itu, denga di iringi canda tawa. Tak luput dengan waktu yang terus berjalan hingga hiasan awan bernama sunset sudah mulai memperlihatkan keindahannya.

Xana sudah menutup tokonya, seperti sudah menjadi tradisi
ia akan mengeluarkan beberapa tangkai bunga untuk di Taruh depan toko siapapun bisa ambil itu.

Ia segera ke cafe yang dimana ke 2 temannya sudah menunggunya.

"Hallo, kalian telah bekerja keras. Terimakasih." sapa Xana ke 2 pekerja yang sedang istirahat menunggu shift nya selesai, dan di gantikan oleh Xana dan pekerja paruh waktu yang belum datang.

"Terimakasih, kalo gitu kami pamit" Balas Zila, dan Dio. Setelah Arra pekerja paruh waktu datang mereka langsung pamit untuk mengistirahatkan diri mereka.

Xana, dan Arra memakai apron nya agar baju yang mereka kenai tidak terkena noda dari coffe maupun cream.

"Kalian istirahat dulu, lebih baik besok kalian jangan Datang, kalian ada jam kerja di kantor biar ini nnti Zila sama Dio yang urus, mungkin nanti Arra ikut shift pagi?" Ucap Xana Ia tidak ingin menggangu waktu teman-teman nya itu. Hanya karna xana terlalu fokus untuk toko bunganya.

"Besok aku tidak ada jadwal di kampus, jadi bisa shift pagi." jawab Arra Ia menyetujui Xana.

"Terima kasih." Ucap Xana, dan Celine kepada Arra yang sudah mau bekerja keras. Aruna hanya mengangguk menyetujui.

Aruna memegangi tangan Xana di lihat dari tatapannya ia mengerti, Xana lelah. "Yaudah kita pulang. Istirahat Na, kamu terlihat lelah." Xana mengangguk tersenyum kepada mereka.

"Aku akan istirahat nanti dimana memang sudah waktunya."

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Where stories live. Discover now