9. EXPECTATION

9 4 2
                                    

Awan yang sudah berubah berwarna jingga, dan matahari diam-diam menenggelamkan cahayanya untuk bertukar dengan bulan yang sangat bersemangat menimbul menemani malam.

Angin yang sepoi-sepoi menerpa wajah Xana yang sedang mendayuh sepeda untuk kembali kerumahnya, Sebelum sampai ke tujuan utama ia berhenti dipinggir jalan lalu duduk di kursi tua menikmati pemandangan taman yang penuh dengan bunga, dan juga taman yang penuh dengan kanak-kanak Yang sedang bermain.

Xana berfikir bagaimana jika dia menjadi kanak-kanak lagi? tapi itu tidak akan pernah terjadi, setelah menjadi dewasa ternyata tidak sebaik pikirannya waktu masih kecil tentang dunia yang sepertinya akan menyenangkan setalah dia dewasa nanti. Ternyata itu sangat melenceng jauh dari ekspektasinya.

Melihat anak-anak yang tertawa tanpa terpaksa, menangis tanpa malu, dan bermain dengan temannya tanpa beban yang ditanggungnya.

"Aah.., Aku sangat iri.!" Dialog Xana sendiri, dia sedikit menyeka air matanya yang turun tanpa permisi.

Xana memicingkan matanya melihat mobil dihiasi gambar ice cream yang Tampak sangat menggiurkan, Xana membelinya ice cream Coklat kesukaannya.

Setelah Xana mendapatkan apa yang dia mau, ia kembali ketempat yang sebelumnya dia duduki

"Kenapa ini sangat enak?" Serunya seperti kanak-kanak yang antusias mendapatkan hadiah dari orangtuanya.

***

"Pak, apa kau akan mengunjungi tempat sebelum sampai?" Tanya asisten Jega sekaligus teman dekatnya.

"Langsung pulang ." Jawabnya

Jega kembali menghadap jendela untuk melihat pemandangan pepohonan atau bunga disepanjang jalan, pria yang memakai jas berwarna biru tua dengan dasi hitam yang menggantung dilehernya membuatnya tambah kharismatik siapapun yang melihatnya pasti akan sangat terpesona dengan dirinya.

Tidak ada hal menarik di kantornya hanya berurusan dengan komputer, dan kertas-kertas yang menumpuk Jega sudah bosan melihatnya. Disaat keluar seperti ini ia rasa terbebas dari penjara yang bernamakan JN Company.

Dengan Mata hitam legamnya,Jega melihat sosok wanita yang sedang duduk di kursi tua pinggir taman dengan ice cream ditangannya, matanya tajam seperti elang meski dari jauh Jega menyadari itu Xana.

"Berhenti." Bara dibuat kaget dengan keputusan Jega yang tiba-tiba, tapi dia tetap menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang memang untuk parkir sepeda motor, maupun mobil.

Jega turun dari mobil, tanpa meminta Bara untuk membukakan pintunya.

Jega mengetuk jendela mobil pengemudi. "Saya akan berhenti disini, kau pergi duluan."

Sebelum Bara membuka pintu mobil, dan berbicara meminta alasan Jega, Jega terlebih dahulu pergi. Bara hanya menurut bila tidak dia akan dihabisi oleh teman sekaligus bosnya itu.

Jega terus menelusuri jalan setapak, yang banyak sekali bunga , dan bebatuan dipinggir jalan dia terus berjalan mendekat kepada gadis yang masih asik dengan ice cream nya sesekali tertawa melihat anak-anak yang sedang bermain.

Jega tidak tertarik dengan hal-hal yang dia lewati, langkah, tujuan, dan matanya terus tertuju pada Xana.

"Boleh saya duduk?" Xana terlonjak kaget dengan Jega yang meminta izin secara tiba-tiba, ia terlalu fokus pada anak-anak sehingga tidak menyadari ada yang menghampirinya.

"Tentu, kau yang dihalte itu?" Jega mengangguk, ia tersenyum menampilkan lesung pipinya membuat berkali-kali lipat menjadi lebih tampan. Cukup Xana sudah sadar sekarang.

"Kau suka anak-anak?" Tanya Jega melihat kearah anak-anak yang sedang bermain.

"Sangat! Mereka sangat manis." Xana membalas dengan yakin lalu tersenyum.

ONLY ME, AND RAIN. (ON GOING)Where stories live. Discover now