45. Ina Joules

Mulai dari awal
                                    

"Itu bahas bazarnya digrup yang mana sih, kok gak ada ya ditempat aku". Ina menunjukan ruang chat grup kelas mereka.

"Bukan grup yang itu na, grup yang baru dibuat dua hari yang lalu itu na".

"Kok aku gak ada ya". Ina mengerutkan keningnya.

"Gak dimasukin kali". Kata Rara.

"Wah iya cill lu kagak dimasukin nih, parah ni adminnya siapa ya".

"Kalau gak salah si Billa". Kata Fani mengembalikan hp Ina yang berada ditangannya.

Ina dibuat tambah bingung, kenapa Billa tidak memasukkannya kedalam grup, sepertinya Billa lupa fikir Ina positif. Mereka yang sibuk dengan spekulasi masing-masing tidak menyadari jika Evan telah berada dihadapan mereka.

"Masih mau berlanjut gosipnya?". Tanya Evan datar. Atensi mereka berempat langsung mengarah kearah Evan.

"Apa tidak melihat stand bazar kalian lagi ramai-ramainya, apakah kalian tidak ada niatan  untuk membantu sama sekali". Sarkas Evan.

"Ntar dulu Van, kita lagi bahas rahasia negara". Kata Wawa mengabaikan ucapan Evan, lalu memberikan hp Ina kepada Evan.

"Untuk?". Tanya Evan mengangkat satu alisnya.

"Coba lu check, siapa tau Ina ada main belakang, kan lu sibuk terus tuh". Kata Wawa, yang membuat Rara dan Fani tertawa. Ina melebarkan matanya mendengar perkataan Wawa.

"Enak aja main belakang apanya, main hp aja jarang. Lagian aku orangnya setia tau, Evan is number one in my heart". Ngegas Ina merambat hpnya.

"Haha bercanda cill".

Evan memutar matanya jengah melihat tingkah gadis-gadis itu.

"Ini loh Van, si Ina kagak tau info kalau kelas kita ikut bazar hari ini, gak dimasukin dalam grup dianya". Jelas Fani melihat ekspresi Evan yang seperti tidak ingin bercanda.

"Iya, kenapa aku gak dimasukin ya". Tanya Ina kepada Evan.

"Adminnya siapa?".

"Mantan lu tuh". Sahut Rara, Evan menatap tajam ke sepupunya itu.

"Ok, kalian kembali ke stand bazar bantu yang lain, Ina ikut gue".

"Kenapa, kan aku juga mau ikut bazar" protes Ina.

"Lu gak tau apa-apa tentang bazarnya, dari pada lu ngerusuh mending ikut gue aja".

"Iya sih na, lagian stand bazar kita jualan makanan na, mending lu gak usah ikut, capek soalnya". Fani menarik tangan Wawa dan Rara agar berdiri.

"Bener sih cil, gue pun malas sebenarnya bantuin bazar ini". Keluh Wawa.

"Beneran nih aku gak papa gak ikut bantu, aku jadi gak enak loh".

"Ngapain gak enak, orang mereka aja gak ada masukin lu ke persiapan bazarnya, berarti lu gak masalah dong kalau gak bantuin, kalau gue jadi lu mending gue duduk terus main hp". Kata Rara lalu beranjak pergi dari sana dan berjalan kearah bazar mereka.

"Iya cill, mending lu ikut Evan aja, soal kenapa lu gak diikuti sertakan dipersiapan bazar ntar gue tanyain ke billa deh".

"Oke deh, kalau gitu aku susulin Evan ya". Kata Ina menyusul langkah Evan yang sudah meninggalkan mereka.

Ina menghentikan langkahnya mengamati keramaian disekitarnya. Ia kehilangan jejak Evan, pandangan Ina menatap kesegala arah, matanya menyipit Saat mendapati siluet seseorang yang ia cari, ternyata sedang berada disalah satu stand bazar.

"Evan". Panggil Ina saat sudah berada didekat Evan. Evan hanya menoleh sesaat setelah itu ia melanjutkan aktivitasnya. Ina terus mengekori Evan kemanapun Evan melangkah.

VaNa(ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang