20. Waktunya untuk Berhenti

956 40 13
                                    

Dulu ada seseorang yang membuatku
Bersemangat untuk bertemu dengannya, dan sekarang orang itu menjadi orang yang paling tidak ingin aku temui.

*~Heldaina Putri Arkia~*

*

*

*

*

*

_______________________

Saat ini ina berada dikelas yang masih tetlihat sepi, sepertinya ia datang terlalu pagi. Ina memutuskan untuk mencoba bermain game untuk menghilangkan rasa gabutnya.

Sebenarnya ina sudah melihat tutorial cara bermain game tersebut, ina sudah cukup paham dengan materinya, dan sekarang ia ingin mencoba praktiknya.

Ina berlatih untuk bermain game tersebut atas keinginannya sendiri, itung itung nambah ilmu.

Ina tampak fokus dengan hpnya, tanpa ia sadari kelas sudah tampak ramai, dipenuhi oleh penghuni kelas tersebut.

"Woi cill serius amat, tumben main game". Beo wawa dengan suara nyaring nya.

"Gabut". Jawab ina singkat.

"Caelah, udah kayak si doi aja main game". Goda fani kepada ina.

Ina menatap fani tajam,
"Apa an, emang dia aja yang boleh main game".

Ina melirik ke meja evan, ternyata evan sudah berada disana duduk anteng menatap jendela. Ia ingin bertanya kepada evan, apa yang dimaksud pria tersebut kemarin. Tapi niatnya ia urungkan karna bell sudah berbunyi.

"Na, hpnya simpan dulu, udah masuk". Kata nafi yang berada di seberang meja ina dan bila.

"Eh iya". Ina melirik billa tidak enak, tapi seprtinya billa biasa biasa saja.

"Billa, kemaren nyokap gue nanyain lu, katanya harini mau ngajak lu main kerumah, lu maukan?". Tanya nafi ke billa.

Billa tampak gugup, namun bersaha menutupinya,

"Gua doang". Tanya billa datar.

"Iya, lu mau kan bill, mau ya, nanti gue beliin es krimm deh".

"ck... Emang gue bocil".

"hahaha makanya, lu mau kan, bisa ngamuk nyokap gue kalau lu gak datang". Kata nafi bergedik ngeri.

"Hmm, gue usahain datang". Ucap billa,

Billa ini gengsi tapi mau, fikir ina, memperhatikan interaksi mereka berdua. Dan hanafi orang yang tidak peka.

"Serasa jadi nyamuk". Gumam ina, yang masih didengar nafi dan billa.

"Hahaha, nyamuk apaan cantik kayak gini". Kata nafi tanpa beban.

Wah seketika rasa tidak enak ina kembali lagi. Ina melirik billa yang juga tertawa santai.

"Hahaha, manis banget mulut buaya". Kata ina menghilangkan rasa canggungnya, sepertinya hanya dia yang merasa canggung.

VaNa(ON GOING)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum