35. Berulah

755 46 14
                                    

"Daun Tak Pernah Membenci Angin, Walaupun Angin Seringkali Menjatuhkannya".

*

*

*

*

*

_________________________

"Maaf aku telat". Tutur Ina sopan saat sudah berada didepan teman kelompoknya.

Tidak ada yang peduli dengan kehadiran Ina, mereka hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan aktivitas masing masing.

"Evan ini ppt nya  gue ubah dikit ya biar lebih rapi, terus ada rumus yang gak terlalu penting, jadi gue hapus". Kata Windi salah satu anggotanya, saat  Evan sudah ikut bergabung.

"Santai aja, deluan lu sampai dari pada gue". Kata Evan yang lebih memilih merespon Ina.

"Iya na, Sans aja kali, kita-kita juga baru nyampe kok". Kata Aan yang ikut merespon saat Evan merespon, ia tak ambil pusing lalu kembali melanjutkan aktivitas menghafalnya.

"Duduk, ngapain berdiri disitu". Lanjut evan melihat Ina yang tidak bergerak dari tempatnya.

Windi yang melihat itu merasa kesal, tapi berusaha menutupinya dengan tersenyum.

"Evan ini bagu—".

"Lu udah hafal semuakan?". Tanya Evan memotong perkataan Windi, saat Ina sudah duduk disampingnya.

"Udah". Jawab Ina singkat, moodnya berubah buruk.

Evan mengangguk lalu, beralih menatap Aan, lalu mengambil alih leptop dari tangan windi."An lu udah hafal bagian lu?".

"Belum, dikit lagi ini". Jawab Aan yang masih fokus dengan hafalannya.

"Gue juga udah". Jelas Windi melihat Evan yang fokus memperhatikan ppt yang direvisinya.

Ina merapatkan bangkunya kepada Evan agar bisa melihat lebih dekat ppt tersebut. Ina mengerutkan kening saat melihat bagiannya tidak ada.

"Bagian aku mana win?". Tanya Ina kepada Windi.

Windi mengedikan bahunya acuh, lalu memilih asik memainkan ponsel.

"Evan bagian aku gak ada, kayaknya Windi hapus Van". Kata Ina mengadu ke Evan. "Ini Van, harusnya bagian ini siled aku". Tunjuk Ina menunjukan bagian presentasinya.

Oh ayolah tidak ada kata mengalah kalau sudah menyangkut keadilan bagi ina, Windi yang melihat seolah tak terima.

"Apa sih na, mana gue tau bagian lu, gue disuruh evan revisi ya gue revisi dong, iya kan an". Kata Windi membela diri dan meminta pembelaan.

"Tapi kan malam tadi udah Evan kabarin di grup chat, kalau ada penambahan siled buat aku". Kata Ina yang tak mau kalah.

Evan hanya diam tak menanggapi perdebatan kedua anggotanya itu, ia memilih fokus mengetik.

"Ya siapa lu, enak banget lu main gabung aja, padahal tugasnya udah siap dari kemaren, eh lu seenaknya gabung dan jadi beban buat evan". Sarkas Windi yang membuat Ina langsung tersinggung, Ina diam lalu membuka buku untuk belajar.

VaNa(ON GOING)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt