Epilog

20 0 0
                                    

"Bzztt ... Prof ... bzztt ...."

Nona Anna menekan tombol merah, terus memanggil orang-orang dari bidang penelitian, tapi tak ada yang menyahut. Koneksi putus total. Kapsul dalam mesin waktu tersentak menbrak sesuatu dan berhenti dalam anomali lubang cacing yang para ilmuwan temukan. "Profesor?" Sekai lagi dia berusaha menekan tombol merah, satu-satunya saluran komunikasi untuk bicara. Tapi, nihil. Tak ada jawaban seolah-olah koneksi terputus. 

"Sial!" Dia mendesah panjang, membuka pintu kapsul mulai memperbaiki bagian depan yang menghantam salah satu batuan besar. Sibuk dengan pekerjaannya dia dikejutkan dengan cahaya yang menyorot luas. Hal itu menelannya menyisakan dirinya yang hadir di tempat asing. "Tunggu. Di mana kapsulku?" Dia berbalik menilik sekitar, sekarang dia berada di tempat luas tempat mesin-mesin berjalan.

"Tunggu. Ini pabrik?" Dia berjalan semakin jauh, tempat di mana bubble wrap dicetak dan diolah. Langkah kakinya berjalan mengelilingi pabrik, kosong, seolah tidak ada orang. Lagi pula mengapa dia bisa berada di sini? Hendak berbalik mencari di mana kapsulnya berada, dia dikejutkan dengan suara bising. 

"Aku akan memenjarakanmu ke lapas anak!" 

Apa? Dia mencari sumber suara hingga menemukan gadis kecil dengan jaket merah yang berguling di antara belt conveyor hingga akhirnya masuk ke pemberhentian terakhir. Terjatuh di antara tumpukan bubble wrap. Dia masih keheranan apa yang dialami. Apa ini pengaruh dari lubang cacing? batinnya terus melangkah hendak mendekati anak gadis dengan rambut sebahu. 

Tapi, seolah tidak menyadari kehadirannya, gadis kecil itu melangkah pergi dan berjalan keluar pabrik. Kemudian yang terjadi selanjutnya terdapat lubang hitam yang berputar-putar di hadapannya lantas kembali menelannya hingga dia kembali muncul di tempat asing. Itu ruangan kecil yang sempit, dengan dinding yang memiliki cat mengelupas. 

"Dasar anak tidak berguna!"

"Maaf, maaf ...."

Dia tersentak ketika mendengar ringisan kesakitan juga pukulan. Gadis kecil yang dilihatnya tadi tersungkur jatuh dengan kepala berdarah, merintih terkapar di lantai putih. Dari kepalanya mengalir darah, sedangkan orang yang memukulnya berupa lelaki kurus kering melayangkan pukulan semakin banyak. 

Dia tak bisa bergerak, bahkan terpaku di tempat. 

Ringisan kini menjadi teriakan, ketika membuka mata. Gadis kecil itu sudah tak bernyawa, disusul oleh sang ibunda pun lelaki kurus kering yang terlihat sebagai ayah bunuh diri melihat keluarga kecil miliknya mati karena perbuatannya sendiri. Anna tak bisa berkutik, karena selanjutnya lubang hitam itu kembali menelannya. 

Peristiwa demi peristiwa dilewati, rute-rute yang tak bisa dia sentuh di mana semua anak-anak tak berdosa mati karena keserakahan, kebencian, bahkan takdir yang menyakitkan. Di lima rute yang berlainan dia terus berputar-putar melihat kemalangan yang berlangsung sedemikian rupa. "Tidak, aku tak tahan!"

Benar. Lubang cacing tempat dia terjebak berbahaya. Dia terperangkap dalam ruang waktu, loop yang tak berhenti dan terus menerus bergerak membuatnya terkurung dalam waktu dan tempat-tempat yang sama. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan adegan dia lihat hingga muak. Jika begini lebih baik dia mati.

Didera keputusasaan yang melimpah ruah, pada akhirnya dia dapat menemukan cara mengendalikan lubang cacing. Sebagai materi penggerak, tidak hanya dia yang terjebak, tapi juga dia bisa menjebak orang lain. Dibutakan oleh kegilaan yang tak berujung dirinya dengan kejam menjebak anak-anak kecil dari setiap rute yang dilewati lubang cacing untuk mengubah takdir mereka. Bahkan jika mereka harus mati berkali-kali.

Tapi, pada akhirnya dia tak sendiri, 'kan?

Dia bisa menebak seberapa berbahaya lubang cacing hingga para peneliti sialan itu menjadikan orang sepertinya tumbal dengan iming-iming harta. Dia menyesal, akan tetapi nasi sudah menjadi bubur, semuanya tak dapat lagi diubah. Hingga di celah lubang hitam dia menemukan pemukiman penduduk kriminal. Tanpa disadari pada awalnya dia berniat bunuh diri ke tempat tersebut.

Namun, dia mengetahui fakta bahwa orang yang terjebak dengan lubang hitam pun kembali menjadi anomali yang seiras dengan anomali lubang itu sendiri. Memiliki keganjilan di mana mereka abadi. Seperti anak-anak itu, jika mereka mati maka akan hidup lagi, hal ini berlaku pada dirinya juga. Akan tetapi dia tahu akan fakta lainnya, di mana darahnya yang berubah menjadi ungu bisa menyembuhkan semua penyakit, kekurangan, pun semua kecacatan.

Anomali lubang cacing telah mempengaruhi materinya hingga dia bukan lagi menjadi manusia biasa, yakni menjadi anomali yang unik dan tak dapat ditemukan sembarangan. Entah bagaimana dia memanfaatkan warga setempat untuk mencari anak-anak seperti dirinya, menajdikan mereka sekte sesat. Ruby, Olive, Bing, Andrew dan Taher. Satu-satunya harapan dia bisa terlepas dari neraka ini.

Dan akhirnya dia menemukan satu ide gila, di mana dia bisa mati di tangan anomali lain. Yakni, anak-anak kecil yang dia jebak dalam lubang hitam. Pada akhirnya dia mengatur rute untuk mempertemukan anak-anak kecil tersebut, membuat mereka kuat, bersama-sama untuk berakhir membunuhnya sebagai makhluk immortal yang terjebak dalam ruang dan waktu. 

Hingga pada sentuhan terakhir, dia membuka celah lubang hitam yang entah akan menuju ke mana. Dia sendiri tak tahu ke mana celah itu berakhir, bahkan dirinya tak mau repot-repot masuk ke celah itu yang dia jadikan hadiah kecil bagi para anak-anak yang berhasil membunuhnya kelak.

Dan rencana itu berhasil, setelah menghabiskan ratusan tahun dalam ruang kosong dan hampa, dirinya mati.

Sesuai keinginannya, menentang lubang hitam yang menjadikan dia abadi dan menyiksanya dalam rute mematikan. 

Namun, lubang hitam tak berhenti di sana. Para ilmuwa tak menyerah, dan mengirim orang lain untuk masuk dalam anomali sains, menjadikan mereka materi penggerak lubang hitam yang keji, menyebar semakin luas, tidak hanya pada Negeri Philia, tapi juga seluruh dunia di mana percobaan lubang cacing ruang dan waktu dilakukan.

Mungkin Nona Anna bukan korban terakhir, karena ini semua baru awal tragedi lain.

Di mana lubang bergerak, terus memakan korban, dan menyiksa mereka dengan bengis atau menjadi penolong bagi jiwa-jiwa putus asa. Menjadi secercah harapan baru di tengah penderitaan yang tak pernah berhenti.

TAMAT.

15 Januari 2024

The Hole [Proses Terbit]Where stories live. Discover now