16: Mermaid

14 0 0
                                    

Laut, Isolde 20XX

"Hah!" Ruby membuka mata, napasnya terengah-engah sementara dirinya memegang dadanya nyeri, perlahan kesadarannya datang membuatnya mulai melirik sekeliling. Di mana ini?  Dirinya berdiri bangkit dari tempatnya tidur, ada yang aneh. Ruby merasakan rambutnya tidak menyentuh bahu, gadis itu menyentuh rambutnya yang mengambang. 

"Lubang sialan!"

Ruby bahkan bisa melihat tubuhnya melayang dari daratan, pandangannya terus mengedar mengamati sekeliling. Kini tidak ada teman-temannya, dia pun tidak merasa dingin anehnya temperatur dalam ruangan hangat padahal dia ingat ada badai hujan, tubuhnya mengapung beberapa senti seolah bukan di daratan. "Ini seperti di air? Tapi bagaimana mungkin aku bisa bernapas."

Ruby menemukan kerang besar, setengah terbuka di sudut ruangan, dia mendekati perlahan dan membukanya hati-hati. Di balik kerang terdapat cermin besar dan kini dia bisa melihat tubuhnya yang melayang. Rambutnya mengapung dengan tubuhnya yang bergerak meliuk seperti berenang. 

"AAAKKKHHH!"

Itu suara Olive, segera menggerakkan kedua kaki layaknya berenang Ruby mulai membuka pintu dari ruangan. Awalnya Ruby bingung bagaimana membuka pintu yang ada di depannya, bentuknya seperti cangkang kerang raksasa, gadis itu mendorongnya, tapi tak terbuka. Kemudian dia melihat cekungan di sudut kerang raksasa dan mulai memutar pintu ke atas, membuat pintu terbuka.

"Olive!" Ruby mencari sumber suara, dia harus menemukan gadis kecil itu. Setelah menggerakkan kedua tungkai kakinya mengayuh, dirinya melihat gelembung-gelembung kecil mengudara setiap dia bicara, ini aneh seolah dia benar-benar di dalam air. "Olive!"

Dia melihat secercah cahaya, dia menyipitkan mata terus berenang hingga sampai di depan ruangan lainnya. Cahayanya merembes lurus kekuningan, seolah cahaya matahari, dia berenang ke dalam ruangan dan menemukan Olive meringsut di ujung ruangan sementara di depannya ada makhluk asing. Ruby kembali siaga, menatap tajam memperhatikan hati-hati. 

"Jangan khawatir, kau aman di sini."

Aman? Ruby mendengarkan denggan saksama, matanya menyelidik menemukan makhluk setengah ikan. Dari belakang dilihat-lihat tubuhnya dari pinggang ke atas seperti manusia tetapi di lain sisi dari pinggul ke bawah dia memiliki ekor ikan. Itu seperti ... seperti- "Kau duyung?!" Olive berseru membawa kesadaran Ruby kembali. Benar, duyung!

Ruby bisa tahu Olive mulai meliriknya, menyadari kehadirannya. Sebelum disadari oleh duyung yang  masih membujuk Olive, dari belakang Ruby bergerak cepat satu tangannya berada di sisi wajah duyung sementara satu tangan yang lain memukul sisi kepala yang berbeda. Hanya dalam satu sentakan duyung itu terjatuh pingsan tergeletak. "Ruby!" Olive yang belum menyadari tempat ini, awalnya terjatuh tidak bisa menyesuaikan diri, melihat Ruby yang berenang akhirnya gadis itu paham dan mulai berenang mendekati Ruby.

"Kita di mana?" tanya Olive memeluk Ruby erat, tatapannya ragu-ragu mengamati sekeliling, tampaknya Olive baru terbangun dan masih linglung. "Aku juga tak tahu." Ruby mendesah, mengusap kepala Olive. "Ayo, kita pergi. Kita harus mencari yang lain." Olive mengangguk, setuju mulai mengikuti Ruby keluar dari ruangan. 

Mereka terus berenang melewati beberapa tempat. Di setiap sisi jika dilihat secara teliti terlihat terumbu karang berbahan kasar yang menjadi penopang juga tempat naungan. Dengan cara yang sama membuka pintu-pintu di ruangan, kali ini kerang dengan pintu berwarna biru menarik perhatian dan keduanya berusaha mengendap-endap membukanya perlahan. Di atas ranjang kecil berbentuk cangkang kerang separuh, dengan spons seperti busa menjadi sandaran di sana terdapat Andrew dengan wig yang sudah terlepas. "Apa kita benar-benar di dalam air?" tanya Ruby mengedarkan pandangan, tetap waspada barangkali ada makhluk aneh lain yang memasuki ruangan.

"Olive pikir begitu." Olive mengangguk, menarik rambut Andrew. Membuat sang empu meringis perlahan membuka mata. "Ah! Ini sakit!" Olive tertawa menoyor kepala pemuda itu membuatnya membuka mata lebar-lebar. "Tunggu!" Andrew terperanjat memegangi rambut yang nyeri dijambak anak jahil itu, lantas melotot menjewer telinga Olive, membalasnya. 

Ruby memutar kedua bola mata melihat dua orang ini yang terus bertengkar, bersikap kekanak-kanakan satu sama lain. Andrew yang mulai sadar mengangkat tangan dan memandanginya, mulai terperangah dengan sensasi yang mengerumuni tubuh, dingin dan segar bahkan dia tidak merasa nyeri sama sekali. Ini aneh. Sebagai orang yang memiliki fisik yang sensitif Andrew tahu betul ini bukan daratan. "Ini ... hey anak kecil. Bukankah ini rasanya seperti di dalam air?" 

Olive cemberut bersidekap dada, wajahnya berpaling. "Itu benar, Olive sudah bilang dari tadi jika ini ada di dalam air." Ruby mengangguk mendengar percakapan keduanya. Hanya saja pertanyaan selanjutnya adalah mengapa mereka bisa bernapas di dalam air? "Apa kau tidak merasa sakit?" 

"Makanya kubilang aneh. Aku tidak merasa sakit. Aku merasa sangat sehat. Rasanya tidak pernah aku sesehat ini." Andrew mulai berdiri, seperti yang lainnya mengambang. Dia membuka jaket yang berlapis, rasanya sangat berat membawa beban di tubuhnya. Dari arah belakang muncul satu orang, Ruby bersiaga mulai menyudutkan orang itu dan mencekiknya ke arah pintu. Mereka harus tetap waspada, mau bagaimanapun ini di tempat asing. "Tu- tunggu." 

"Bing!"

Olive menarik Ruby yang sudah menyerang Bing. Mengendurkan genggamannya Ruby menaikan sebelah alis melihat Bing terduduk lemas memegangi lehernya yang dicekik. "A- aku bukan musuh. Ja- jangan khawatir." Olive mendesah membantu Bing bangkit sementara Ruby memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Tidak merasa bersalah. Lagi pula ini untuk pertahanan, jadi jelas ini bukan hal yang perlu dipermasalahkan. Bing yang baru bangkit dari keterkejutan mulai angkat suara. "A- aku ke sini ka- karena mendengar suara."

"Lalu apa Bing sudah bertemu duyung-duyung?" tanya Olive. Bing mengangguk membuat semua perhatian tertuju pada pemuda itu. Rambut coklatnya dengan warna mata senada bergerak gelisah, suaranya kecil hampir seperti berbisik. " Ta- tapi kita tidak bisa percaya mereka. Lu- lubang hitam itu tidak membawa kita tanpa alasan."

"Itu benar." Ruby menyetujui, mengangguk. Andrew berdecih melirik keluar terumbu karang, dari celah tersebut dia dapat melihat kehidupan dunia bawah laut. Ada duyung-duyung yang meliuk berenang dengan duyung lain, mata Andrew terperangah tidak bisa berpaling. "Bukankah duyung hanyalah mitos?" 

"I- itu me- memang benar. Ta- tapi dari pengetahuanku dulu sekali ada dongeng tentang du- duyung dan manusia. I- itu kisah lama, tapi terkenal sekali." 

Ruangan sunyi, tidak ada yang  bicara lagi. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing, sebelum sempat bertindak dari arah pintu duyung-duyung berdatangan membawa trisula menodongkan senjata. Menggenakan zirah terbuat dari emas berkilap-kilap, menyilaukan mata. Mereka mundur, Ruby maju paling depan menjulurkan tangan melindungi teman-teman yang lain. "Apa yang kalian inginkan?"

Salah satu penjaga dengan wajah garang membisu tidak mengatakan apa pun. Kemudian yang terjadi selanjutnya pasukan itu terbelah menjadi dua bagian menghadirkan Taher yang diringkus, Ruby mengetatkan rahang, Olive berseru sementara Bing dan Andrew melirik sekitar mencari benda utuk dijadikan senjata. "Jangan melawan jika ingin teman kalian selamat."

Atmosfer ruangan menjadi tegang, kebisuan pengap mengisi dada. 

Bersambung ....

25 Desember 2023

The Hole [Proses Terbit]Where stories live. Discover now