1 // Worst Child

3.6K 276 21
                                    

"Kenapa sih hidung kamu bisa kayak gini? Pasti turunan Papa kamu!"

"Bisa nggak kamu makan dengan lebih sopan? Seperti orang berpendidikan?!"

"Dari semua laki-laki yang bisa kamu pacarin, kamu pilih DIA? Ayahnya cuma seorang guru!"

"Bel, Mabel, Mabella!"

Mabel mengerjap, membuka matanya terburu-buru. Kepalanya mendadak pusing atas cahaya yang tiba-tiba masuk dan otak yang mendadak bekerja lagi setelah dia jatuh tertidur di mejanya.

"Apa?" Mabel mengerjap. Rita sudah berdiri di depan mejanya, tampak khawatir sekaligus geli.

Mata Rita melirik ke arah meja, tempat di mana ponsel Mabel bergetar. Dengan getaran seperti itu, Mabel sendiri heran dia tidak terbangun. Di layar, tertulis nama "EVIL QUEEN" yang sudah menghubunginya.

"Ergh," Mabel mengeluarkan suara mendengkur. "Right."

Rita berdiri tegak, melipat kedua tangan di dada, memperhatikan dengan sabar. Mabel menarik napas dua kali, kemudian menerima telepon dari ibunya.

'Ya, Ma?"

"Kamu di mana?"

Mabel memutar bola matanya. Jam dua siang. Tentu saja dia sedang bekerja.

"Di kantor, Ma."

"Pulang sekarang. Mama di rumah."

Kening Mabel berkerut. "Sekarang masih jam kerja, Ma."

"Buat apa kamu jadi pemilik perusahaannya kalau kamu nggak bisa izin?"

Sekali lagi Mabel memutar bola mata. "Yang punya bareng Rita," Mabel berbisik begitu pelan. Jelas tidak akan terdengar oleh ibunya.

"Cepat. Ada urusan mendadak. Mama tunggu."

Dan begitulah telepon ditutup. Mabel meletakkan ponsel ke meja lalu menatap sahabat sekaligus rekan kerjanya. Bersama Rita lah Mabel membuka konsultan desain interior. Keduanya bersahabat sejak di bangku kuliah. Dengan latar belakang pendidikan yang sama, mereka membuka bisnis ini.

"Ta," Mabel ragu-ragu meminta izin.

"Gue denger. Go on. Lagipula sekarang nggak ada deadline atau rapat."

Mabel meringis. Berteman cukup lama dengan Rita membuat Rita juga sudah mengenali karakter ibu dari sahabatnya.

"I'm really sorry," Mabel berdiri, membereskan barangnya. "Gue nggak tahu ada urusan mendadak dan mendesak apa sampai nyokap balik ke Bandung."

Rita mengangguk. Tahu bahwa biasanya Si Evil Queen lebih sering berada di Jakarta karena pekerjaannya sebagai anggota dewan.

"Semoga nggak membahayakan atau merugikan lo, Bel." Rita menggeleng, duduk di meja. Dia pun ikut memikirkan berbagai skenario buruk yang mungkin menimpa sahabatnya ini.

"Girl can only wish," Mabel selesai memasukan barangnya, terakhir menggenggam kunci mobil. "Gue balik dulu. Kabari gue kalau ada apa-apa, okay?"

"Tenang. Salam buat... nyokap lo?" Rita tertawa.

"Lo yakin?" Mabel tertawa sedikit, mengibaskan tangannya, lalu menyetir secepat mungkin ke rumahnya.

Di rumahnya, rumah masa kecilnya, sekaligus rumah persinggahan jika ibunya datang ke Bandung, Mabel disambut oleh ajudan ibunya. Dia diantar masuk ke rumah seperti tamu. Mungkin memang dianggap seperti tamu. Mengingat sudah bertahun-tahun Mabel tak tinggal di rumah ini. Itupun membutuhkan air mata dan darah untuk bisa diizinkan ibunya.

"Mama di mana?"

"Ruang kerja, Neng," sahut si ajudannya. Mabel mengangguk, berjalan lebih cepat ke ruang kerja ibunya. Langkahnya hanya melambat ketika dia menaiki tangga. Di dinding, terpampang foto-foto masa kecil Mabel. Masa-masa menyenangkan sekaligus miris jika diingat lagi sekarang. Banyak foto Mabel tertawa, tapi sedikit foto Mabel bersama pria yang dia panggil, "Papa".

Lovygdala (END - WATTPAD)Where stories live. Discover now