- 40

34 32 1
                                    

"busett" ucap Nathan ketika memasuki pintu rumah Nala pada hari minggu saat laki laki itu kembali bermain di rumah Nala.

Maklum anak tunggal, jadi rumahnya sepi, karna itulah dia sering kali main di rumah sepupunya itu.

"Bejir bejir, ini apaan lu berantakan berantakan origami gini?" tanya Nathan sembari berjalan ke arah Nala sambil berjinjit, karna kondisi lantai itu yang berserakan kertas origami.

Ntahlah, apa yang dilakukan oleh Nala, tapi Nathan hanya tidak ingin membuat masalah baru.

Jadi laki laki itu sebisa mungkin untuk menghindari memijak kertas origami yang berserakan di lantai, tak peduli apakah kertas itu masih berguna atau tidak.

Sementara Nala hanya diam fokus menggunting kertas kertas origami itu, nampaknya gadis itu membuat bunga bunga kertas yang aesthetic ala ala pinterest.

Ya, itu yang ditangkap oleh otak Nathan sekarang.

Setelah melewati origami origami yang berserakan itu, Nathan kemudian menghampiri sepupunya yang kini duduk di atas karpet sambil menyusun origami origami itu menjadi sebuah Bunga.

"Lu buat ini untuk siapa sih, Na?" tanya Nathan sembari mengambil salah satu bunga yang dibuat oleh Nala.

"Woyy, ga usah pegang pegang bunga itu, tar rusak tuh buatan gue anjir" ucap Nala yang langsung protes, padahal dari tadi gadis itu diam saja, giliran bunga buatannya di pegang satu, gadis itu langsung nyerocos.

Setelah mendengar hal itu Nathan langsung menaruh bunga origami, dan langsung mengangkat tangannya seolah mengisyaratkan bahwa laki laki itu tidak bersalah.

Sementara Nala hanya diam saja melihat semua itu, dan kembali fokus mengerjakan bunga bunganya.

Nampaknya gadis itu benar benar tidak ingin diganggu sekarang.

Sementara Nathan masih berfikir keras untuk siapa Nala membuat bunga bunga ini, tidak mungkin kan itu tugas seni budaya? Karna seingat Nathan, pelajaran seni khusus kelas 10 di sekolah Nala hanyalah materi musik, bukan origami.

Ntahlah, Nathan tidak ingin mencari masalah lagi, jadi dia hanya diam saja.

Sampai 20 menit berlalu, dan kini Nala sudah selesai membuat bunga bunga origami itu.

Spontan gadis itu langsung mengangkat bunga bunga yang sudah dia buat, dan memperlihatkannya tepat di depan wajah Nathan, seolah ingin memamerkan hasil karyanya hari ini.

"Taraa" ucap Nala dengan senangnya, bisa bisanya suasana hati gadis itu tiba tiba menjadi bagus seolah tadi tidak terjadi apa apa.

"Hooh, bagus kok bagus, emang buat siapa Na?" tanya Nathan lagi, ntah sudah berapa kali Nathan menanyakan hal itu.

"Elzan" balas Nala sembari memeriksa bunga bunga nya apakah lemnya sudah rekat atau belum.

Nathan kemudian mengangguk paham.

"Buat kado perpisahan?" tanya Nathan lagi.

"Jangan taruh kata perpisahan Than, perpisahan ga pernah terjadi di hidup gue" ucap Nala sok puitis hari itu.

"Elahh, jadi itu kado buat Elzan?" tanya Nathan ulang, dengan memperbaiki kosa katanya.

"Iya, benar sekali" balas Nala.

"Cepet amat lu buat kado dari sekarang, padahal kan masih 2 Minggu lagi Elzan disono-"

"Eh curut, makin lama, waktu berputar makin cepet, jadi sekedar 2 Minggu gabakal terasa lama" cerocos Nala memotong perkataan Nathan.

Sementara Nathan hanya bisa menerima opini Nala, karna itu memang benar.

"Iya juga sih" balas Nathan sembari menatap ke arah bunga bunga origami itu.

✦ ✦ ✦

BRAKK

Seseorang tiba tiba saja menabrak Nala saat dia berjalan di koridor atas, spontan hal itu langsung di umpat oleh seorang Nala.

"Anjir, kenapa sih?" ujar gadis itu, sembari melihat ternyata yang menabraknya adalah Ica.

"Gue nyari lu Cok" balas Ica yang ternyata sedari tadi mencari Nala.

Mendengar hal itu, Nala tidak jadi marah, karna mengingat ngingat bahwa Ica bukanlah seseorang yang random seperti Karin. jadi bisa dipastikan apabila gadis itu sampai mencari seseorang untuk mengatakan sesuatu, pastilah hal itu bukanlah hal sepeleh.

"Apaan?" tanya Nala dengan mata yang cukup penasaran.

"Gue ada informasi baru tentang Elzan" ucap Ica seolah menjadi mata mata yang diutus oleh Nala, sejak Ica mengetahui bahwa temannya satu itu menyukai Elzan.

Ya, tentu saja itu adalah informasi yang sangat penting bagi Nala. Jadi dia tidak akan memarahi Ica karna menabraknya tadi.

"Katakan" ucap Nala sembari menatap Ica.

Sementara Karin yang melihat semua itu dari tadi, hanya bisa terdiam fokus menyimak percakapan ini, karna tentu saja Karin sama penasarannya dengan Nala.

"Gue tadi ke koperasi buat beli pena, terus ada pak Elzan, nah disana dia lagi beli minuman, lu tau ga? Dia beli teh kotak yang rasa lemon itu" ucap memberikan informasi itu kepada Nala.

"Oke oke, thank you Ica, muah muah" balas Nala yang mendapat anggukan dari Ica yang harus cepat beranjak dari sana karna Ica ada keperluan lain di lantai atas ini.

Gadis itu kemudian pamit kepada Nala dan Karin. Lalu beranjak, berlalu.

Sementara Karin yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam melihat kelakuan Nala saat berterimakasih tadi. Benar benar seperti bukan seorang Nala.

Ntahlah, jika sudah tentang Elzan, sikap gadis itu benar benar bisa berubah 360 derajat.

Jujur saja, Karin terkadang sedikit bergedik ngeri jika mengingat fenomena Nala seperti itu.

Sudahlah, Nala adalah Nala yang juga manusia, kita tidak pernah tahu kapan mereka akan berubah.

Ya, Karin menerapkan prinsip itu, meskipun disini konteks yang terjadi hanyalah perubahan pada sikap Nala saja.

Lupakan itu, yang lebih penting sekarang adalah, mengapa Nala begitu tertarik dengan informasi yang diberikan oleh Ica tadi?

"Tapi Na, informasi sekedar minuman yang dibeli Elzan doang. Itu ga terlalu penting ga sih?" tanya Karin yang sangat heran dengan tingkah Nala tadi, seolah mendapatkan informasi cara menaklukkan dunia.

Nala yang mendengar pertanyaan Karin spontan tersenyum simpul sembari memandang ke arah bawah.

Darisana terlihat Elzan yang sedang duduk di meja piket yang ada didekat tangga seperti biasanya, laki laki itu nampak mengobrol dengan guru guru PPL yang lain.

Begitu juga kak Ivan yang nampak ada disana.

"Bahkan informasi kecil, bisa memberikan kebahagiaan yang besar, Rin" ucap Nala dengan pandangan yang tak lepas dari Elzan.

Sementara Karin hanya terdiam dan berusaha mencerna kata kata yang diucapkan Nala.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Where stories live. Discover now