- 30

27 25 0
                                    

Dua hari telah berlalu, dan p5 kini masih berlangsung, kelompok Nala masih sibuk menempelkan daun daun dari botol plastik ke tangkai yang sudah di cat menjadi warna coklat.

Bagian terburuk nya adalah, yang harus menempelkan semua itu adalah Nala dan Karin. Sementara yang lain disibukkan untuk mempersiapkan bahan bahan mengenai barang projek berikutnya, yakni kotak tisu.

Hari itu Nala dan Karin sudah benar benar berkeringat, tapi tetap mengerjakan tugas itu karna ini adalah tanggung jawab mereka.

Meskipun sambil mengumpat sesekali, Nala tetap melanjutkan pekerjaannya menempel dedaunan plastik menggunakan lem tembak, meskipun sering kali lem panas itu mengenai jari Nala, sehingga membuat gadis itu sedikit terpelonjak kaget lalu mengumpat.

Ya, anggota yang lain tidak akan protes dengan hal itu, karna mereka juga tahu bahwa memang panasnya lem tembak sangatlah perih, apalagi tidak sengaja terkena lelehan nya, menjadi kejut jantung tersendiri.

"Bejir bejir, ntah kapan gue selesai dengan daun daun ini, dan juga lem dari jahannam ini" umpat Nala protes dengan dedaunan yang seakan tidak ada habisnya ada di atas meja.

"Sabar Na sabar, palingan tinggal tiga tangkai lagi selesai" balas Karin seolah menasihati sambil meneruskan pekerjaannya yang sama saja dengan Nala.

Mendengar hal itu Nala hanya bisa pasrah dan menyimpan energinya daripada untuk mengumpat lagi, lebih baik dari sekarang gadis itu diam, sehingga tidak mengeluarkan lebih banyak energi.

Semuanya kembali fokus dan tenang terhadap tugas mereka masing masing.

Saat Nala ingin mengambil beberapa dedaunan lagi yang akan dia tempelkan pada tangkainya,

Tak sengaja gadis itu melihat ke arah jendela yang menyorot sisi luar, dan juga koridor lantai atas gedung seberang.

Disana Nala melihat Elzan yang sedang berjalan di koridor itu, bersama miss Nindya, guru PPL pada bidang bahasa Inggris, yang kebetulan kebagian mengajar juga di kelas Nala.

Melihat hal itu, spontan mood Nala langsung menurun, meskipun ntah ada kepentingan apa Elzan dan miss Nindya berjalan di koridor itu.

Meskipun tidak pasti alasannya, hal itu cukup membuat Nala merasa cemburu dan sedikit kesal.

Alhasil gadis itu menaruh semua tangkai dan dedaunan yang dia pegang.

Yang kena lem tembak tangan, tapi yang panas hati - ucap Nala dalam batinnya.

"Lanjutin Rin, gue ga ada tenaga lagi" ujar Nala sembari menyandarkan tubuhnya di senderan kursi.

Karin yang mendengar hal itu hanya bisa berdeham pelan sambil melanjutkan perjalanan, yang kemudian melanjutkan pula bunga yang tak selesai dibuat oleh teman sebangku itu.

Sementara Nala masih terdiam atas kejadian tadi, dan masih berfikir fikir, apa benar mereka tidak ada hubungan apa apa, atau sekedar hubungan pertemanan saja ?

Ntahlah, pertanyaan itu terus berputar di benak Nala sehingga gadis itu tidak ingin melakukan apapun lagi.

Melihat Nala terdiam, awalnya anggota lain ingin protes mengapa Nala berhenti bekerja di saat anggota lain sibuk dengan tugas mereka masing masing.

Begitupula dengan ketua kelompok mereka yang awalnya juga ingin menegur Nala.

Namun karna melihat ekspresi gadis itu, nampaknya ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengajak Nala berbicara apalagi menegurnya, jadi semua orang membiarkan saja Nala terduduk diam dengan mata yang hanya berkedip sesekali, dan tangan yang menyilang di dada.

Semuanya kembali fokus pada pekerjaan mereka masing masing, tanpa harus memprotes apa yang Nala lakukan.

Hal itu berlangsung hingga dua jam lamanya,

Ya, harus di akui Nala punya bakat yang hebat dalam berdiam diri, sehingga dia betah untuk berlama lama tidak melakukan apapun.

Tak terasa bunga botol plastik kini sudah selesai semua, sementara kotak tisu sudah setengah jalan.

Nala mulai sadar dengan mengedarkan pandangannya, namun gadis itu masih tidak ingin melakukan apa apa sekarang.

Nala mulai berfikir, mungkin dia harus keluar kelas sejenak untuk sekedar mencuci tangan ataupun melihat keadaan di luar.

Spontan gadis itu berdiri dari kursinya lalu meminta izin kepada ketua mereka, bahwa Nala ingin keluar kelas sebentar sekedar ingin mencuci tangan.

Ya sebenarnya gadis itu tak perlu izin, itu hanyalah sebuah formalitas dimana Nala hanya ingin mengkonfirmasi kemana dia pergi, sehingga jika nanti ada pebimbing yang bertanya, maka Nala masih berkabar.

Karin yang mendengar hal itu sontak langsung menawarkan diri untuk mengikuti Nala, begitu juga dengan Ica yang memang kebetulan ingin mencuci tangan juga.

Alhasil mereka bertiga keluar kelas bersama sama untuk menuju wastafel di arah ruang guru.

Karin dan Ica sudah lebih dulu keluar kelas, Ya Nala memilih untuk berjalan di belakang mereka.

Namun saat Nala keluar kelas dan berbalik badan untuk menutup pintu kelas dari luar, gadis itu sempat menoleh ke arah meja piket yang ada di dekat tangga, dimana itu adalah meja tempat pertama kali dia menghampiriku Elzan untuk mengajak fotbar.

Mungkin memang keputusan Nala untuk keluar kelas demi memperbaikinya mood adalah kesalahan besar, karna apa yang dia lihat sekarang malah makin memperburuk kondisi mood nya saja.

Di meja itu nampak Elzan yang sedang duduk berhadapan dengan miss Nindya, berdua saja. Tanpa ada guru PPL yang lainnya.

Disana Elzan terlihat mengobrol, laki-laki itu nampak sedikit banyak bicara.

Ntah bagaimana perasaan hati Nala, namun ini cukup membuat Nala kaget dan juga bertanya tanya, apakah mereka benar benar memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman?

"Oyy Na, ayo buruan, kenapa lu masih berdiri di sono??" teriak Karin yang bertanya kepada Nala dari ujung koridor. Mereka sudah terlihat lumayan jauh dari tempat Nala berdiri saat ini.

Nala yang tadinya terdiam dengan kejadian itu, kini memecahkan pikirannya karna teriakan Karin.

Gadis itu kemudian berjalan menyusul Karin dan Ica yang terhenti di tengah tengah koridor.

"Kenapa Na, ngapain lu berdiri di sana lama lama?" tanya Ica saat Nala sudah ada di dekat dirinya dan Karin.

"Ga ada sih, cuma gue tadi liat Elzan di meja piket" balas Nala.

"Kenapa emang si Elzan?" imbuh Karin yang ikut penasaran, apa yang dilakukan Elzan sehingga Nala berhenti sejenak untuk menatap ke arah meja piket itu.

"Gapapa, dia tadi cuma duduk ngobrol gitu sama miss Nindya" ujar Nala yang membuat Karin juga Ica kaget sehingga mata mereka membesar.

"Anjirr" respon Karin dan Ica kompak.

Sementara Nala hanya tercengir menutupi semua luka yang dia lihat hari ini.

Ntahlah, gadis itu hanya mencoba untuk terlihat baik baik saja sekarang.

"Na, gue tau lu pasti ada rasa cemburu dan sakit hati kan ngeliatin mereka berdua ngobrol segitunya, tapi ya positif thinking aja Na, mungkin mereka emang temen deket, jadi si Elzan juga sekedar curhat sama miss Nindya" ucap Karin seolah memberikan meyakinkan Nala bahwa semua hal itu tidaklah seperti yang Nala pikirkan.

"Iya Na, kita juga ga pernah tau apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan cepat menuduh dulu" sambung Ica yang setuju dengan ucapan Karin.

Sementara Nala hanya mengangguk sebagai respon atas pernyataan kedua temannya itu.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang