- 16

42 32 0
                                    

"ikut gue, Na" ujar Karin.

Kini Karin menarik Nala, dengan sedikit berlari. Awalnya Nala memang hanya diam saja, namun nampaknya Karin ingin menuju ke lantai atas.

Alhasil Nala pun membuka suara "mau kemana Weh, kakaknya ada di lantai atas?" tanya Nala.

Kakak.

Bukan crush Karin yang Nala maksud, tapi guru PPL itu.

Baru pertama kali, Karin mendengar Nala memanggil crush nya dengan sebutan kakak. Jujur saja, langkah Karin yang tadinya buru buru, kini terhenti.

"Hah?, Kakak?" Karin juga sedikit bingung dengan perkataan Nala.

"Iya, gue manggil guru PPL itu kakak, apaan anjir, masa guru PPL mulu, ga nge feel di gue" ujar Nala menjelaskan bahwa gadis itu sekarang akan mulai memanggil crush nya dengan sebutan kakak PPL.

Sungguh sangat cegil.

Karin yang tadinya sempat bertanya tanya, kini hanya bisa memutar bola mata malas.

Teman sebangkunya ini memang suka sekali membuat Karin bingung sendiri akan tingkahnya.

"Oke, jadi mulai sekarang, manggilnya, kakak PPL?" tanya Karin yang mendapat anggukan dari Nala.

Ya, nampaknya Karin harus terbiasa dengan panggilan itu sekarang.

"Oke, tapi Na, sekarang ikut gue dulu ke toilet plis, gue dari tadi mau buang air kecil anjir, makanya gue narik lu ke lantai atas sini" ujar Karin menjelaskan sambil menarik tangan Nala lagi, dan berlalu melewati koridor yang akan menuju ke toilet tersebut.

Sementara Nala hanya memasang ekspresi datar, pantas saja temannya satu ini nampak terburu buru tadi, ternyata keadaan nya sudah darurat sekali.

"Cepet Rin, cepett, gue juga mau fotbar" ucap Nala seolah mendesak Karin untuk mempercepat langkah menuju toilet.

"Sabar elahh" teriak Karin yang berusaha mempercepat langkahnya hingga melepaskan lengan Nala.

Nala hanya bisa tertawa melihat kondisi Karin sekarang. Gadis itu terlihat tercengir, sembari menoleh ke bawah, dan mengedarkan pandangannya.

"ANJIR COK" teriak Nala.

Karin yang hampir mencapai belokan toilet, kini langkahnya harus kembali terhenti karna teriakan Nala.

"Apa lagi Na??" ucap Karin sedikit berteriak sembari menoleh ke arah Nala.

"Kakak PPL itu ada disana anjir, ternyata di meja piket dekat tangga arah gedung barat!" teriak Nala sambil tersenyum memandang laki laki itu dari lantai atas.

Nampak disana terlihat beberapa guru PPL memang sedang berkumpul, menikmati waktu istirahat dengan mengobrol santai, dan bermain handphone.

"Oke na, oke tunggu, gue ke toilet dulu" teriak Karin meninggalkan Nala yang masih terpaku memandang ke arah bawah.

Namun mungkin hari ini, adalah hari yang benar benar sial bagi Karin. Karna saat gadis itu mencapai toilet, di tempat itu sudah sangat ramai, siswi mengantri, dan bilik bilik toilet terlihat penuh.

Karin yang tadinya sudah tidak tahan, kini harus berusaha bertahan. Karna gadis itu harus mengurungkan niatnya untuk buang air kecil sekarang.

Dikarenakan bilik yang penuh, dan juga antrian yang panjang. Akan butuh waktu lama jika terus menunggu disana.

Alhasil Karin kembali ke tempat Nala yang masih terpaku di koridor.

"Sudah kah?" tanya Nala, yang menyadari temannya itu sudah kembali dari toilet.

"Gajadi"

"Lah kenaon?" tanya Nala lagi dengan tatapan penuh heran.

"Bilik toilet penuh anjir, kek orang ngantri bansos, rame bener, males gue" ujar Karin yang kini nampaknya mood gadis itu memburuk gara gara perihal toilet.

"Yodahlah lupain aja, tar juga bisa. Terus gimana fotbar lu, dimana kakaknya?" ujar Karin lagi.

"Tuh" ucap Nala sembari mengisyaratkan bahwa laki laki itu ada di bawah.

Karin kemudian mengikuti arah pandang Nala, dan ikut melihat ke arah meja piket. Ya, ada laki laki itu disana, terlihat sedang duduk dan sibuk bermain handphone. Sementara beberapa temannya sibuk mengobrol.

"Anjirlah, kita nyari keliling sekolah, ternyata dia duduk anteng di meja piket" umpat Karin.

"Yodahlah, ayo ke bawah" ajak Karin sembari berjalan turun ke melewati tangga yang disusul oleh Nala.

"Handphonenya gimana Rin, mau minjem sama pak Dika dulu?" tanya Nala.

"Ya iyalah, kata lu kemarin minjem ke pak Dika aja."

Nala kemudian mengangguk dan mengikuti Karin yang kini sedang menuju ke ruang guru.

Namun nampaknya kesialan memang datang bertubi-tubi hari ini, pak Dika sama sekali tidak ada di ruang guru.

Nampaknya wali kelas mereka sedang tidak ada di sekolah.

Nala kemudian sedikit terdiam di depan ruang guru itu, setelah mengetahui bahwa pak Dika tidak ada di sekolah. Jika seperti ini, lantas bagiamana dia akan melaksanakan fotbar? Dan handphone siapa yang akan dia pinjam sekarang?

"Gimana Na, ga ada pak Dika nya?" tanya Karin yang sudah lelah, sama seperti Nala.

"Yodahlah, kita balik kelas aja Na, mungkin ini memang bukan harinya, tunggu pak Dika ada aja" ujar Karin lagi yang mencoba menjelaskan.

Nala hanya bisa pasrah dan mengikuti Karin kembali ke kelas, dengan hati yang sudah kacau tak karuan.

Sesampainya di kelas, Nala dengan wajah juteknya itu, terus menerus mengoceh perihal masalah fotbar.

"Anjirlah tai tai, masa gue gajadi lagi anjir fotbar hari ini, males bener gua anjir, terus apalah lagi pak Dika, waktu gue butuh aja dia ga ada di sekolah, terus gimana woi ini gue mau fotbar, waktu istirahat bentar lagi abis, terus gimana" ujar Nala terus mengoceh dan mengumpat sedari tadi.

Awalnya Karin tidak memusingkan ocehan Nala, namun kini Karin akhirnya pusing sendiri.

"Udahlah Na, besok aja" ucap Karin berulang kali mengatakan dan menjelaskan kepada Nala bahwa masih ada banyak kesempatan lain.

Namun Nala, yang memang sangat keras kepala, tidak akan mendengarkan perkataan seperti itu.

"Terus gimana anjir, kalo besok gue ga bisa ketemu lagi sama kakak PPL itu, gimana kalo gabakal ada kesempatan lain lagi" oceh Nala terus menerus ngotot ingin fotbar dilaksanakan hari ini juga.

Karin yang sudah sangat kesal akan ocehan Nala, dan sudah sangat lelah untuk menasihati, alhasil gadis itu pergi ke luar kelas ntah kemana.

Sementara Nala, masih terdiam di tempatnya melihat hal itu.

Yang benar saja, gadis itu sudah tidak kesampean fotbar, kini Karin juga ikut pergi ntah kemana.

Nala kemudian merasa sangat kosong, tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Namun tiba tiba saja Karin kembali dengan memegang sebuah handphone.

"Nih, liat ini ya, effort gue, dapet kan hp buat fotbar" ujar Karin sambil berjalan ke arah Nala membawa handphone itu.

"Anjir, ini hp siapa anjir" balas Nala.

Karna jujur saja gadis itu tidak ingin handphone orang lain kena masalah hanya karna ingin membantunya fotbar.

"Gabakal, Waka gabakal ambil nih hp, ayo buruan, lu mau kaga fotbar?" ujar Karin sambil menarik tangan Nala.

"Ya mau sih, cuma itu gimana anjir" tanya Nala yang masih mempermasalahkan handphone tersebut.

"Udah percaya aja sama gua" ucap Karin meyakinkan Nala.

Alhasil gadis itu setuju untuk menggunakan handphone tersebut sebagai kamera yang akan memotret fotbar Nala hari ini.

Ya semoga saja.

Perasaan Nala [END]Where stories live. Discover now