- 07

43 36 0
                                    

3 hari berlalu, sejak kejadian itu, semua baik baik saja, dan biasa biasa saja.

Hari ini, para murid disibukkan dengan hafalan ilmu ilmu penunjang geografi, yang akan di setorkan oleh mereka secara lisan, satu persatu.

Hal itu tentunya membuat para murid, berusaha menghafal keras, karna guru pengampu mata pelajaran tersebut terbilang killer.

Begitupula Nala,
dia benar benar sangat dihantui oleh pelajaran ini.

Bel masuk sudah berbunyi sejak 5 menit lalu, tentu saja guru itu akan masuk sebentar lagi.

Dan ya, sesuai tebakkan, saat pintu di buka, sosok itu lah yang ada dibalik pintu.

Bu Yati,

Dia berjalan ke arah meja guru, kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh kelas, ntah apa yang dia lihat, semua murid hanya bisa diam dan tidak berkomentar.

"Siapa yang piket hari ini?" ucapnya dengan nada datar, dengan kacamata yang terpasang tegas, benar benar membuat suasana mencekam.

Sontak pertanyaan itu, membuat panik murid murid, terutama yang piket pada hari ini. Termasuk, Nala.

Kelas itu benar benar menjadi sunyi, tidak ada pergerakan tubuh, hanya saja terlihat beberapa murid saling melirik.

Beberapa dari murid murid itu kemudian mengangkat tangan, mengisyaratkan bahwa merekalah yang piket hari ini.

Melihat hal itu, Bu Yati pun mulai membuka suara lagi, "kenapa kelas ini kotor sekali, apakah kalian tidak piket pagi tadi??" ucapnya.

"kalian ini bagiamana, sudah dikasih tanggung jawab malah tidak dikerjakan. Piket dulu sekarang, baru saya mau mengajar di kelas kalian!" lanjutnya tanpa mau berbasa basi lagi.

Lantas tanpa menunggu apa apa lagi, murid murid yang mengangkat tangan tadinya, langsung mencari alat alat pembersih.

Begitupun Nala yang kembali dengan sebuah sapu, dan mulai menyapu barisan sebelah kiri.

Teman temannya juga mulai melaksanakan tugas mereka masing masing. Semuanya spotan menjalankan bagian dengan dasar sadar diri saja, agar drama membersihkan ini cepat selesai.

Njirlah hari sial -ucap batin Nala.

Selesai menyapu, dan kelas sudah menjadi bersih. Murid murid itu kemudian menaruh kembali alat pembersih, dan kembali pada tempat duduk mereka masing masing.

Meski dengan perasaan jengkel, Nala pun ikut duduk di kursinya dengan ekspresi yang di tenang tenangkan.

Setelah melihat bahwa kelas itu sudah bersih, barulah kemudian, Bu Yati duduk manis di meja guru, dan membuka buku absen.

Tidak, namun dia tidak mengabsen.

Dia langsung memanggil nama murid, yang harus menyetorkan hafalan geografi ini secara acak.

"baik, saya panggil ya, yang namanya dipanggil, langsung maju kedepan, dan setorkan ilmu ilmu penunjang geografi yang saya suruh hafalkan Minggu kemarin" ucapnya.

"Nala.."

ANJINGG batin Nala reflek mengumpat dan mengutuk nasibnya itu.

Demi apapun, Nala benar benar tidak menyangka bahwa masih ada kesialan lain untuk nya hari ini.

Dalam keadaan yang masih kesal dan cape sehabis membersihkan kelas, kini namanya sudah dipanggil untuk menyetorkan hafalan pelajarannya secara lisan. Sungguh mengesalkan.

Namun, Nala tidak bisa berbuat apa apa lagi.

Gadis itu hanya bisa pasrah, berjalan ke arah meja guru, sembari mengingat ulang apa yang sudah dia hafalkan tadi.

Perasaan Nala [END]Where stories live. Discover now