- 05

50 37 0
                                    

Pagi ini cuaca dingin, jam menunjukkan pukul 6.50, tepat 10 menit sebelum bel berbunyi, murid murid sudah ramai memenuhi lapangan sekolah.

Begitu juga dengan kelas Nala, yang sudah siap berbaris sesuai aturan dan ketentuan upacara yang berlaku, karna tepat saat bel dibunyikan, upacara harus sudah dimulai, untuk itu barisan dipersiapkan - 10 menit sebelum bel berbunyi.

Upacara itu kemudian dimulai, sesuai dengan jam yang sudah ditentukan.

Barisan depan semuanya terlihat tegap dan sangat rapi, namun barisan tengah hingga belakang, ya tidak lah serapi yang terlihat.

Beberapa murid di bagian belakang terlihat mengobrol, begitu juga Nala dan Karin yang sibuk membicarakan gosip terbaru lagi tentunya, saat amanat pembina upacara sedang berlangsung. Sungguh tidak patut dicontoh.

Tak berselang lama setelah amanat itu selesai, maka semakin dekat pula menuju pada bagian akhir upacara.

Tahap demi tahap tetap dilaksanakan, sampai akhirnya sang pembawa acara menyebutkan point terakhir, yaitu 'barisan dibubarkan'.

Semua murid pun perlahan menuju kelas mereka masing masing sembari bersorak ria.

Di tengah keramaian itu, nampak Nala yang juga ingin ikut kembali ke kelas, tapi tertahan, karna lengannya di cekat oleh Karin.

"Maaf, untuk bapak dan ibu guru, harap jangan bubar dulu, karna anak anak PPL ingin mengajak berfoto bersama untuk laporan dokumentasi, terimakasih" ucap salah satu guru dengan menggunakan pengeras suara, sehingga barisan para guru pun tetap berada di lapangan.

"NAHH INI NIH YANG GUE TUNGGU" tanggap Karin dengan penuh semangat, dengan tangan yang masih mencekat lengan Nala.

"Yang mana Na, yang mirip si onoh?" lanjut Karin.

Nala kemudian melihat ke arah guru guru yang sedang berkumpul membentuk formasi itu.

Nala sedikit menyipitkan matanya untuk mempertajam penglihatan, maklum saja jaraknya lumayan cukup jauh.

"Yang duduk, di sebelah kiri sekali" ucap Nala dengan nada tenang, dan tersenyum tipis.

Karin kemudian mengikuti arah pandang Nala, dan melihat laki laki sesuai dengan instruksi dari Nala.

"Anjir, yang ada kumis tipis itu??" ucap Karin dengan pandangan yang tak lepas dari objek yang sedang mereka bicarakan sekarang.

"Iya"

"Na, lu serius suka sama dia?" tanya Karin dengan nada serius.

"Ya kaga lah anjing, kan gue cuma bilang kalo vibes nya mirip dia, itu doang, mana ada gue bilang suka" jelas Nala, yang membuat Karin manggut-manggut mengerti.

"Terus gimana perasaan lu ama masalalu lu, masih tetap sama?" tanya Karin.

"Ntahlah, gue juga bingung"

Jawaban itu, benar benar membuat Karin juga ikut terdiam, dan tidak tahu lagi ingin bereaksi seperti apa. Di satu sisi, dia ingin memberi saran kepada Nala, untuk tidak terus menerus terjebak di dalam masalalu, namun di sisi lain, Karin tau bahwa Nala bukanlah orang yang suka diberi saran.

Tiga menit berlalu, hening di antara mereka. Dua gadis itu masih fokus memandang sesi foto yang kini hampir selesai, sembari larut dengan pikiran masing-masing.

"Yaudah lah Na, gue harap lu gabakal suka sama guru PPL itu cuma gara gara dia mirip masalalu lu" ucap Karin.

"Gabakal" sahut Nala dengan ekspresi yang tenang.

"Ya, kalo kejadian sih, lu harus traktir gue cireng Na, AHAHAHAH" ucap Karin sembari menepuk bahu Nala.

"Dah ya, gue duluan masuk ke kelas" lanjutnya, sembari berjalan meninggalkan Nala yang masih berdiri menatap ke arah guru guru yang usai berfoto, dan sedang bersalaman di sana.

Dari jauh, gadis itu memandang, sambil tersenyum tipis,dan akhirnya menyusul Karin yang sudah berjalan lumayan jauh.

✦ ✦ ✦

Jam istirahat kini berlangsung, sesuai dengan ucapan Karin pagi tadi, dia ingin menanyakan masalah ujian harian nya yang tak sempat ia laksanakan tempo hari, karna pada hari itu dia berhalangan hadir.

"Jadi bagaimana pak, dengan nilai saya?" ucap Karin kepada pak Dika, yang saat ini sedang menjabat sebagai wali kelasnya sekaligus guru seni musik mereka.

"Ya, nanti ulangan susulan saja Minggu depan"

Karin kemudian mengangguk atas jawaban itu.

Nala yang sedari tadi diam, membuat Karin dan pak Dika menoleh ke arah Nala yang nampaknya fokus memperhatikan sesuatu.

Merasa di perhatikan, Nala kemudian menatap balik pak Dika dan Karin yang melihatnya dengan tatapan serius.

"Kenapa?" tanya Nala.

"Ya kaga sih, lu bengong doang dari tadi" sahut Karin.

"Eh pak, Nala mau tanya" potong Nala.

Pak Dika kemudian mengangkat dagunya sedikit, seolah memberikan isyarat apa yang ingin Nala tanyakan kepadanya.

"Itu guru PPL yang duduk di belakang sekali, siapa namanya?" tanya Nala sembari menatap ke arah kursi yang ada dibarisan paling belakang yang terdapat di dalam ruang guru itu.

Reflek pertanyaan itu membuat pak Dika dan Karin terlihat sedikit kaget, dan juga ikut menoleh ke arah belakang.

Kenapa Nala penasaran, dan ada apa dengan guru PPL itu?

Mungkin kira kira itulah pertanyaan yang ada pada benak mereka sekarang. Namun Nala terlihat sangat serius menanggapi hal itu.

Pak Dika kemudian angkat bicara "kenapa memangnya Nala, kamu naksir dengan dia?" ucap pak Dika dengan sedikit candanya.

Candaan itu ditanggapi oleh Karin yang tertawa kecil.

"Serius"

"Dia mirip masalalu Nala"

Hening sesaat setelah Nala mengatakan dua kalimat itu. Kalimat yang cukup menjawab pertanyaan mereka yang mungkin bingung kenapa Nala peduli terhadap nama salah satu guru PPL disana.

"Waduhh ada yang belum move on HAHAHAH" ucap pak Dika memecah keheningan di antara mereka.

"Parah sih lu Na, masa iya mandang orang lain sebagai masalalu lu" ucap Karin sembari memegang bahu Nala.

Pak Dika kemudian tertawa kecil, lalu mulai berbicara lagi.

"Sudah sudah, mending kalian fokus saja, kan setelah ini jam bapak ujian musik, silahkan kembali ke kelas" ucap pak Dika mengingatkan bahwa setelah istirahat berlangsung, ya kelas mereka harus melaksanakan praktek pengambilan nilai ujian musik, dengan waktu yang sudah mereka sepakati bersama minggu lalu.

Nala dan Karin kemudian mengangguk, dan berjalan menjauh dari meja pak Dika, hingga keluar dari ruang guru itu.

Mereka berdua kini kembali melewati koridor untuk kembali ke kelas.

"Na, lu sebenarnya ada perasaan sama guru PPL itu apa begimane sih?" tanya Karin penasaran.

"Ya kaga lah Cui, gue cuma sekedar penasaran doang tadi siapa namanya, ya kan siapa sangka gue bisa ketemu seseorang yang vibes nya mirip mirip ama masalalu gue" jelas Nala, yang mendapat respon anggukan dari Karin.

"Gue kira lu bener bener ada rasa sama dia Na" balas Karin.

"Ya gapapa sih sebenarnya kalu lu nanti emang suka sama dia, cuma gue berharap aja lu ga mandang dia terus terusan sebagai masalalu lu, kasian dianya. Ya walaupun sebenarnya ga merugikan dia sama sekali sih, tapi lu bakal keliatan brengsek di cerita lu sendiri Na, gue harap lu paham apa maksud gue" lanjut Karin panjang lebar menceramahi temannya satu itu.

"Iya" ucap Nala dengan ekspresi yang tidak berubah sama sekali dan mata yang terus menatap ke arah depan.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora