#[Ryo's side - 002] - Just a Scratch

197 21 0
                                    

Warning!!!
Tolong untuk berhati hati karena adanya banyak kata kasar.
Maapkeun karna ceritanya gaje🖤
Jangan lupa vote n komen <3
Kalo ad yg mirip maap ya :(
Oiya another warning, karakternya bisa OOC (Out of Character).

Peace out✌

🔫🔫🔫 

Mungkin pilihannya untuk berjalan jalan di sekitar kantornya adalah pilihan yang salah. Namun, mana ia tahu kalau pilihannya itu berakhir membawanya ke ruangan putih dan berbau obat itu?

"Apa yang kau lakukan sih?" tanya sekretarisnya yang memiliki surai merah. Tatapannya terlihat kesal. Yah mana dia tahu kalau akan berakhir di UGD, "Jalan tadi..."

"Udah tau banyak yang ngincer, masih ngeyel gamau pakai bodyguard," keluh si sekretaris, Akabane Karma. Yang dimarahi hanya memutarkan bola matanya malas, "Apa gunanya aku belajar bela dari kalau pakai bodyguard? Lalu.. kalau pakai bodyguard lebih mencolok. Dan kalau kita mengulang kata Haya, merepotkan."

"Lebih merepotkan kau masuk UGD!" seru Karma yang masih kesal dengan kelakuan si sahabat sekaligus bosnya.

"Hey heyyy, jarang jarang aku sakit," balas Ryota ringan. Dengan kesal Karma menoyor si lelaki yang ada di brankar, "Bagaimana kalau si [Name]-chan tahu?? Aku tidak akan menanggungnya."

"Kalau kau tidak memberitahunya, aku tidak memberitahunya. Darimana dia akan tahu?" balas si pria santai. Karma yang masih kesal menghentakkan kakinya dan beranjak pergi, "Terserah, tidur dan jangan pikirkan soal pekerjaan."

Ryota membalas dengan anggukan ringan dan menutup matanya, menerbangkannya ke alam mimpi yang jauh. Bahkan nada dering berbahaya yang terus saja berbunyi tidak dapat membangunkan pria itu dari mimpi indahnya. Dan langkah kaki panik yang baru saja masuk kamarnya juga tidak membangunkannya.

"Fuck..." terdengar umpatan kecil dari si pemilik langkah kaki, "Darimana dia tahu???"

Karma yang masih panik menatap handphone miliknya yang terus berbunyi dan menampilkan nama yang sama. Dengan berat hati, si pemilik handphone mengangkat teleponnya.

"Karma." Terdengar suara halus dari handphonenya.

"Hm? Ada apa? Tumben sekali. Biasa ke nomor Ryota," balas Karma dengan nada yang diselimuti ketenangan, menghapus jejak kepanikan yang baru saja dia lalui.

"Kau dimana?"

"Indonesia."

"Ryo."

"Hm? Kenapa dengan Ryota?" Fuck... apa [Name] sudah tahu? Cepat sekali???

"Mana manusia itu?"

"Eh?"

"Dimana?"

"Hmmm, dimana ya?"

"Karma."

"Hadir."

"Katakan dimana Ryo."

"Lagi tidur~" AHHH KENAPA DIA MENGATAKAN ITU??

"Dia tidak tidur jam segini."

"Eh?Maksudku dia lagi meeting."

"Dia lebih mementingkan aku daripada meetingnya itu."

"Percaya diri sekali." BENER LAGI??

"Itu fakta."

"Yaa tidak salah sih. [Name]-chan, sebenarnya dia lagi makan..."

"Kau terdengar berbohong."

"Haaah, sulit sekali menyembunyikan sesuatu darimu. Sebelum aku mengatakannya, aku hanya ingin memperingatimu, kau tidak boleh panik, karena dia baik baik saja." Karma menyerah, ini lebih sulit dibandingkan membunuh Koro-sensei.

"Kalau kau melarangku, berarti ada sesuatu. Katakan."

"Sebenarnya dia kecelakaan, aku ingin memberitahumu, hanya saja dia melarangku untuk mengatakannya."

"Aku mau kesana."

"Ini alasannya kenapa Ryota tidak ingin memberitahumu, dia tau kau akan sepanik ini. Dan aku sudah memperingatimu untuk tidak panik."

"Aku mau kesana."

"Aku mendengarnya, tidak perlu kau ulang. Tapi..."

"Tapi?"

"Emh, Karma? Kenapa kau angkat telfon disini?" Ryota pun akhirnya terbangun dari mimpi indahnya. Beberapa kali mengerjapkan matanya sebelum akhirnya sadar dengan nama yang sedang berada di panggilan dengan si sekretaris. Dengan panik dia langsung berteriak.

"GAH, KARMAA! KENAPA KAU MENELPONNYA!?"

"BUKAN AKU, DIA! DIA YANG MENELPONKU!" bela Karma dengan cepat.

BRUK!

Ryota dengan cepat menyerang Karma untuk merebut handphone yang dipegangnya.

"JANGAN MENYERANGKU RYOTA! LUKAMU BISA TERBUKA!"

"NO RYOTA! SIT! SIIT!"

PRANG! BANG! CRASH!

"HOII! JANGAN MENYERANGKUU! SIIT!"

"RYOTA JANGANN!"

"RYOTA! RYOTA!"

"Ryo." Suara dari panggilan itu menghentikan pergelutan keduanya. Dengan was was Ryota menatap Karma singkat sebelum membalas, "Geh, halo Haya, ada apa?"

"Haah, haah, akhirnya dia berhenti. Haaah, aku capek mengurusmu! Aku mau resign!" teriak Karma.

"Ku tolak," balas Ryota dengan handphone si sekretaris yang sudah berada di tangannya.

"HOI!"

"Indonesia."

"Hm? Indonesia?"

"Aku mau kesana."

"Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Merepotkan. Pokoknya aku mau kesana."

"Mana boleh, sekolah yang benar."

Tak ada balasan dari seberang sana. Mau bagaimana lagi?

"Ck, baiklah. Tapi kau harus minta ijin dengan klub mu dulu, kalau tidak salah timmu mau final kan? Tidak ingin mengulang masa lalu kan?"

Mendengar [Name] yang kini berbicara dengan ketua klubnya menyadari bahwa Ryota sedang terluka, dengan berbicara tanpa suara, si kakak mengisyaratkan pada sekretarisnya dengan menunjuk lukanya yang terbuka. Si sekretaris hanya menatapnya, namun dari tatapannya Ryota bisa membacanya, 'Ngeyel sih.'

"Dengar?"

"Baik baik, silahkan datang."

"Akan aku telpon lagi setelah aku sampai di apart."

"Baiik~" ujarnya sebelum mematikan telepon yang tersambung. Kini tatapannya terarah pada si sekretaris yang sedang membalut lukanya dengan perban baru, "Kok dia bisa tahu?"

"Entah, dari sepupu kalian kali?" balas Karma dengan tanda tanya juga. Tatapan malasnya kini berubah menjadi tatapan serius, "Jujur saja, kau tahu kan siapa yang menyerangmu?"

Ryota mengalihkan pandangannya ke arah yang lain, "Em... iya..?"

Tangan Karma bergerak untuk memutarkan kepala si bos agar menghadapnya, "Siapa?"

"Janji dulu jangan ngamuk," ujar Ryota yang menaikkan kelingkingnya. Karma membalas kelingkingnya itu, "Yang ada adikmu yang ngamuk karena kau tidak mengabarinya."

"Fuck, benar juga," umpat Ryota yang kini memegang handphone miliknya sendiri dan.. Terlihat ada berbelas kali panggilan tak terjawab dari si adik kecil.

"Jadi? Siapa?"

"Aku tidak yakin pasti. Tapi... dari cara bergeraknya dan cara dia menatapku... itu... Shoji."

Kedua manik merkuri itu menajam, "Bajingan itu."

🔫🔫🔫 

𝕋𝕠 𝕓𝕖 𝕔𝕠𝕦𝕟𝕥𝕚𝕟𝕦𝕖𝕕...

Masa Lalu || Haikyuu x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang