#26 - Festival (2) - Hari sial yang biasa

2.7K 443 22
                                    

Warning!!!
Tolong untuk berhati hati karena adanya banyak kata kasar.
Maapkeun karna ceritanya gaje🖤
Jangan lupa vote n komen <3
Kalo ad yg mirip maap ya :(
Oiya another warning, karakternya bisa OOC (Out of Character).

Peace out✌

🏐🏐🏐

3 hari sebelum hari festival budaya, orang yang waktu itu dari klub musik, mendatangi [Name].

"[Name]-san." [Name] yang sedang adu garam dengan Tsukishima menoleh ke arah orang tersebut, "[Name]-san, apa aku boleh meminta tolong?"

[Name] menaikkan sebelah alisnya, "Ada apa?"

"Eng... kata Ichinose, kau bisa main gitar, apa benar?" tanya orang itu, Ah, waktu itu ketua kelasnya pernah melihatnya main, [Name] mengangguk sebagai jawaban, orang itu terlihat senang, "Apa kau bisa menggantikan gitaris kami?"

"Ada apa dengan gitarismu?" tanya [Name]. Orang tersebut merubah ekspresinya, "Ah, dia kecelakaan, tangannya patah, dia tidak bisa main gitar."

"Tapi kenapa aku?" tanya [Name] lagi. Orang itu menjelaskan alasannya, [Name] cukup ragu, dia tidak yakin, sebelum dia sempat menolak, Tsukishima menjawab, "Queen-chan dengan senang hati akan membantumu."

Orang tersebut mengangguk senang, lalu berjalan pergi, "Nanti pulang sekolah, kita akan latihan sebentar."

"KAU! Seenaknya saja." [Name] menatap kesal, "Ahaha, bukannya ini kesempatan bagus?"

"Untuk apa hah?" tanya [Name] balik. Tsukishima tersenyum penuh kemenangan, "Untuk menambah popularitasmu."

"Aku tidak membutuhkannya, sialan." [Name] menggerutu kesal, belum lagi dia harus menghafal dialognya dengan si Cinderello sialan ini. Dan entah kenapa Tsukishima ini malah terlihat senang, "Semangat ya, Queen-chan."

[Name] menatap sepupunya yang sangat menyebalkan ini, jelas Tsukishima sedang menggaram, "Rasanya aku ingin membuang mainan dinosaurusmu."

🏐🏐🏐

Pulang sekolah, [Name] ijin pada Kiyoko untuk tidak ikut klub voli karena harus latihan untuk konser. Sesuai yang dikatakan orang itu mereka hanya latihan sebentar, [Name] diberikan chord gitarnya. Sekarang dia sedang di apartemennya, sedang duduk di sofa, tangannya bergerak memainkan senar gitar miliknya. Saking asiknya bermain gitar dia tidak sadar ada orang yang masuk ke dalam apartemennya, "[Name]."

[Name] yang terkejut langsung reflek melempar gitar yang dia pegang, "Jangan mengejutkanku Ushi."

"Gila, [Name]-chan seram sekali, lempar gitar." Tendou yang berada di belakang Ushijima berkomentar. [Name] berjalan mengambil gitar yang dia lempar tadi, "Lagian, kalian bikin kaget."

"[Name], gitarmu tidak rusak?" tanya Semi yang juga ada disana. [Name] menatap orang itu, "Entahlah."

[Name] kembali duduk di sofa dan mengecek apakah gitarnya baik baik saja atau tidak, dan sialnya gitar itu rusak, "Apa aku harus memberitahu Ryo?"

'Kayaknya harus deh. Eh, ribet tapi. Kasih tau gak ya? Kasih tau aja kali ya? Tapi males. Hm, harus deh kayaknya. Tapi males ah.' [Name] sedang perang batin, apakah dia harus memberitahunya atau tidak? Terakhir kali, dia mengambil bajunya, dia dimarahi, katanya kurang banyak.

[Name] mengangguk, sepertinya dia harus memberitahunya, daripada orang itu mengamuk lagi. Dia mengambil handphonenya, mencari kontak orang yang sepertinya harus dia hubungi, dia malas berbasa basi jadi ketika sambungan teleponnya terhubung, dia langsung berkata, "Gitar, rusak."

"Haya! Gunanya black card yang kuberikan untukmu apa sih?"

"Ah, kartu hitam itu."

"NAMANYA BLACK CARD."

"Iya, aku mengerti astaga."

"Kalau begitu pakai! Habisin, jangan lupa."

"Iya."

"Kau masih ingat yang waktu itu kan? Bagaimana? Apa ada kendala?"

"Yah belum ada yang terjadi sih."

"Begitu. Kalau begitu jangan lupa pakai kartunya."

"Kartu hitam."

"BLACK CARD!"

"Sama aja."

"Bodo amat dah, Bye." [Name] menatap sambungan telepon yang dimatikan itu, harusnya dia tidak usah memberitahunya ya? Entah kenapa dia jadi menyesal memberitahu orang ini, rasanya sama saja, dia tetap diamuk. [Name] kembali berjalan masuk ke kamarnya, berniat untuk mengambil jaket dan tas, dan berjalan keluar, ketika dia di ambang pintu, "Mau kemana [Name]?"

"Beli gitar," balas [Name] lalu dia berjalan keluar.

"Semisemi, kau tidak mau ikut dengannya?" tanya Tendou yang sedang memainkan PS4 [Name] bersama dengan Goshiki, "Untuk?"

"Semi, tolong temani [Name]." Ushijima meminta tolong, lalu Tendou menambahkan, "Mending kau kejar dia sekarang." Semi mengangguk lalu berlari mengejar [Name], "Kenapa Semi-san?"

"Wakatoshi menyuruhku menemanimu," balas Semi. [Name] mengangguk lalu melanjutkan perjalanannya menuju toko alat musik, sampai akhirnya ada suara yang memanggilnya, "[Name]-chan!"

Panggilan itu membuat kedua orang itu menoleh, ah sial, waktunya kabur. [Name] langsung menarik tangan Semi untuk pergi dari sana, "Itu Oikawa kan?"

"Iya, ayo lari," balas [Name] yang mulai berlari, masih dengan menarik tangan Semi. Semi yang tidak mengerti apa apa hanya bisa mengikuti [Name] karena tangannya ditarik, "[Name]-chan, tunggu!"

"Tidak! Jangan mengikutiku," balas [Name] yang masih berlari. Mereka berdua menghilang dari pandangan Oikawa, karena Semi menariknya ke dalam sebuah gang yang cukup sempit. [Name] dan Semi berdiri dengan jarak yang cukup dekat, bahkan [Name] bisa merasakan hembusan napas pria ini dan debaran jantungnya, 'Mungkin karena lari lari.'

Pikiran [Name] dan Semi berbanding terbalik, [Name] berpikir kalau debaran jantung itu karena berlari, berbeda dengan pikiran Semi yang berpikir jaraknya dengan gadis ini sangat dekat. Semi mengalihkan pandangannya, mengintip apakah Oikawa sudah lewat atau belum, "Sepertinya aman."

"Kenapa kau lari dari Oikawa?" tanya Semi, ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan.

"Entahlah, pak yang ini ya." [Name] mengambil gitar yang dia inginkan lalu membayarnya. Tentu saja dia bukan berlari tanpa alasan, dia hanya tidak ingin bertemu dengan orang itu, lagipula Ryota menyuruhnya untuk berdamai dengan masa lalunya, tapi itu sulit.

"Bukannya ini sama dengan yang tadi?" tanya Semi menatap gitar yang hampir sama persis dengan yang baru saja [Name] rusak tadi, "Meh, percuma gitar mahal tapi ga nyaman."

"Benar juga sih," balas Semi. Kemudian mereka berdua kembali ke apartemen [Name], "Mereka kembali. [Name] menatap apartemennya yang sudah menjadi kapal pecah, seharusnya dia tidak meninggalkan mereka tadi, "Aku pasti bakal dimarahin lagi."

🏐🏐🏐

Di sekolah, saat istirahat, [Name] sedang bersantai di atap sekolah, sampai terdengar suara orang berlari, [Name] membuka pintu, mengintip, ada Hinata yang berlari ke arahnya diikuti dengan Kageyama, Yamaguchi, dan Tsukishima, "[Name]-saan! Katanya kau akan ikut konser saat festival budaya. Apa benar?"

"Ya, karena dia," balas [Name] menunjuk sang pelaku yang membuatnya harus konser, Tsukishima. Kageyama berniat menyemangati [Name], "Aku menantikannya, [Name]-san."

"Disini O-sama mendukung ratunya, Queen-chan." Tsukishima berlagak menjadi reporter, membuat Yamaguchi dan Hinata tertawa, sementara Kageyama dan [Name] menolak panggilan itu bersamaan, "Jangan panggil aku itu."

"Tuh kan, kalian itu cocok, sama sama tidak suka dengan panggilan itu," lanjutnya lagi. [Name] yang sudah malas menanggapi, sudah stress dengan kelakuan orang orang di sekelilingnya, hanya bisa menjawab, "Terserah."

🏐🏐🏐

𝕋𝕠 𝕓𝕖 𝕔𝕠𝕦𝕟𝕥𝕚𝕟𝕦𝕖𝕕...

Masa Lalu || Haikyuu x ReaderWhere stories live. Discover now