"Bukan hanya lo yang suka sama Ziega, gue juga."

Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Rayza, kedua mata Ziega juga Ilora sama-sama melotot tidak percaya.

"Za, lo bercanda'kan?" tanya Ziega memastikan.

"Gue serius, gue udah naksir lo dari pertemuan pertama kita di perpustakaan."

Ilora berdiri, dia memandang Rayza dengan perasaan jengkel. "Nggak! Nggak boleh! Ega punya Lora, nggak boleh ada yang ngedeketin Ega selain Lora!" seru Ilora yang berhasil menarik perhatian seluruh penghuni kantin.

"Kamu nyari cowok lain aja! Jangan Ega!"

Kedua mata Rayza memicing, dia menatap dengan tatapan penuh intimidasi gadis aneh di depannya. "Atas dasar apa lo ngatur-ngatur perasaan gue?" Bahkan Rayza sudah berdiri berhadapan dengan Ilora.

Ziega menghela nafas kasar, mendadak kepalanya terasa pening. "Musibah apa lagi ini?" gumam Ziega putus asa.

"Gue ngadepin satu manusia aja udah nyaris gila, ini kenapa nambah satu lagi?" batin Ziega tidak habis fikir. Dia kira dengan pindah sekolah ia akan merasakan kedamaian dari terror gadis yang beberapa tahun ini membuntutinya. Namun, nasib buruk justru menimpa Ziega. Jujur dia sendiri baru tau jika sosok gadis yang beberapa hari ini ia kenal mempunyai perasaan lebih kepadanya.

"Lora nggak akan biarin Ega jadi milik kamu!"

★★★★★

"Ngapa itu muka kusut banget kaya baju kagak di setrika setahun," celetuk Alzie kepo.

"Stresss gue! Sumpah!" Ziega menyahut, sambil mengambil sebatang rokok dan mulai disematkan di bibirnya, sedangkan tangan satunya meraih sebuah pematik.

"Nyokap-bokap lo lagi?" tebak Aldan.

Kali ini mereka bertiga sedang berkumpul di rumah Aldan.

"Muka gue ganteng banget ya?" tanya Ziega sambil bercermin mengamati mukanya sendiri, mengunakan ponselnya. Sesekali ia mengusap setiap sudut wajah dia.

Mendengar pertanyaan tersebut, Aldan dan Alzie saling pandang sekaligus bergidik ngeri, dengan kepedean sahabat itu.

"Standar sih, masuk kategori burik malahan," sahut Alzie santai. Sesekali ia membuka kulit kacang tanah, dan mulai memakannya.

"Sialan lo! Gue serius!"

"Kenapa? Lo lagi naksir cewek? dan nggak pede sama muka lo sendiri?" timpal Aldan mulai kepo.

"Bukan lagi naksir cewek, yang ada, ada 2 cewek yang lagi ngejar-ngejar gue," akunya merasa resah.

"Bagus dong, berati lo laku." Lagi dan lagi jawaban Alzie mendapat tatapan sinis dari Ziega.

"Ilora? Terus satunya?"

"Rayza."

"Hah?! Gila-gila! Bahaya woy! Itu gebetannya Arlo! Gue nggak mau persaudaraan sama persahabatan kalian pecah gegara cewek," heboh Alzie dengan kedua mata yang melebar sempurna.

"Udah lo sama Ilora aja, Rayla biar jadi milik sepupu lo itu."

"Rayza Al! Bukan Rayla. Rayza. Adiknya Rayla. Bukan Raylanya."

"Oooooo, kirain."

"Terus masalahnya dimana? Udah pacarin aja dua-duanya, lumayan. Sama-sama cantik kok. Jadi nggak malu-maluin kalau lo ajak jalan."

"Eh, bentar. Lo tau dari mana kalau Rayza naksir sama lo?" Kali ini Aldan yang bersuara.

"Tadi gue neraktir Rayza ke kantin, ya itung-itung sebagai ucapan terimakasih karena udah bantuin gue ngerjain tugas dari Bu Soni. Ehhhh, terus si Almero datang  dan mereka berdua berdebat, terus Rayza bilang kalau dia suka sama gue."

"Lo sendiri ada perasaan kagak sama salah satu di antara mereka?" tanya Aldan lagi.

"Kagak lah, Gue nganggap Rayza murni cuma temen. Nggak lebih."

"Kalau Ilora lo ada perasaan sama dia?" sela Alzie ikut penasaran.

"Nggak! Kalaupun ada gue nggak mungkin rela pindah sekolah cuma buat ngindarin kejaran itu cewek."

"Lo pake susuk'kan? Ngaku lo!" timpal Alzie dengan pemikiran semakin di luar nalar.

"Ngaco lo! Mana ada!" seru Ziega tidak terima dengan tuduhan tidak mendasar yang Alzie lontarkan. Tangan Ziega reflek melemparkan beberapa butir kacang tanah ke muka Alzie.

"Jujur ya Ga, gue tuh agak kepo. Itu gimana ceritanya si Ilora senaksir itu sama lo, malah gue lihat-lihat udah kek orang terobsesi." sambung Aldan menatap Ziega sembari menunggu jawaban dari pertanyaannya.

"Gue juga nggak tau, tiba-tiba pertama ketemu udah berbinar aja itu mata lihatin gue. Terus nggak ada angin, nggak ada hujan dia bilang kalau dia suka sama gue."

"HAH?!"

Obrolan mereka terpotong karena ponsel Ziega yang tiba-tiba berdering.

Terdengar helaan nafas kasar dari Ziega saat melihat siapa yang menghubunginya.

"Lora?" tebak Aldan, yang dibalas anggukan malas oleh Ziega.

"Angkat aja," saran Aldan saat melihat beberapa kali Ziega menolak pangilan tersebut.

"Ogah ah, takut makin menjadi itu anak. Orang gue nggak ngapa-ngapain aja dia kek gitu, apalagi kalau gue respon? Bahaya kalau dia makin berharap."

"Lo nggak mau nyoba buat buka hati lo buat cewek itu?"

"Almero bukan tipe gue, gue nyari cewek yang dewasa, bukan kaya bocah modelan Almero."

★★★★★









Zielo{On-going}Where stories live. Discover now