45

7.8K 361 42
                                    

SREK~

BUGH!

"ANJING LO!"

Akhirnya Zeefan datang. Melihat perbuatan keji yang Refaldo lakukan dia langsung menarik tubuh Refaldo tanpa perasaan sampai jatuh membentur lantai sangat keras. Pasti itu sangat sakit, tapi Zeefan tak peduli. Dirinya kini dikuasai amarah yang membara. Bak orang yang kesetanan dia menghajar Refaldo membabu buta, tanpa ampun. Dipikirannya sekarang adalah membunuh Refaldo. Zeefan menangis melihat istrinya dilecehkan, dia tak terima. Dia ingin membunuh Refaldo dengan tangannya sendiri sekarang. Soniel menahan tubuh Zeefan agar berhanti. Ada dua polisi juga yang ikut membantu?

Polisi? Ya, memang mereka datang bersama dua polisi. Sehabis dari kantor polisi mengadukan ajuan tuduhan, polisi ikut bersama mereka unntuk bertemu Marsha dengan tujuan menanyakan beberapa hal. Tapi malah apa yang mereka lihat, tak dapat dipercaya. Kejadian ini membuat polisi yakin dan akan segera menjalankan kasus untuk menjebloskan Refaldo ke dalam penjara.

Pintu kembali terbuka, disusul datangnya Kak Indah. Dia menjadi panik melihat situasi ini. Dia tak tau apa-apa. Dia baru saja kembali dari kantin, tapi sudah terjadi kekacauan. "Apa yang terjadi?" Tanya Indah panik, tapi dihiraukan semua orang. Mereka masih sibuk memisahkan Zeefan dari Refaldo. Indah melihat yang menangis histeris, memilih menghampiri Marsha dan memeluknya erat.

"Aku takut kak," kata Marsha disela tangisnya.

"Iya Sha, maafin kakak," kata Indah. Meskipun dia masih tak tau apa yang baru saja terjadi, tapi dirinya ikut menangis mendengar suara tangisan Marsha yang menyayat hati saat di dengar.

"ZEE UDAH ZEE! LO BISA BIKIN DIA MATI! BIAR POLISI AJA YANG NGURUS!" kata Soniel dengan nada tinggi.

"DIA UDAH NGLECEHIN MARSHA BANG! GUA GA TERIMA! APA GA CUKUP KEJADIAN KEMARIN? SINI LO ANJING!" Soniel dan satu polisi menyeret Zeefan menjauh, sedangkan polisi satunya mengurus Refaldo.

"Anda tenang biar kami yang urus. Jika mas terus seperti ini, mas bisa ikut terseret dalam kasus," peringat polisi yang memegangi Zeefan.

"Bener apa kata polisi Zee. Mendingan lo tenangin Marsha. Liat dia, liat istri lo itu." Zeefan melemas, masih menangis melihat keadaan Marsha yang sudah awut-awutan. Zeefan melepaskan diri lalu dengan perlahan mendekat pada Marsha.

"Sayang," panggil Zeefan. Marsha langsung menjatuhkan diri ke dalam pelukan Zeefan. Indah membuang pandanganya, merutuki dirinya kenapa harus meninggalkan Marsha? Jika dia tak meninggalkan Marsha sendiri pasti, tak akan terjadi hal seperti ini.

"Kami akan membawa saudara Refaldo. Kami juga butuh keterangan dari anda mbak, maka tolong ikut kamu...." pinta polisi pada Indah.

"...untuk selanjutnya kami dari pihak polisi akan menghubungi Mas Zeefan atau Mas Soniel. Kamu permisi, mari." Indah ditemani Soniel tentunya pergi ke kantor polisi. Sedangkan Marsha dan Zeefan masih berpelukan. Marsha meremas baju Zeefan dengan erat. Dia merasa sangat amat ketakutan. Jika saja Zeefan telat lebih lama, Marsha sudah tak tau lagi apa yang akan terjadi padanya.

"Aku takut. R-Refaldo j-jahat," kata Marsha.

"Tenang ya, udah ada aku. Aku bakal pastiin hidup dia ga bakal tenang. Kamu jangan takut lagi," kata Zeefan menenangkan.

"D-dia hampir, i-ituin aku."

"Ssst, udah. Jangan dibahas lagi." Zeefan membelai rambut Marsha yang basah karena keringat. Belum selesai luka kemarin yang Marsha rasakan, kini sudah ditambah dirinya yang dilecehkan, membuat mental Marsha terasa terganggu.

~~~

Di kantor polisi Indah memberi keterangan bahwa dirinya tak tau apa-apa dan tak ada sangkut pautnya dengan Refaldo. Setelah melewati beberapa pemeriksaan lanjutan Indah di tetapkan tidak ikut bersalah. Sedangkan Refaldo ditetapkan sebagai tersangka. Selain kasus yang Refaldo kemarin lakukan, ternyata Refaldo juga diam-diam mengonsumsi barang terlarang, yaitu narkoba. Hal itu membuat Refaldo dipenjara lebih dari sepuluh tahun lamanya.

SUPERMODEL [END]Where stories live. Discover now