17

6.1K 430 24
                                    

Langit sudah berganti malam. Zeefan sudah bangun, bahkan sudah mandi, tapi tidak dengan Marsha. Dia masih betah dalan tidurnya. Zeefan saja sampai heran. Apa secape itu sampe lama banget tidurnya?

"Bangunin aja apa ya? Udah waktunya makan malem juga. Kayaknya dia belum makan dari tadi siang," pikir Zeefan.

"Sha bangun Sha." Akhirnya Zeefan memilih membangunkan Marsha, mengajaknya untuk makan malam. Biarlah urusan tidur bisa dilanjut nanti setelah perut Marsha itu sudag terisi.

"Sha bangun, kita makan malem dulu."

"Sha. Anjir, panas!" Kaget Zeefan saat memegang kening Marsha. Niat hati dia ingin menyingkirkan helaian rambut dari wajah Marsha, tapi malah merasakan panas di sana.

"Sha bangun Sha, kamu demam. Minum obat dulu," panik Zeefan. Baru pertama kali ini dia menemukan Marsha dalam keadaan sakit.

"Sha bangun Sha." Zeefan terus saja menganggu Marsha, sampai membuat Marsha terusik.

"Aku cape, badan aku sakit semua, jangan ganggu," kata Marsha dengan suara pelan dan serak.

"Kamu demam Sha. Ayo, turun makan dulu minum obat baru lanjut tidurnya. Biar lebih enakan." Zeefan menyibak selimut yang sedari tadi membalut Marsha.

"Aku ga laper Zeefan," kata Marsha.

"Nggak, pokoknya kamu harus bangun. Kita makan terus minum obat." Zeefan menarik bangun tubuh Marsha, yang sangat terasa panas saat berkontak tangan langsung.

"Aku gendong ayo, kalau kamu lemes buat jalan." Marsha menurut saja, tak menolak apa yang ingin dilakukan Zeefan. Karena jujur saja tubuhnya sangat terasa tak enak dan kepalanya sangat pusing. Zeefan menggendong Marsha seperti bayi koala. Sedangkan Marsha yang kepalanya terasa pusing hanya memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di pundak Zeefan. Sudah seperti bayi yang tak ingin bangun dari tidurnya.

"Loh Marsha kenapa Zee?" Tanya Papa Zeefan. Zeefan memang membawa Marsha ke dapur untuk makan malam bersama.

"Demam Pa. Tiba-tiba aja badannya panas," jawab Zeefan.

"Tiba-tiba banget. Padahal siang tadi ga papa loh," sahut Mama Zeefan sambil mengecek kening Marsha. "Nanti Mama ambilin obat pereda panas. Sekarang makan dulu ya," lanjut Mama Zeefan.

"Sha duduk Sha, makan dulu." Zeefan ingin memindahkan Marsha duduk di kursi, tapi Marsha menolak dengan suara erangannya.

"Pangku aja Zee, kalau ga mau pindah," saran Papa Zeefan.

Waduh, bahaya ini kalau pangku. Batin Zeefan.

"Ayo, kita makan," ucap Mama Zeefan.

Akhirnya Zeefan duduk dengan Marsha yang berada di pangkuannya. "Aku suapin ya?"

"Aku ga laper," jawab Marsha lemas.

"Dikit aja nak, abis itu minum obat," imbuh Mama Zeefan.

"Ga mau," tolak Marsha. Mama Zeefan mengode anaknya itu untuk membujuk Marsha agar mau makan dan minum obat.

"Dikit aja ya? Kata kamu badannya sakit kan? Biar sembuh makan dulu terus minum obat. Mama udah masak ayam goreng nih. Beli dagingnya di warung Mail, dua seringgit," bujuk Zeefan.

"Kata kamu tadi mau beli pizza? Aku mau pizza aja, ga mau makan nasi," kata Marsha.

"Makan nasi dulu."

"Ga mau!" Kekeuh Marsha.

"Udah turutin aja Zee. Beli sana," sahut Papa Zeefan.

"Oke. Kamu turun dulu, aku keluar beli dulu."

"Ga mau~" rengek Marsha.

"Terus aku belinya gimana?" Tanya Zeefan bingung.

"Ga tau."

"Pesen onlien aja Zee kalau Marshanya ga mau ditinggal," saran Papa Zeefan. Zeefan mengangguk paham, dia membuka ponselnya dan memesan pizza secara online.

Sambil menunggu pesanan Pizza datang, Zeefan dan orang tuanya lebih dulu memakan makanan mereka mumpung masih anget, ntar kalau dibiarin dingin ga enak. Di setiap lahapannya, Zeefan berpikir dengan perubahan Marsha yang sangat mendadak. Marsha yang dingin tak tersentuh tiba-tiba bisa menempel bagaikan cicak yang nemplok di tembok seperti ini.

"Mau?" Tawar Zeefan saat menyadari Marsha memperhatikannya dengan sedikit mendongak. Marsha menggelengkan kepalanya lalu kembali memejamkan matanya dan masih bersandar dengan nyaman di pundak Zeefan.

Beberapa menit berlalu, pesanan Pizza akhirnya datang. Mama Zeefan dengan pengertian mengambilkan pesanan itu dan membayarnya juga. "Nih pizzanya. Tadi Mama bayarin dulu," kata Mama Zeefan.

"Iya nanti Zeefan ganti uangnya," balas Zeefan.

"Ga usag ganti uangnya. Tapi ganti aja pakek barang, kayaknya udah ada tas keluaran terbaru," kata Mama Zeefan. Ngelunjak memang, tapi tak apalah. Apa pun yang diingin Mamanya, Zeefan akan menuruti.

"Zeefan pesen dua, yang sebungkus buat Mama." Zeefan memberikan satu kotak pizza itu pada Mamanya, sedangkan sisanya untuk Marsha.

"Makasih sayang," ucap Mama Zeefan. "Dimakan ya nak. Mama ambilin obat pereda panas."

"Nih pizzanya udah dateng, dimakan," kata Zeefan.

"Aku lemes," ucap Marsha.

"Lemes? Mau aku suapin?"

"Ga ngrepotin?"

"Nggak lah." Zeefan dengan senang hati menyuapi Marsha makan. Marsha menerima suapan demi suapan dari Zeefan. Saking terkejut dan di sisilain juga senang akan perubahan Marsha, Zeefan sampai tak menyadari jika sedari tadi Marsha menggunakan kata 'aku-kamu' saat berbicara.























Kasihan Marsha sakit. Kecapean tuh.

Dah gitu aja maap buat typo.

Bjir bsk gua ujain cok.

SUPERMODEL [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz