7

4.9K 348 2
                                    

Marsha terbangun dari tidurnya karena merasakan pengap. Saat matanya terbuka, terbangun ternyata posisi tidurnya sudah tak seperti semalam. Dia terbangun di dalam dekapan hangat Zeefan. Rasa kantuk Marsha sirna begitu saja, karena terkejut. Entah dimana letak guling yang sebagai pembatas sekarang. Entah siapa dulu yang memulai melewati pembatas semalam. Marsha mulai bergerak pelan untuk lepas dari dekapan Zeefan, tapi hal itu malah membuat Zeefan yang masih tertidur memeluk Marsha lebih erat lagi, bagaikan memeluk sebuah guling.

Nafas Marsha tertahan karena jarak antara wajah mereka berdua begitu dekat. Marsha jadi bisa melihat setiap pahatan wajah Zeefan yang ternyata cukup tampan. Marsha menyadari hal itu sekarang. Namun, dirinya terlalu gengsi untuk mengungkapkannya.

Marsha merasa gugup saat Zeefan kembali melakukan pergerakan. Sepertinya suaminya itu akan terbangun. Marsha tak tau harus melakukan apa nanti jika tertangkap basah memperhatikan Zeefan yang masih tertidur. Maka dari itu, Marsha memilih untuk kembali memejamkan matanya, pura-pura tidur.

Zeefan melenguh dan dengan perlahan membuka matanya yang masih terada berat. Zeefan tersentak saat pertama kali yang dia lihat adalah wajah Marsha yang begitu dekat dengan wajahnya.

Zeefan pov

"Anjir!" Sentakku dalam hati, saat melihat seseorang tepat dihadapanku saat pertama kali membuka mata, bangun dari tidurku.

Aku sampai menahan nafasku sendiri dan tubuhku rasanya menjadi kaku. Aku berusaha tidak menimbulkan gerakan sedikitpun agar tak membuat Marsha yang masih tertidur ini terbangun. Aku menelan ludahku karena tenggorokanku tiba-tiba terasa kering.

Aku perlahan menyingkirkan tanganku sendiri yang memeluk tubuh Marsha. Mataku memandang Marsha yang kini telah resmi menjadi istriku. Aku masih tak menyangka kini aku sudah menikah. Aku beruntung karena menikahi perempuan secantik Marsha.

Lihatlah, bulu matanya yang lentik, pipinya yang berisi, bibir mungilnya yang menggoda. Kurang sempurna apalagi istriku ini? Dia sangat sempurna dimataku. Meskipun sikapnya masih cukup dingin dan cuek terhadapku, tapi tak apa. Dengan perlahan aku akan membuat dinginnya istriku ini mencair saat bersamaku.

Tanganku bergerak menyingkirkan helain rambut yang mengahalangi wajah cantik milik Marsha. Namun, tanpa disangka hal itu membuat Marsha mengeluarkan suara yang membuat aku terkejut.

"Udah kali liatin wajah gue." Aku langsung pura-pura menutup mataku kembali tertidur sebelum membuka matanya. Padahal aku jelas-jelas sudah tertangkap basah oleh Marsha. Namun, aku tetap melakukan hal ini untuk menutupi rasa malu ku.

Aku membuka mataku sipit, mengintip apa Marsha sudah membuka matanya, ternyata sudah! Aku semakin menutup mataku dengan erat lalu membuka mulutku mengeluarkan suara dengkuran kencang, seolah-olah aku masih tertidur.

"Ga usah pura-pura tidur, gue tau lo udah bangun." Marsha menepuk mulutku yang terbuka, membuat aku langsung menutup mulutku kembali, tapi masih tetap menutup mataku.

"Buka ga mata lo? Atau mau gue colok?" Ancamnya yang terdengar lucu ditelingaku. Akhirnya aku memilih membuka mataku. Tak disangka mata kami bertemu. Hanya beberapa detik, tapi mampu membuat kedua pipiku memanas.

"Udah aku buka nih mataku, mau diapain sekarang? Mau dicium?" Tanya ku menggoda. Siapa tau beneran dapet ciuman kan lumayan. Vitamin di pagi hari.

"Mimpi banget lo. Siapa yang semalem lewatin pembatas? Terus pembatasnya kemana sekarang?" Tanya Marsha. Aku juga tidak tau siapa diantara kita yang lebih dulu melewati pemabatas.

"Aku tidak tau. Kan aku tidur sayang," jawabku jujur.

Marsha bergerak ingin bangun, tapi aku tahan dan langsung kembali memeluknya, menggagalkannya untuk bangun dari kasur. Aku masih ingin bermanja dengannya. Itung-itung sebagai ganti karena semalam tidak bisa merasakan malam pertama, upss.

"Lepasin ih, gue mau mandi!" Dengus Marsha.

"Mandi bareng?"

"Gue tabok mau?!"

"Bercyandaaa~ bercyandaaaa~" kataku dengan suara yang baru-baru ini sedang trend.

"Lepasin!" Pinta dia.

"Ga mau. Bentaran aja gini. Aku lagi pengen meluk kamu. Bentar aja plish," pintaku. Akhirnya dia diam tak lagi berontak. Aku mendekapnya dengan tulus. Nyaman, itulah yang aku aku rasakan. Entah Marsha juga merasakan hal ini atau tidak. Jantungku berpacu dengan cepat, semoga Marsha tidak mendengar detak jantungku sekarang.

"Udah. Gue mau mandi sekarang. Pasti keluarga gue sama lo udah nunggu buat sarapan," kata Marsha. Aku melepaskan dekapanku, membiarkan Marsha bangkit dari kasur. Namun, kemudian dia berhenti lalu membungkuk mengambil sesuatu. Ternyata itu guling yang menjadi pembatas semalam.

"Ini gulingnya. Kok bisa sampe sini?"

"Ga sengaja kebuang kali sayang semalem," jawabku.

"Sayang-sayang matamu!" Marsha melemparkan guling itu tepat mengenai wajah rupawanku. Aku tak marah karena tindakannya, malah menurutku itu lucu. Sepertinya setelah ini hari-hariku akan terasa indah dengan adanya Marsha.

Zeefan pov end.



























Drama pasutri baru di pagi hari.

Dah gitu aja maap buat typo.

SUPERMODEL [END]Where stories live. Discover now