22

5.4K 403 11
                                    

Hari-hari berlalu. Hari ini Marsha Free. Karna tak ada pekerjaan, dia memilih untuk ikut ke tempat kerja Zeefan. Apa Zeefan akan menolak? Ya tentu tidak! Dia malah senang jika Marsha ikut. Zeefan malah seperti mendapat vitamin, dia akan semakin semangat dalam bekerja. Toh restorant itu miliknya jadi mau membawa siapa saja ke sana tak akan ada yang melarang.

"Sayang udah belum?" Tanya Zeefan. Marsh masih duduk merias wajahnya, yang padahal tanpa make up pun sudah cantik bagi Zeefan.

"Terakhir," ucap Marsha lalu mengoleskan lipstik tipis dibibirnya, lalu memastikannya sudah rata. "Gimana cantik ga?" Tanya Marsha.

"Cantik! Cantik banget. Kamu tanpa make up pun udah cantik sayang," puji Zeefan yang membuat Marsha menundukkan kepalanya, tersipu.

Marsha dan Zeefan memang sekarang memutuskan untuk menentap di rumah orang tua Zeefan, tak lagi di rumah orang tua Marsha, dengan alasan di rumah itu sudah banyak anggota keluarga yang menetap di sana, yaitu kakak-kakak Marsha. Justru, orang tua Marsha malah senang jika anak-anaknya berkumpul menjadi satu menemani masa tuanya.

Namun, apapun itu, Marsha ikut apa yang suaminya inginkan. Toh sekarang mereka sudah baik-baik saja. Terlebih Marsha yang sudah mau berlapang dada, menerima perjodohan ini, tak lagi menjadikan perjodohan ini sebuah permasalahan. Harapan Marsha kini ingin pernikahannya seindah apa yang dia impikan.

Rencana ke depannya, Zeefan ingin mengajak Marsha untuk hidup di rumah mereka sendiri. Namun, itu nanti. Karna sekarang Zeefan masih menunggu rumah yang dia inginkan dalam proses pembangunan, belum sepenuhnya selesai. Jika semua sudah selesai dia akan membawa Marsha tinggal berdua di sana. Membangun keluarga kecilnya di sana sampai nanti mempunyai malaikat kecil yanf akan hadir diantara mereka.

"Aku bawain tas kamu." Marsha mengambil tas tangan milik Zeefan yang cukup berat.

"Berat sayang, biar aku aja yang bawa."

"No no no, aku mau bawa." Marsha mendahului Zeefan yang menatapnya dengan bahagia.

"Gemezzz banget, jadi pengen nerkam," kata Zeefan.

Sampai di bawah mereka bertemu dengan Mama Zeefan yang sedang memberi makan ikan cupang yang baru saja dibeli oleh papa Zeefan. "Kalian mau kemana? Kok rapi banget," tanya Mama Zeefan.

"Mau kerja Ma," jawab Zeefan.

"Marsha? Katanya free, terus mau kemana?"

"Aku mau ikut Zeefan ke restorant Ma. Pengen liat-liat di sana," jawab Marsha.

"Oh, gitu. Yaudah sana. Mama kasih tau Sha, di sana Zeefan suka banget godain gadis-gadis," kompor Mama Zeefan.

"Heh! Mana ada! Fitnah!" Panik Zeefan. Apa yang Mamanya katakan itu tak benar. Dia berkomunikasi dengan para pelanggannya saja sangat jarang.

Marsha menatapnya tajam dan penuh selidik. "Jangan percaya sama Mama, sayang. Mama pagi-pagi gini memang suka kayak kompor meleduk, bikin panas aja," kata Zeefan lalu terkekeh canggung.

"Heh! Durjana kamu ngatain Mama kompor meleduk!"

"Aduh ma, maaf!" Zeefan berakhir mendapat cubitan kecil yang terasa sakit sekali dari Mamanya.

"Lagian Mama, sembarangan bilang gitu. Zeefan mana ada godain orang-orang. Zeefankan udah punya Marsha, jadi buat apa godain orang lagi," jelas Zeefan.

"Oh jadi sebelum nikah sama aku, kelakuan kamu godain para pelanggan?" Celetuk Marsha.

"Nah iya Sha, jewer aja anaknya. Genit!" Kompor Mama Zeefan lagi. Ia memang sengaja membuat mereka debat, karna baginya itu menggemaskan.

"Nggak sayang, aku ga pernah godain cewe lain. Kalau dari dulu aku godain cewe pasti ga bakal jomblo dan berakhir dijodohin sama kamu kan?"

"Jangan dengerin omongan Mama. Ma udahlah, Zeefan denger kalau suka ngomporin rumah tangga anaknya, nanti kebun atau tanaman di rumah bakalan mati," kata Zeefan.

"Heh! Kamu doain taneman Mama mati?!"

"Nggak Ma, cuma Zeefan denger-denger doang. Udahlah sayang ayo pergi, keburu kesiangan." Zeefan hendak menggandeng tangan Marsha namun langsung ditepis oleh Marsha. Marsha dengan raut wajah kesal pergi mendahului Zeefan.

"Kan ngambek, Mama sih," sebal Zeefan dan dibalas tawaan oleh Mamanya.

"Sayang tunggu!" Zeefan berlari lalu menangkap tubuh Marsha, menggendongnya layaknya karung beras.

"ZEEFAN TURUNIN AKU! NANTI AKU JATOH!" Zeefan menghiraukan berontakan itu dan tetap menggendong Marsha sampai mobil.

"Sha jangan dengerin omongan Mama ya? Mama tadi cuma bercanda kok. Aku ga pernah godain cewe lain, sumpah g boong." Selama perjalanan Marsha hanya diam dan Zeefan terus menjelaskan jika dia tak pernah melakukan seperti apa yang Mamanya katakan.

"Kamu jangan diem aja dong. Aku jadi bingung nih," ungkap Zeefan.

"Kamu bener ga pernah genit ke cewe lain?"

"Ga pernah sayang. Aku cuma genit ke kamu doang," jawab Zeefan cepat.

"Percaya ya?" Marsha menghembuskan napas berat, lalu mengangguk. "Inget jangan genit. Awas aja kalau kamu berani genit ke cewe lain, aku potong itu kamu," ancam Marsha serius.

"Itu apa?"

"Tuh." Tunjuk Marsha dengan matanya yang mengarah pada selangkangan Zeefan, yang membuat Zeefan tersenyum penuh arti. "Emang kamu pernah liat?"

"Y-ya nggak. Kan, cuma ngancem," gugup Marsha.

"Ga mau nyoba?" Goda Zeefan.

"IH DASAR MESUM!" Pekik Marsha yang membuat Zeefan tertawa.

"Nanti nyoba kalau udah bulan madu, kita nyari waktu kosong," kata Zeefan. Kuat sekali dia menahan nafsu dengan Marsha yang sudah sebulan lebih bersama tanpa melakukan hak mereka. Namun, diantara mereka juga tak ada yang membahas tentang hal itu, karna memang sama-smaa takut. Mereka masih seperti anak kecil yang biasanya mengghindar jika membahas hal yang seperti itu.

"Terserah kamu," balas Marsha.

"Aku anggap ucapan kamu berarti setuju!" Zeefan bersorak senang, dia akan mencari waktu untuk melakukan bulan madu yang belum sempat mereka lakukan dulu.























Bangun tidur, saatnya ngebabu.

Dah gitu aja maap buat typo.


SUPERMODEL [END]Where stories live. Discover now