41

4.8K 414 18
                                    

Cuaca siang ini memang cukup panas jika di luar. Maka dari itu Marsha dan Zeefan memilih berdiam diri di dalam rumah. Tepatnya di kamar Marsha. Mereka masih berada di rumah keluarga Marsha. Sudah lama Marsha tak menempati kamarnya ini. Masih sama tak ada yang berubah, tapi tetap bersih. Sepertinya Maminya itu sangat rajin membersihkan kamar Marsha.

Marsha menjadikan tangan Zeefan sebagai bantalan. Kakinya menimpa tubuh Zeefan. Tangan kanannya tertimpa dirinya sendiri dan tangan kirinya memegang ponsel yang dia letakkan dia atas dada Zeefan. Jadi posisinya miring. Sedangkan Zeefan matanya tertutup, dia tertidur. Meninggalkan Marsha yang masih betah membuka mata, menonton ASMR di yutup.

Tak ada keinginan Marsha sama sekali untuk membangunkan Zeefan. Karena suaminya itu terlihat sangat lelap sekali dalam tidurnya. Tiba-tiba tenggorokkan Marsha terasa kering, dia haus. Gelas di atas nakas itu sudah kosong, terakhir tadi diminum oleh Zeefan. Mau tak mau Marsha bangun dari rebahannya, mengambil gelas dan keluar kamar untuk mengambil minum.

Marsha berjalan dengan biasa, sesekali melihat kanan kiri, keadaan rumahnya sepi. Entah pada kemana mereka semua. Marsha tak peduli. Dia berjalan ke dapur, membuka kulkas dan menuangkan air dingin ke dalam gelas yang tadi dia bawa. Meneguknya hingga habis, kemudian kembali mengisi gelas itu dengan air dingin lagi, untuk dia bawa ke kamar kembali.

Marsha tersentak kaget karna saat berbalik sudah ada Refaldo yang berdiri di belakangnya. Entah sejak kapan lelaki itu berada di belakangnya. Marsha berusaha mengiraukan dan segera untuk pergi. Namun, Refaldo dengan sengaja menahan tangan Marsha.

"Jangan pegang-pegang! Najis!" Celetuk Marsha pedas.

"Aku mau ngomong sama kamu," ungkap Refaldo tak menghiraukan lontaran perkataan pedas dari Marsha tadi.

"Ga ada waktu. Suami gue nungguin di atas," jawab Marsha. Dia kembali ingin pergi, tapi Refaldo lagi-lagi menahan. Entah apa mau lelaki ini.

"Mau lo apa sih?!" Tanya Marsha dengan nada menyentak.

"Aku kau ngomong sama kamu."

"Ngomong apa?! Kalau ga penting mending telen lagi perkataan lo itu!"

"Ini penting! Tentang kita," ucap Refaldo.

"Tentang kita? Ngigo lo? Siapa kita? Ga penting sama sekali! Lo ganggu waktu gue aja!" Marah Marsha.

"Penting Marsha. Kamu harus dengerin aku ngomong. Ini penting. Semua yang berhubungan tentang kita itu penting bagi aku," kata Refaldo.

"Mending lo tobat! Inget Kak Ashel!" Kesal Marsha. Dia memalingkan wajahnya berharap ada orang rumah yang membantunya untuk kabur dari Refaldo yang mulai gila ini.

"Kau inget Ashel. Tapi aku juga inget kamu. Kamu selalu berkeliaran di pikiran aku Sha," jawab Refaldo.

"Sinting!"

"Iya, aku gini karna kamu. Sha, kita ga bisa lagi buat bersama kah?" Tanya Refaldo, terlihat penuh harapan di mata Refaldo.

"Kalau lo punya otak, pasti lo tau apa jawabannya. Lagi pula gue ga mau sama lelaki kayak lo. Lelaki banci! Yang malah pergi dan nikah sama kakak gue sendiri!" Sindir Marsha.

"Maafin aku Sha. Aku bisa cerai sama Ashel asal kamu mau balik sama aku. Kamu juga pasti mau kab cerai sama Zeefan? Zeefan ga lebih baik dari aku? Lagian Zeefan baru kenal sama kamu. Aku di sini yang lebih lama sama kamu, bukan dia," ungkap Refaldo mulai tak tau diri.

"Justru gue udah kenal lo lebih lama. Lo itu badjingan! Gua ga butuh cowo kayak lo! Najis tau ga? Liat wajah lo aja gue muak!" Ungkap Marsha yang sudah tak mempedulikan perasaan Refaldo.

"Jangan ganggu kehidupan gue lagi! Gue udah ada Zeefan, yang lebih sempurna dari pada lo yang kayak sampah!" Lanjut Marsha.

"Aku bakal bikin kamu jadi milik aku lagi Sha. Kamu ga bisa kabur, aku suami Ashel. Aku bisa minta gimana itu caranya biar bisa deket sama kamu. Dan kita bisa bersama lagi," ungkap Refaldo dengan wajah santainya.

"Jujur aku ga suka denger kabar kehamilan kamu. Gimana kamu bisa mau hamil anak Zeefan? Lebih baik anak aku. Karna aku tau, kamu masih cinta kan sama aku? Sama Sha aku juga masih punya rasa sama kamu," ungkap Marsha.

"Ga sudi gue punya anak sama lo. Ngotak deh lo! Lo ga mikirin perasaan kak Ashel ngomong kayak gini? Kak Ashel lagi hamil anak lo tolol! Dengan entengnya lo, malah bilang kayak gitu. Dasar egois! Badjingan!" Kesal Marsha. Refaldo malah mengeluarkan senyuman yang menyebalkan.

"Najis banget. Dasar cogil!" Marsha reflek menyiram Refaldo dengan air dingin dari gelas yang dia pegang. Gelas itu diletakkan di atas meja, lalu mendorong tubuh Refaldo dan pergi dari dapur.

Marsha berjalan dengan tergesa, rasa panas menyeruak di dalam hatinya. Dia marah, geram, penuh dendam. Ingin rasanya mencabik-cabik wajah Refaldo dengan kukunya yang panjang ini. Sampai kamar Marsha langsung memposisikan diri, menjatuhkan dirinya di atas tubuh Zeefan. Mentransfer energi positif dari suaminya. Zeefan yang mendapat serangan mendadak sontak terbangun.

"Sayang jangan gini, nanti anak kita kegencet," peringat Zeefan dengan suara seraknya. Marsha menggeleng saat Zeefan ingin memindahkan posisinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Zeefan karena merasa aura Marsha yang berbeda.

"Aku ngantuk," jawab Marsha. Dia tak ingin membahas hal yang barusan tadi terjadi.

"Ngantuk? Benerin posisi kamu. Aku khawatir sama kandungan kamu."

"Nggak mauu~ mau gini aja, baik-baik aja kok. Aman," kekeuh Marsha pada pendiriannya.

"Oke," pasrah Zeefan. Dia menepuk punggung Marsha menghantarkan istrinya ke dalam mimpi. Biarkanlah nanti dia memindahkan posisi ini saat Marsha sudah tidur.



















Panas banget gilak.

Dah gitu aja maap buat typo.

SUPERMODEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang