6

5.1K 359 12
                                    

Hari pernikahan tiba. Semua berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan. Namun, tak ada senyuman tulus yang Marsha tampakkan. Yang terlihat hanya wajah datar dan senyuman tipis untuk formalitas saja. Hingga di foto pernikahanpun hanya wajah datar yang ditampilkan. Berbeda dengan Zeefan yang menikmati setiap momen dengan senyuman bahagia. Dan dia berjanji kalau setelah ini dia akan menjaga pernikahannya dengan Marsha bagaimanpun caranya, agar tad ada kata perpisahan di akhirnya.

Acara telah selesai. Zeefan membawa Marsha ke sebuah hotel yang sudah dia pesan untuk beristirahatnya. Keluarganya pun sama, tapi mendapatkan kamar yang berbeda. Zeefan sudah selesai bersih-bersih dan dirinya kini duduk bersandar di kepala kasur sambil memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa kantuknya dalam menunggu Marsha yang sedang berada di kamar mandi. Sudah sekitar 15 menit Marsha berada di dalam. Entah apa saja yang dilakukan hingga membuatnya lama berada di dalam.

Apa memang semua wanita akan lama jika berurusan dengan kamar mandi?

Zeefan sesekali terkekeh melihat video yang ditampilkan dilayar ponselnya.

Ceklek~

Tatapan Zeefan beralih pada pintu kamar mandi yang telah terbuka, menampilkan Marsha yang keluar dari sana sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Marsha sudah memakai baju tidur miliknya dan bersiap untuk tidur nantinya jika rambutnya sudah kering. Karena jika tertidur dengan rambut yang masih basah tidaklah enak.

Zeefan meletakkan ponselnya dan menyambungkan dengan kabel daya, kemudian membenarkan posisi duduknya dengan tegak, memperhatikan Marsha yang berhenti mengusap rambutnya, berganti mengecek ponselnya.

"Kenapa?" Tanya Marsha yanng sadar jika Zeefan terus melihat ke arahnya.

"Ga papa. Cuma pengen liatin kamu aja," jawab Zeefan. Marsha kembali beranjak untuk mengembalikan handuknya di kamar mandi, lalu tak lama kembali lagi, tapi masih berdiri di samping kasur.

"Harus banget kita tidur seranjang?" Tanya Marsha.

"Iyalah. Kita kan udah nikah, jadi aman-aman aja dan ga papa juga kalau mau tidur seranjang," jawab Zeefan dengan enteng.

"Tapi gue ga bisa tidur sama orang lain di satu kasur yang sama," kata Marsha.

"Bisa. Sini aku tidur sambil peluk biar kamu nyaman," modus Zeefan dengan tersenyum lucu.

"Modus lo!"

"Emang kenapa sih, sama istri sendiri juga."

"Zeefan. Gue mau ngomong. Kalau, g-gue belum siap kalau lo minta hak lo di malam pertama kita nikah. Gue, masih belom siap sama sekali," ungkap Marsha. Zeefan menatap Marsha dengan tatapan yang, emmm...tidak bisa dijelaskan. Senyuman yang tadi ditampilkan di bibir Zeefan pun sirna.

Namun, itu tak lama, karena setelahnya Zeefan kembali tersenyum dan berkata, "Emangnya yang mau minta hak malam ini siapa? Emang niatan aku malam ini kita langsung tidur aja. Aku tau kamu belum siap. Dan lagi pula kita sama-sama cape karena kegitan tadi. Jadi lebih baik kita istirahat aja dulu. Dan soal itu, masih ada banyak hari. Aku bakal tunggu kapan pun kamu siap, aku ga bakal maksa kamu kok," jelas Zeefan dengan tulus. Meskipun tadi Zeefan memang punya keinginan untuk melakukan malam pertama, tapi mengingat Marsha yang sampai sekarang masih sedingin kutub utara dan seperti sangat susah disentuh, lebih baik Zeefan mengalah saja. Toh mereka masih terbilang baru kenal, jadi pendekatan dahulu lebih penting.

"Sini duduk, jangan berdiri terus. Nanti kamu cape." Zeefan menepuk tempat di sebelahnya. Marsha dengan ragu ikut bergabung di sana, lalu dengan cepat dia mengambil sebuah guling sebagai pembatas.

"Jangan sampai ada yang lewatin guling ini selama kita tidur, sampai nanti pas kita udah bangun," peringat Marsha dengan mata yang menajam, tapi hal itu tidak membuat Zeefan takut.

"Segitunya banget?"

"Iyalah! Jangan protes! Kalau lo ga mau, sofa masih kosong tuh," kata Marsha sambil menunjuk singkat ke arah sofa.

"Nggak-nggak. Aku mau di sini aja," jawab Zeefan dengan cepat. Zeefan mana mau tidur di sofa yang ada ntar badannya jadi encok. Lagi pula ini dia baru saja menikah, masa di malam pertamanya malah tidur di sofa bukan di sampong istri.

"Diem aja kalo gitu." Marsha merebahkan tubuhnya yang sudah merasa sangat lelah. Sehingga saat merebahkan tubuhnya, langsung terdengar bunyi kretek~ yang membuat Marsha mendesah lega.

Zeefan ikut merebahkan dirinya di sebelah Marsha tanpa menyentuh pembatasa guling itu.

"Jangan sampai lewati pembatas," peringat Marsha lagi.

"Iya-iya sayang," jawab Zeefan dengan sabar.

Mereka sama-sama terdiam. Marsha mulai memejamkan matanya, jujur saja dia sudah terasa lelah. Dia ingin sekali untuk segera tidur. Namun, dipikirannya terus terbayang. Sekarang dia sudah menikah, keadaanya sudah tak seperti biasanya. Semua terasa berbeda, mulai dari sekarang dirinya tidur tak lagi sendirian, tapi sudah ada orang lain yang menemaninya.

"Marsha."

"Hem," dehem Marsha menjawab panggilan Zeefan.

"Kok bisa nama manager kamu Indah. Jadi sama kayak nama kakak kamu. Seumpama kalau ketemu bareng terus apa kamu ga bingung manggil mereka berdua?" Tanya Zeefan. Jujur saja dia cukup terkejut setelah beberapa waktu yang lalu berkenalan dengan Manager Marsha yang namanya sama dengan kakak iparnya.

"Sengaja aku nerima Kak Indah jadi manager ku."

"Ceritanya gimana? Aku kepo. Ceritain dong," pinta Zeefan. Dia merubah posisi tidurnya menjadi miring menghadap Marsha.

Marsha kembali membuka matanya. Memang Zeefan ini malah membuat rasa kantuknya menjadi hilang. Selain menyebalkan, Zeefan ternyata cukup cerewet.

"Jadi pada waktu itu, gue mulai terjun ke dunia model. Waktu itu Kak Indah Kakak gue, pernah bilang kalau dia yang pengen jadi manager gue. Tapi pada waktu gue mulai butuh manager, dia malah pergi ke luar negeri selama beberapa bulan karena ada suatu urusan di sana. Waktu itu gue minta Kak indah kakak gue buat pulang aja nemenin gue, tapi kak Indah ga bisa. Akhirnya kak Indah nyaranin buat nyari manager lain aja dengan meminta bantuan Mami gue. Akhirnya gue terpaksa mau. Ada beberapa pilihan manager. Dan gue mulai cocok dengan kak Indah, yang sekarang gue jadiin manager itu. Apalagi namanya sama-sama Indah, pikir gue pasti rasanya bakal kayak kalau gue lagi sama kakak gue, karena kakak gue ga bisa jadi manager kan. Jadi istilahnya Kak Indah manager sebagai pengganti Kak Indah kakak gue," jelas Marsha dengan singkatnya.

"Paham lo sekarang?" Tanya Marsha, tapi tak ada jawaban. Pas Marsha melirik ke arah Zeefan ternyata, lelaki itu malah sudah memejamkan matanya, tertidur.

"Yeu malah tidur!" Dengus Marsha.





















Hehehe...

Maap buat typo.

SUPERMODEL [END]Where stories live. Discover now